' Hoek ' Juan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. Monster itu terus menyerangnya dengan membabi buta, bahkan Juan tak memiliki kesempatan untuk membalas serangannya.
Setiap kali tubuhnya terpental jauh dari arena membuat penonton heboh dan ricuh. Semua orang bahagia melihatnya yang sudah babak belur.
" Bunuh ! Bunuh ! Bunuh ! "
" Suasana semakin memanas saudara-saudara, apakah bocah itu bisa selamat dari sini? Atau arena ini akan menjadi kuburannya sendiri. Kita tidak tahu, takdir apa yang menunggunya di depan? Jadi jangan beranjak dari kursi anda ," seru pembawa Acara.
Juan mengabaikan sorak sorai penonton, ia harus cepat berfikir bagaimana caranya melawan kecepatan dan kekuatan monster itu. Jika dia kalah maka Widura dan Gurunya akan jatuh ke tangan Bismo, dan ia tak menginginkan hal itu terjadi. Maka semua usaha yang ia lakukan akan terbuang percuma padahal ia hanya ingin bisa
Sudah seluruh kota Rengganis telusuri namun ia masih belum bisa menemukan keberadaan Juan dan gurunya. Ia berdecak kesal karena sudah seharian mencari namun tak mendapatkan hasil. Secara kebetulan ia berhenti di depan sebuah restoran." Pelayan ! " Seru Rengganis.Seorang pria bertubuh kecil menghampirinya." Iya, mau pesan apa Nona?,"" Aku pesan semua makanan yang terbaik yang ada di restoran ini ,"Senyum Pria itu sumringah mendapat pesanan dengan jumlah yang banyak apalagi dari seorang gadis yang cantik. Pria itu bergegas ke dapur mengambil pesanan Rengganis.Rengganis hanya terdiam sembari menunggu pesanan nya, namun, tiba-tiba pria yang berada tak jauh dari mejanya sedang menyebarkan sebuah gosip, meski tak tertarik dengan gosip, namun ia terpaksa mendengarkan nya karena jaraknya yang dekat serta
Pria itu memimpin jalan yang akan mereka tuju, mereka kini sudah sampai kesebuah area hutan terlarang, Mengapa hutan itu terlarang?, sejak dulu sudah tersebar sebuah berita bahwa konon hutan itu sudah memakan korban dengan jumlah yang banyak,namun tak ada saksi atau bukti yang kuat tentang kebenaran tersebut, anehnya orang-orang langsung mempercayai rumor tersebut tanpa menyelidiki tentang kebenarannya. " Berapa lagi kita akan sampai?" tanya Rengganis. Pria itu menghentikan langkahnya. " Nona bisakah kita berhenti sejenak?, kita sudah berjalan seharian, kakiku sudah tak kuat untuk berjalan. " " Tak ada waktu untuk kita beristirahat." Pria itu merengek, " Nona aku hanyalah manusia biasa, berbeda dengan mu, " " Baiklah, aku beri waktu satu dupa. " Pria itu mengangguk , tangan kanannya merogo
Gentala mengutuk dirinya sendiri karena harus terjebak di dimensi yang di ciptakan oleh tangannya sendiri. Senjata makan tuan. Entah sudah ke berapa kalinya ia terus mengutuk dirinya sendirinya. Andaikan saja ia bisa mencegah Juan agar tidak bertindak gegabah, pastinya ia tak akan mengalami siksaan seperti ini.Jika saja ia memiliki kekuatan seperti dulu, mungkin ia sudah meratakan tempat itu tanpa pikir panjang.Kedua tangannya ia tangkup meminta do'a " Oh Dewa Agung, kumohon datangkan lah seseorang yang bisa menyelamatkan murid tercintaku, aku berjanji akan lebih mencintai murid ku, melebihi siapapun di dunia ini ,"Seakan dewa mendengar dan mengabulkan do'a nya. Entah bagaimana caranya dia bisa datang, Rengganis si gadis galak datang diwaktu yang sangat tepat, ia juga tak segan-segan mengeluarkan binatang spiritualnya, Ragnarok. Seekor kelabang raksasa yang memenuhi langit dengan tu
