Share

Kamu Akan Miskin, Mas!
Kamu Akan Miskin, Mas!
Penulis: Rahma La

Perubahan Besar!

"Aduh, perutku sakit banget, Mas. Kayaknya mau melahirkan."

"Halah, tahan dulu sakitnya. Besok aja kalau mau melahirkan. Hari ini aku sibuk," katanya sambil mengibaskan tangan.

Aku yang memegangi tangannya langsung menoleh tidak percaya. Benarkah dia barusan mengatakan itu? 

Sungguh, tidak aku sangka kalimat itu keluar dari mulut dia. Ah, sangat tidak masuk akal, tapi memang kelakuan dia selalu begitu. 

"Tapi, Mas—" Aku memejamkan mata, kemudian menarik napas panjang. Menatap suamiku yang tampak kesal. Dia terlihat tidak suka. 

"Kamu itu susah banget dibilangin. Tunda aja acara melahirkan itu." 

Aku memegangi perut buncit, menatap miris ke Mas Reno yang pergi dari rumah. Dengan tertatih, aku keluar rumah. Mobil suamiku sudah tidak ada lagi di parkiran. 

"Tolong!" teriakku lirih. Tidak ada siapapun yang mendengar. Rumah tetangga pada sepi. Aku mengusap keringat di dahi, perutku sakit sekali. 

Mas Reno memang benar-benar. Dia tidak mau tahu urusanku. Aku mengusap dahi yang berkeringat. Sepi, tidak ada siapa pun. 

Dengan susah payah, aku mengambil dompet dan ponsel di dalam. Kemudian mengunci pintu rumah. Dengan kondisi seperti ini, aku sulit sekali untuk berjalan. 

Baru berjalan beberapa langkah di jalan besar, aku berpapasan dengan tetangga depan rumah. Ketika melihatku, dia terlihat panik. 

"Loh, Bu Nina kenapa jalan sendirian? Aduh, mukanya kok pucat gitu?" tanyanya sambil membantu menopang tubuhku. 

Alhamdulillah. Ada tetangga yang lewat. Aku memegangi tangannya. Sesekali mengatur napas. 

"Tolong saya, Bu. Saya mau melahirkan," kataku sambil menatapnya.

"Ya ampun, sebentar saya keluarin mobil dulu, Bu." Tetanggaku langsung melangkah cepat ke rumahnya. Dia mengeluarkan mobil. 

Kami menuju ke rumah sakit. Aku mengusap wajah, menatap keluar kaca mobil. Sesekali, aku membaca shalawat. Mengusap perut, berusaha agar tidak berteriak. 

"Kamu memang tidak punya perasaan, Mas," gumamku sambil mengigit bibir. 

***

"Selamat, Bu. Anaknya laki-laki. Tampan." 

Aku menggendong bayi laki-laki yang diserahkan oleh dokter. Tampak tenang, membuatku tersenyum. Bayi yang sejak dulu aku nantikan kelahirannya di dunia. 

"Saya perlu hubungi Pak Reno, Bu?" tanya tetanggaku tadi. Dia sepertinya hendak pulang, tapi terlihat bahagia ketika aku menunjukkan bayiku padanya. 

"Tidak perlu. Terima kasih udah nganterin ke rumah sakit, sekaligus nemenin, Bu. Sekali lagi terima kasih." Aku tersenyum padanya. 

"Saya malah senang, Bu. Ibu bantu saya banyak. Masa saya gak pernah bantu Ibu. Saya permisi dulu, Bu. Masih ada kerjaan di rumah." Tetanggaku mengusap lenganku, kemudian pamit pada bayi yang kugendong, meskipun tau bayi itu tidak akan merespon apa-apa.

"Iya. Jangan kasih tau suami saya kalau saya sudah melahirkan, ya, Bu."

Meskipun tetanggaku tampak kebingungan, tapi dia tetap mengangguk. Kemudian keluar dari ruang rawatku. Aku menatap ponsel, kemudian menyimpannya. Pandanganku tertuju ke bayi yang baru saja menggeliat. Tampak lucu.

