Share

06

Esokan harinya Juan pun pergi meninggalkan sang ibu walau dengan berat hati dan  enggan untuk meninggalkannya. Namun, sebagai anak yang baik, ia harus mengikuti keinginan  dari sang ibu.

Sebelum melakukan perjalanan. Dewi Ayu  mengatakan kalau ia  harus melewati dua kota besar, dan satu makam keramat jika ingin pergi ke Akademi Kancah Nangkub. Berbekal tekad dan beberapa bekal makanan dari sang ibu, Juan pun melakukan perjalanannya bersama guru rahasianya. Gentala.

Di sela perjalannya. Juan menggunakan waktunya untuk berlatih ilmu bela diri, dan melakukan bertapa  setiap malam untuk meningkatkan daya tubuhnya, Namun,  Ia tak menyangka kalau gurunya ternyata  sangat kejam dalam mengajarinya cara teknik bela diri.

Setiap hari ia harus berlatih sepuluh jam lamanya dengan menggunakan  beberapa beban di tubuhnya, dan  setelah selesai berlatih ia harus melanjutkannya dengan bertapa malam yang  berfungsi untuk meningkatkan kekuatan spiritualnya. Juga berfungsi sebagai penetral racun yang tersisa dalam tubuhnya.  Gurunya bilang bahwa di dalam  tubuhnya masih menyisakan racun yang tak bisa di hilangkan olehnya, maka dari itu dia menyuruh Juan untuk  giat  bertapa setiap malamnya  tanpa mengenakan baju.

Setiap malam tubuhnya harus merasakan  dingin yang begitu menusuk tulang. Namun, sebuah usaha nyatanya tak mengkhianati hasil. kini setiap ia terbangun dari tidurnya, tubuhnya akan terasa segar dan bertenaga.

Seperti biasa Juan akan melakukan latihannya, namun hari ini berbeda dengan sebelumnya karena Gentala sengaja menambah beban tiga kali lipat dari biasanya, membuat Juan merengek kelelahan.

" Guru! Bisakah kita beristirahat sejenak? kaki dan badan ku sudah lelah,  bahkan tenggorokan ku sudah terasa kering," 

Gentala melirik muridnya  sebentar. Lalu mengacuhkannya dengan terus melakukan perjalanannya dengan menunggangi kuda yang di berikan oleh ibu Juan.

" Mengapa dari hari ke hari kamu selalu merengek kepadaku? lalu apa gunanya latihan mu selama ini? jika begini saja kamu sudah menyerah. "

" Aku bukannya menyerah, hanya saja guru terus menambahkan beban berat pada tubuhku, bahkan hari ini anda menambahkan beban tiga kali lipat dari biasanya,"

Alisnya naik sebelah. "  Apa kamu menyalahkan gurumu ini?"

Juan menggelengkan kepala.

"Aku tak menyalahkan guru hanya saja...

" Berhentilah merengek atau aku akan menambah waktu berlatih mu," selanya dengan suara mengancam.

Juan pun membungkam mulutnya sejenak, ia belum menyerah untuk membujuk sang guru.

" Guruuu! Apa kamu tak kasihan pada ....

' Booom!  terdengar sebuah ledakan besar dari bagian terdalam hutan, menyela perkataan Juan.

Mereka terdiam sejenak, lalu  saling bertukar pandang.

" Suara apa itu guru? "

" Sepertinya di dalam sana sedang terjadi pertempuran yang sengit. Ayo pergi lihat! " ucapnya. " Eits tapi jangan sampai beban di tubuh mu lepas, jika itu terlepas jangan salahkan aku jika besok akan menjadi neraka bagimu. " Ancamnya lalu pergi menunggangi kuda, sedangkan Juan hanya bisa terperangah, bagaimana bisa dia memilki guru yang setara dengan iblis?

Butuh waktu lama untuk Juan agar bisa menyusul gurunya, nafasnya terengah-engah, keringat membasahi seluruh tubuhnya.

 Menyadari muridnya sudah berada di belakangnya, Gentala menoleh sedikit. " Dasar lambat" cibirnya.

Juan menatap  tak terima pada gurunya.

" Tentu saja aku lambat, aku kan berlari sedangkan guru....

" Sssstttt perhatikan dengan seksama, " selanya. Jari telunjuknya ia simpan di bibir Juan yang akan hendak berbicara.

Juan mendengus. kedua matanya mengikuti arah mata di mana  gurunya melihat.

Tak jauh dari tempat mereka berada, terlihat sebuah  pertarungan sengit dari seekor rubah putih berekor sembilan  melawan seorang gadis  remaja cantik.

Gadis itu dengan lihai menghindari setiap serangan yang di kirimkan oleh rubah berekor sembilan itu, tak hanya sekedar menghindar saja, gadis itu juga menyerang rubah ekor sembilan itu dengan ganas. Dengan menyerangnya bertubi-tubi tanpa memberi celah sedikit pun.

Mata Juan di buat takjub dengan aksi gadis itu, karena gadis itu  begitu lihai menggunakan pedang dan juga kekuatannya yang terus mengeluarkan petir, langit pun  bergemuruh hebat, kilatan-kilatan petir tampak jelas di langit. Tak hanya itu gadis itu juga mengeluarkan seekor  binatang ajaibnya yang berbentuk hewan Kelabang raksasa.