Perlahan Juan membuka kedua kelopak matanya, kepalanya terasa sakit, tak hanya kepalanya bahkan sekujur tubuhnya terasa ngilu. terutama di bagian tulang rusuknya. Rengganis yang menyadari dirinya telah siuman, berlari keluar mencari tabib. Setelah kepergian Rengganis, Juan pun langsung mencari sosok gurunya, namun keberadaannya tak ada dimana pun, ia menoleh kesamping dan hanya menemukan sosok Widura yang tengah tertidur pulas. Tak lama kemudian seorang tabib muncul bersama Rengganis dari balik pintu. Juan menatap pintu itu berharap seseorang yang di tunggunya muncul. Akan tetapi sosok yang di tunggunya tak kunjung datang membuatnya mendesah kecewa. ' apakah guru masih marah pada ku? ' batinnya. Tabib itu menaruh jarinya pada pergelangan tangan Juan lalu memeriksa denyut nadinya, " Dia sudah baik-baik saja, tapi masih memerlukan istirahat total kurang lebih selama tiga hari,
" Ahh ya benar seperti itu, uhh enak sekali, bisakah kamu mempercepat temponya? " " Baiklah," Juan menurut. " oh iya begitu, tak ku kira ternyata kamu pandai juga ," pujinya, Juan tersenyum bangga. ' Brak!!!' pintu di buka secara paksa hingga pintu itu terlepas, tak lama kemudian nampak Rengganis di ambang pintu, wajahnya merah padam menahan amarah, ia berjalan kearah mereka. " Guru macam apa kau ini?!!" berangnya. Gentala yang menikmati pijatan dari muridnya berkata santai, " aku adalah guru yang tampan dan baik hati, apa lagi?. " Rengganis mendengus. " Baik hati? baik hati apanya ? Juan baru saja sembuh dari lukanya dan kamu sudah menyuruhnya melayani mu! " " Apa kamu tak takut cepat tua? " " Jangan mengalihkan pembicaraan! " " Aku tak mengalihkan pembicaraan, aku hanya m
Pasir keramat merupakan sebuah padang pasir tak berujung. Sejauh mata memandang hanya terdapat pasir yang membentang luas, akan tetapi tempat ini merupakan salah satu gerbang menuju gudang senjata. Banyak korban berjatuhan terutama manusia biasa yang mati kelaparan dan kehausan. Terkadang mereka mati karena dimangsa oleh laba-laba yang menghuni tempat itu sekaligus penjaga gerbang menuju tempat gudang senjata. Juan yang sudah sepenuhnya sembuh melanjutkan perjalanan dengan ditemani oleh Widura yang selalu melingkar dilehernya serta Rengganis dan Andara yang menemani perjalanan nya , tentunya Gentala ikut namun bukan dalam bentuk manusianya melainkan sebuah kalung yang sebelumnya melingkar di leher Juan. Sebelumnya ia beralasan pada Rengganis dan Andara untuk pergi kesuatu tempat, dia bahkan berpura-pura menitipkan Juan pada Andara. " Tolong jaga murid kesayanganku." pintanya pada Andara. And
" Apa kamu akan membiarkannya mati? "Juan menggeleng." Kalau begitu tolonglah, paman yakin kamu pasti bisa melakukannya, karena kamu adalah seorang anak jenius."Juan kembali terdiam." Juan!!"Juan tersentak kaget, ia memandang wajah paman Ranu lalu memandang pria yang tengah berbaring lemah, tubuhnya terus menegluarkan keringat yang banyak, bahkan wajahnya terlihat gelisah. Tangan Juan mengepal kuat." Tapi kita tak memiliki bahan obat untuk mengeluarkan racun yang berada dalam tubuhnya. "Ranu terdiam ia meletakkan tangannya di dagu seraya berpikir, mendongkak. " Jenis bahan apa yang kamu perlukan? "" Tanaman Kumis Kucing, Rumput Wangi serta Bunga Kaliandra. "" Jika rumput wangi dan bunga kaliandra, disini kita memilikinya, kebetulan aku selalu membawanya kemana-ma
Meski Juan berhasil mengeluarkan seluruh racun dari tubuh pria itu, namun pria itu tak ada tanda-tanda akan sadar. Juan pun menjadi cemas, setiap pagi selalu memeriksa denyut nadi pria itu, tapi tak menemukan sesuatu yang janggal, tapi kenapa pria itu tak kunjung sadar?." Paman? apa menurutmu aku melakukan kesalahan? " tanya JuanRanu menggeleng. " Sepertinya tidak. "" Lantas mengapa dia tak kunjung bangun? "Ranu pun meletakkan tangan nya di dagu. " Paman pun tak tahu, kita tunggu tiga hari lagi. "" Bagaimana jika dia sudah melewati tiga hari, dan dia masih tidak sadarkan kan diri? " Tanya Andara penasaran." Mungkin kita harus. ." Tunggu, lihat dia! " Rengganis berkata.Tubuh pria itu tiba-tiba bergerak secara gelisah, tubuhnya mulai mengeluarkan banyak keringat.