Share

04

Juan menatap penuh  benci kearah  mereka, kedua tanganya mengepal kuat, kedua matanya melotot. " Mengapa kau begitu jahat pada kami? apa salah kami? bukankah  urusan kita sudah selesai, mengapa kamu masih melecehkan kami?  jangan kira aku tak berani hanya karena paman Ranu tak ada disini! "

" Kau ...tidak sopan, apa ibumu tak mengajari sopan santun! "  Pekiknya.

Juan terkekeh " Sopan santun? " menatapnya remeh, " siapa disini yang sebenarnya yang tak memiliki sopan santun?  Aku atau kau yang sedang melecehkan seorang janda? pantas saja suamimu tak menginginkan dirimu yang memiliki tempramental yang begitu buruk. "

Gigi Bratawati bergemertak mendengar penghinaan yang di lontarkan dari mulut Juan, kedua  tangan nya mengepal kuat, lupakan tentang Ranu, hari ini dirinya akan menggali kuburan untuk mereka berdua dan mengubur keduanya sekaligus.

"Kau dasar bocah busuk, " gumamnya, " KALIAN BEREMPAT, PUKUL DIA DAN PATAH KAN KEDUA KAKINYA!," titah Bratawati pada pengawalnya,ke empat pengawalnya  mengangguk menuruti perintahnya, mereka berjalan menghampiri Juan dan Dewi Ayu, mereka berempat pun mengeluarkan senjatanya masing-masing.

 Tubuh Dewi Ayu gemetar, namun masih sanggup berdiri di depan tubuh putranya seraya merentangkan kedua tangannya, " tak akan kubiarkan kalian menyakiti anakku, bahkan sehelai benang pun tak akan kubiarkan. "

Ke empat pengawal itu menyungingkan senyumnya, mengabaikan perkataan yang keluar dari mulut Dewi ayu, langkahnya mundur satu langkah, Juan tersenyum merasa tersentuh dengan sikap ibunya,  menepuk pelan pundak ibunya, " ibunda tenanglah,  jangan takut, biar aku yang menghadapi mereka,"

Dewi Ayu menoleh, " tapi Juan. . 

Juan melangkah  maju dengan penuh rasa  percaya diri, menatap remeh ke empat pengawal itu yang ingin menyerangnya, " Ayo maju, jangan kira aku tak berani, melawan kalian berempat. " tantangnya.

Ke empat pengawal itu mengepalkan kedua tanganya, " Kita lihat, sampai mana kamu bisa menyombongkan diri seperti ini, Ayo kita serang dia, dan jangan pernah beri dia ampun. " kata salah satu pengawal.

" Pasang kuda-kuda mu bocah, kita akan buat mereka menyesal  karena  telah berurusan dengan kita, " ucap Gentala yang berada di dalam kalung Juan.

Juan menggangguk  seraya memasang kuda-kuda seperti yang di perintahkan gurunya, jarak antara ke empat pengawal Brawati dengannya hanya tinggal beberapa langkah lagi, membuat Dewi Ayu cemas. " Tidak!!! " Teriaknya, mencoba memblokir serangan yang dilayangkan oleh ke empat pengawal Bratawati, Namun dia  begitu kaget, begitu  melihat ke empat pengawal yang di kirim Bratawati terhempas jauh lalu tersungkur di atas tanah,yang bahkan ke empatnya belum menyentuh anaknya sedikit pun

Dewi Ayu begitu kaget, dia bahkan merasa kalau apa yang di lihatnya adalah sebuah mimpi belaka, namun rasa perih dari luka yang di dapat membuatnya tersadar, bahwa itu bukanlah mimpi belaka. ' Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan? bukankah Juan tak memilki inti spiritual? "kekuatan? ' batinnya, air matanya tanpa sadar membasahi kedua pipinya.

Kedua mata Bratawati melotot marah,  melihat ke empat pengawalnya di kalahkan begitu mudah oleh Juan, kedua tangan nya mengepal kuat, apa yang di katakan sebelumnya oleh putranya ternyata sebuah kebenaran, awalnya dirinya tak mempercayai apa yang di katakan oleh putra nya, namun setelah melihat dengan kepalanya sendiri, membuatnya tersadar bahwa semua itu benar adanya.

" Kemampuan mu tak buruk juga bocah, Gurumu ini sangat kagum padamu, " pujinya

" Terima kasih atas pujian  guru, lagi pula semua ini juga berkat bimbingan guru. "

" Kau terlalu memuji ku berlebihan bocah. "

"  APA YANG KALIAN LAKUKAN? AKU MEMBAYAR KALIAN MAHAL BUKAN  UNTUK TIDUR BERMALAS-MALASAN SEPERTI INI. " berang Bratawati, kakinya menendang ke empat pengawalnya dengan kakinya satu persatu. " CEPAT, BANGUN, ATAU AKAN KU BUNUH KALIAN DENGAN TANGAN KU SENDIRI, " ancamnya, ke empat pengawal itu memaksakan diri untuk bangkit.