" Bocah kamu harus belajar dari gadis itu, kamu perhatikan gerakan gadis itu, termasuk bentuk tubuhnya," 

Juan  tertegun lalu mengerutkan kedua alisnya. " Kenapa aku harus memperhatikan bentuk tubuhnya? "

'pletak'  Gentala menyentil dahi Juan dengan keras, membuatnya meringis kesakitan

" Apa kamu bodoh?! Karena ini adalah kesempatan yang langka bagi kaum seorang pria sejati.  Lihat lah bentuk tubuhnya yang indah, pinggangnya ramping serta belahan dadanya yang ...."

' Jdarr!! ' tanpa di duga, di tengah pertempurannya, gadis itu menyerang mereka dengan petirnya. Beruntung, Gentala dan Juan dapat menghindari serangan itu.

'Glek' mereka berdua  menelan air liurnya kompak, mereka saling bertukar pandang, gadis itu lebih menyeramkan dari pada rubah itu. Batin mereka.

Berkat perkataan Gentala, gadis itu  menjadi kehilangan kewaspadaannya hingga salah satu ekor rubah itu mengenai tubuhnya membuat  tubuhnya  terpental jauh  hingga mengenai sebuah pohon besar hingga pohon itu terbelah menjadi dua, Tak lama kemudian gadis itu memuntahkan darah dari dalam mulutnya. Namun gadis itu kembali bangkit dan menyerang rubah ekor sembilan itu.

Melihat gadis itu yang sudah kelelahan membuat Juan merasa bersalah. Jika saja mereka tak mengganggu fokus gadis itu, mungkin saja ia tak akan berakhir seperti itu.

" Guru kita harus menolongnya," celetuknya.

" Menolongnya? Jangan bercanda, kamu tak lihat kekuatan gadis itu, dia saja tak bisa apa lagi kita," timpalnya santai, " kamu tak perlu khawatir dengan  gadis itu, nampaknya dia  sangat kuat jadi tak mungkin ia .....

Kaboooom!! tubuh gadis itu kembali terpental, dia kemballi  memuntahkan lebih banyak darah dari sebelumnya.

Kalah "

" Guru kita harus menolongnya jika tidak? gadis itu akan mati! "

Gentala terdiam mencoba  memikirkan sesuatu.

" Kalau begitu, kamu saja yang pergi, "

" Aku? "

" Tentu saja, tak mungkin itu adalah aku. Kenapa? Bukankah kamu sendiri yang ingin menyelamatkan nya?  kalau begitu, kamu  pergi saja sana. "

Juan menatap gurunya dengan tatapan tak percaya. tanpa pikir panjang ia pun melepas beban di tubuhnya lalu  berlari ke arah gadis itu.

Gentala terlonjak kaget melihat muridnya yang berlari begitu saja. Padahal dirinya hanya bercanda. " Heh bocah! Kamu mau  pergi kemana? " Serunya.

" Bukan kah guru yang bilang tadi untuk menyuruh ku pergi menyelamatkannya? " teriaknya seraya terus  berlari ke arah gadis itu.

Kedua mata gadis itu terbeliak  melihat aksi Juan yang mencari mati. " Dasar bodoh," gumamnya,  tak lama kemudian gadis itu   kehilangan kesadarannya.

Gentala  mengacak rambutnya frustasi. " Dasar murid bodoh," rutuk nya. Mengikuti Juan dari belakang.

*

Perlahan Juan membuka kedua  matanya. Tangannya memegang kepalanya yang terasa sakit. Ia melirik kesamping nya dan mendapati   gadis itu tengah  terbaring tak sadarkan diri  di sisinya, dan seekor rubah kecil. Juan pun mengabaikan rubah itu, ia  perlahan bangkit lalu menghampiri  gurunya yang sedang membakar ikan.

" Apa yang terjadi? "

Gentala menoleh sejenak. " Kamu sudah bangun, makanlah ikan ini, aku membakarnya khusus untukmu,"

Juan duduk, mengambil ikan yang ditawarkan oleh gurunya.

" Guru,  Dimana rubah itu? " tanyanya yang masih kebingungan.

Gentala menunjuk dengan dagunya.

Juan mengikuti arahnya, kedua bola matanya terbeliak, bagaimana bisa? Juan pun semakin bertanya-tanya, bagaimana bisa seekor rubah besar bisa berubah menjadi sekecil itu?  begitu ia bertanya pada gurunya, bagaimana bisa rubah itu berubah? namun jawaban yang di berikan oleh gurunya sangatlah tidak masuk akal, bagaimana bisa hewan itu bisa menjadi binatang kontraknya? dan kenapa dirinya tak ingat sama sekali dengan apa yang terjadi? 

Sadar bahwa muridnya sangat penasaran. Gentala pun menghentika aktivitasnya sejenak, seraya memandang wajah muridnya. " Baiklah, bagian mana dulu yang ingin kamu ketahui? "

Juan menunjuk ke arah rubah itu yang masih  tertidur pulas.

Gentala pun mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Ia pun menceritakan semuanya dari awal dirinya mengumpat seraya mengejarnya, sampai langkahnya terhenti begitu saja ketika melihat tubuh Juan yang langsung terhempas begitu saja yang bahkan belum sampai pada gadis itu, awalnya dia berniat untuk balas dendam karena sudah membuat murid kesayangannya  terluka. Namun langkahnya kembali terhenti ketika kedua bola matanya menangkap sesuatu yang tak biasa.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Sonny Arthur
hehehe.koin maning......
goodnovel comment avatar
Arso Samudro
Bagus ceritanya .........
goodnovel comment avatar
Mzvocha Vohca
Suka..Tpi koinnya susah..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status