Share

Chapter 06

'Kring'

“Ji, udah bel masuk tuh, gue masuk dulu ya?” ucap Yulia ketika mendengar bel masuk telah berbunyi, “Lo nggak mau masuk?” tambahnya ketika melihat Aji masih terdiam mematung. 

“Nggak, kamu duluan aja,” jawab Aji.

“Nggak papa kan ji? Maaf ya, gue pergi dulu,” kata Yulia yang seolah merasa tidak enak meninggalkan Aji sendiri.

Belum sempat berbalik badan, tiba-tiba Yulia dikejutkan oleh seseorang yang menariknya dari belakang.

“Udah bel, ayok masuk!”

“Ih lepasin! Yaksa! Lepas! Malu dilihatin sama anak-anak disini.” Gadis itu meronta-ronta saat tangannya digenggam erat oleh Yaksa, ia merasa kesakitan karena Yaksa menarik tangannya dengan kencang. Hal itu tentu menarik atensi anak-anak SMA 101.

Setelah puas, Yaksa akhirnya melepaskan genggaman tangannya.

“Lo mau bolos jam pelajaran? Bisa-bisanya lo pacaran disekolah. Lo nggak denger bel masuk bunyi? Apalagi ini jamnya pak Arga yang killernya minta ampun! Lo mau dihukum hah?!”

Betapa terkejutnya Yulia kala melihat Yaksa memarahinya.

“Sa, gue gak bolos dan GUE GAK PACARAN! Tadi gue memang mau balik ke kelas dan lo keburu narik gue, sakit tau!” ucap Yulia sembari mengusap lengan bekas genggaman tangan Yaksa.

Sedang sibuk berdebat, keduanya baru sadar jika Arga sudah berjalan ke arah kelas mereka. Tanpa pikir panjang, Yaksa dan Yulia segera masuk ke kelas.

Jam sudah menunjukkan pukul 15:30 menandakan ini sudah waktunya pulang.

“Sa, latihan basket yuk?” ajak Satria kepada Yaksa yang tengah membereskan buku-bukunya.

“Males ah,” ucap Yaksa dengan gaya songongnya.

“Why? Bukannya sekolah kita bakal jadi tuan rumah pertandingan basket lagi ya?” celetuk Naufal.

“Iya Sa, nanti kalau kita kalah gimana? Malu lah. Sekolah kita kan selalu jadi unggulan, selalu juara. Kalo kita kalah, reputasi sekolah kita bakal turun,” ujar Dimas.

“Kita harus mempersiapkan ini Sa!” ucap Satria mencoba membujuk Yaksa.

“Gue capek dan gue mau pulang!” kata Yaksa singkat yang kemudian pergi meninggalkan teman-temannya.

Yulia yang kebetulan masih dikelas saat itu mendengar semua percakapan mereka, ia merasa mereka sangat berpengaruh untuk reputasi sekolah ini, dan Yaksa adalah kapten tim basket SMA 101 yang artinya timnya tentu bergantung padanya, jika pria itu tidak bisa mempersiapkan semuanya dengan baik pasti anggotanya pun tidak akan siap.

….

Ttit Ttit Ttit

“Kebiasaan banget nih anak!” Yulia yang mendengar itu langsung bisa menebak jika itu adalah ulah Yaksa. Ia pun segera menengok ke belakang.

“Tuh kan bener, lo itu yah, kebiasaan tau nggak! Bisa nggak sih nggak buat gue jantungan,” ucap Yulia kesal.

“Eit woles dong,” kata Yaksa.

“LO ITU TERUS-TERUSAN NGAGETIN GUE!” teriakan Yulia sangat kencang hingga membuat anak-anak SMA 101 yang melihatnya memperhatikan mereka.

“Biasa aja kali, nggak usah ngegas! Gue cuma mau nawarin lo tumpangan.” Lagi-lagi Yaksa menawari tumpangan untuk Yulia.

“Lo cuma nawar kan, nggak maksa? Yaudah gue nggak mau!” Sudah bisa ditebak bahwa Yulia pasti menolak tawaran Yaksa.

“Nggak ada angkutan umum yang lewat, mereka lagi pada demo” ucap Yaksa membuat Yulia berhenti melangkahkan kakinya.

“Tau darimana lo? Nggak usah sok tau.” Yulia tidak percaya apa yang pria dihadapannya katakan.

Yulia langsung cepat-cepat menuju gerbang sekolah melihat apakah benar angkutan umum lagi pada demo. Yulia memperhatikan sekitar berharap menemukan satu angkutan yang sedang berhenti, namun ia tidak melihat satu pun angkutan umum yang berhenti disekitar sekolahnya, dan itu membuatnya percaya bahwa perkataan Yaksa memang benar.

Tentu ia merasa khawatir jika ia tidak bisa pulang karena hal ini.

“Gue bisa pesen ojek online,” katanya.

Ia langsung mengeluarkan ponselnya bersiap memesan ojek online namun saat ia merogoh saku untuk memastikan uangnya masih cukup atau tidak, ternyata tidak cukup.

“Udah sih lo balik bareng gue aja, simpen duit lo!” Melihat hal tersebut, Yaksa pun tidak menyerah untuk menawari Yulia tumpangan.

Yulia mau tidak mau harus menerima ajakan Yaksa, bukannya apa-apa ia menolak Yaksa, namun ia takut jika ada yang melihatnya berangkat dan pulang terus-terusan bareng dengan Yaksa yang notabene adalah pria populer di sekolah. Ia takut jika nantinya ia akan terkena masalah jika hal itu terus terjadi.

“Yaudah gue mau, tapi cuma hari ini aja,” ujar Yulia.

“Iya iya.” Yaksa tentu sangat senang jika ia bisa mengantar Yulia pulang.

“Makasih ya, gue masuk dulu.” Sesampainya dirumah, Yulia tidak lupa untuk berterimakasih kepada Yaksa.

“Gue nggak ditawarin masuk nih?” ujar Yaksa.

“Nggak! Udah sana pulang, ntar dimarahin nyokap lo baru tau rasa”

“Tuh tuh kan, mulai perhatian sama gue, ciee.. yang perhatian,” ledek Yaksa membuat Yulia menjadi salah tingkah.

“PERGI LO!” teriak Yulia dengan penuh amarahnya.

Melihat Yulia mulai marah, Yaksa langsung mengegas motornya dan segera pulang.

Yulia yang telah dibuat badmood oleh Yaksa pun langsung masuk ke kamarnya dan merebahkan badannya ke kasur empuknya.

“Kerjaanya cuma buat gue marah doang emang si Yaksa!” geram Yulia.

'Tok tok tok'

“MASUK!”

“Kamu sudah pulang nak?” tanya Rena –Ibu Yulia. 

“Iya bu,” jawab Yulia singkat.

“Kamu kalau mau makan, lauknya sudah ada dimeja makan”

“Lah, memangnya ibu mau kemana?” tanya Yulia.

“Ibu mau kondangan ke tetangga sebelah” jawab Rena.

“Oke deh, hati-hati ya bu” kata Yulia yang masih terbaring di kasurnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status