Mereka berempat kembali menyerbu Juan, namun kali ini mereka mengenai tubuh Juan akan tetapi mereka merasa aneh sebab serangan yang mereka layangkan tak memberi efek apa pun pada Juan, padahal mereka yakin sudah melukainya, bahkan  melukainya sampai mati , namun begitu mengedip, mereka melihat Juan yang  masih berdiri kokoh, membuat mereka kebingungan, tak lama kemudian kepala mereka di dera rasa sakit yang luar biasa, badan mereka terasa makin lelah dari sebelumnya, perlahan pandangan mereka mulai buram, mereka berempat lalu jatuh pingsan secara bersamaan.

Bratawati tertegun, begitu pula dengan Juan dan Dewi Ayu, " apa yang terjadi? Mengapa mereka pingsan? "

" Bocah sepertinya kamu belum menyadari kemampuanmu sendiri, "

" Memang nya aku memiliki kemampuan apa? " tanyanya penasaran.

"  Sudahlah lupakan saja, suatu hari nanti kamu pasti akan mengerti, "

Juan terdiam, menatap bingung ke empat pengawal yang di kirim Bratawati yang tergeletak begitu saja, sebelumnya mereka hanya menyerang udara, dan bukan dirinya.

 Berbeda dengan Bratawati matanya kembali melotot tak terima dengan apa yang dilihatnya, bocah bau itu berhasil mengalahkan pengawal terkuatnya dengan mudah ,tangannya mengepal erat. Diam-diam mengirimkan serangan pada Juan yang tengah lengah. Namun serangan itu berbalik pada tubuhnya dan membuat tubuhnya terpental jauh, wajahnya yang mulut mencium permukaan tanah, hingga meninggalkan jejak di sana.

 Belum sembuh dari keterkejutan yang sebelumnya, kini Juan kembali terlonjak kaget, melihat tubuh Bratawati yang sudah tersungkur di atas tanah, tangannya  memegang dada dan wajahnya, dahinya mengerut, serta menatap marah ke arah  Juan.

" Bukan kah kau tak memiliki inti spiritual? bagai mana bisa kamu mengalahkanku seperti? " runtuk nya, " dasar bocah penipu beraninya kau!! " Ucapnya kesal, tak terima di permalukan seperti ini oleh Juan , dia pun kembali bangkit dan mencoba menghadang Juan, namun angin besar tiba-tiba menerpa tubuhnya, menerbangkannya, hingga tubuhnya mengenai sebuah kandang ayam hingga hancur, para ayam pun berhamburan, ' uhuk ' Bratawati pun memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. 

" Siapa yang berani melecehkan kakak ku dan anaknya? " Selang beberapa waktu terdengar suara  bariton dari seorang pria dewasa, dari  atas langit muncul seorang pria dewasa  berbadan tegap ditangan kanannya membawa sebuah  kipas raksasa, sorot matanya menatap dingin kearah Bratawati yang sudah tergeletak tak berdaya di atas tanah, kedua alisnya mengerut, menatap aneh pada ke empat pria dewasa yang sama-sama tergeletak tak sadarkan diri.

 "  Apa yang sedang terjadi? " tanyanya.

Bratawati gelagapan, tak menyangka akan kehadiran Ranu yang datang secara tiba-tiba.

Ranu mendengus kemudian mengalihkan perhatiannya pada Dewi Ayu dan Juan, seketika tatapannya melembut. " Kalian tak apa-apa? "

Dewi Ayu menganggukkan kepala. Tangannya  memeluk putranya erat.

Ranu kembali berbalik ke arah Bratawati.

" Bukan kah  aku pernah   memperingatkanmu    untuk berhenti menindas Dewi Ayu dan putranya! " Menatap nya dingin.

" Ta-tapi tuan ..."

'sret ' sesuatu tak kasat mata menambah luka pada wajah cantik Bratawati.

" Jika aku masih melihat kalian masih menindas mereka, ada atau tidak ada aku, akan ku musnahkan semua klan mu, KAU MENGERTI! "

Tubuh Bratawati bergetar mendengar ancaman yang keluar dari dalam mulut Ranu, dia pun bergegas pergi meninggalkan kediaman Dewi Ayu

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wiwid Widiastono
cerita nya di ulang2 terus....ini penulis baru yg ga bs nulis cerita ya ???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status