Ada kemarahan besar di hatiku. Aku mengusap dahi.

"Selamat datang di dunia, Nak." Aku mengusap pipinya, berbisik lembut.

"Sayangnya, Papa kamu tidak peduli," lanjutku. Bayi yang kugendong tidak terusik sama sekali. Dia masih terlihat tenang, membuatku kembali tersenyum. 

Aku mengusap pipi bayi yang masih merah itu. Papa yang mengazani bayiku. Sekarang, sedang di kantin, bersama Mama. Memang keluargaku sudah tau kalau aku akan melahirkan, tadi sempat diberitahukan kabarnya oleh tetangga.

Ah, anak pertama kami. Ternyata, Mas Reno sama sekali tidak peduli. Ponselku berdering. Dia baru saja menelepon. Aku menggeser tombol berwarna hijau, kemudian menyalakan loudspeaker.

"Kamu di mana? Kok gak ada di rumah? Terus berantakan kayak gitu. Kamu itu gak beres jadi istri. Kerjaan cuma di rumah doang." Dia terdengar kesal sekali di seberang sana. 

Salah satu sudut bibirku terangkat. Aku menatap lurus ke depan, terpikir oleh kejadian sebelum aku melahirkan tadi. 

Mas Reno yang tidak peduli. Segala tentang dia yang selalu bergantung denganku. Lalu dia minta apalagi sekarang? Dasar tidak tau diuntung. 

"Terserah." Aku mengatakannya pelan, tapi langsung membuatnya terdengar kesal. 

"Loh, kok jawabannya terserah? Halo, Nina?"

Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku mematikan telepon. Mengembuskan napas pelan. Dari dulu sampai sekarang, Mas Reno memang begitu, tapi aku tidak menyangka dia tidak peduli dengan kehamilanku. 

Denting pelan terdengar dari ponselku. Ada pesan masuk dari sahabat lama. Beberapa foto yang dikirimkan. Buru-buru aku mengunduh foto itu. Biasanya dia hanya mengirimkan berita penting dan itu semua tentang Mas Reno.

Mataku mengerjap pelan. Foto Mas Reno, mertua, juga iparku yang sedang jalan-jalan ke rekreasi mahal. Juga restoran mewah. 

"Oh, jadi ini yang kamu bilang sibuk?" bisikku. 

Aku tidak sakit hati, tapi lucu saja melihatnya. Pria yang tidak tau diuntung ini kembali berulah ternyata. Dasar hanya benalu. 

Sibuk menghabiskan uang? Wow. 

Parahnya lagi, itu semua uangku. Selama kami menikah, tidak pernah Mas Reno memberikan nafkah. Kehidupan kami bergantung ke usahaku. 

Sayangnya, semua tabungan sudah aku belikan aset dan semuanya atau nama Mas Reno. Ah, benar-benar menyebalkan, bukan?

Itu hal yang paling tidak masuk akal yang pernah aku lakukan. 

"Ini bukan sekali atau dua kali."

Aku mengepalkan tangan. Pandanganku tertuju ke bayi yang masih tenang. 

"Papamu sudah merasa kaya, Nak," kataku dengan senyum miris.

Kejadian tadi, membuatku berpikir ulang tentang cinta Mas Reno padaku. Tentang segala yang aku berikan padanya. Selama ini, dia menganggap aku ini apa?

"Aku akan membuatmu miskin kembali, Mas."

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Kucipan1
Gua yg laki aja eneg nih ... udah lah buang aja lah laki macam tu .... gk ada kata balik kembali titik.... takutnya ntar udah di ceraiin si Reno eh tergoda lagi nih si Nina kena gombalan maut Reno... blunder2 disitu aja dong dramanya thorr....jgn lah ya Thoorr....
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Semangat nina laki2 seperti restu buang kelaut
goodnovel comment avatar
Netinus Kogoya
Tidak semua laki" yg kayak gitu kalii....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status