Share

Awal Mula Segalanya

“Guys, bangun… kita udah hampir telat nih jemput papa sama mama aku!” Rachel berusaha membangunkan teman-temannya yang masih tertidur pulas.

“Beneran Rachel?! Kenapa nggak di bangunin dari tadi sih?” protes Tristan yang masih sempat-sempatnya marah dulu sama Rachel.

“Ya ampun Tan, masih sempat-sempatnya kamu ngomelin Rachel sementara yang lain udah langsung ke kamar mandi,” komentar Janetta yang pagi-pagi sudah sibuk dengan HP barang kesayangannya. Tristan yang melihat 2 sahabat cowoknya dah pada masuk ke kamar mandi dengan gercepnya juga memasuki kamar mandi yang kosong.

Rumah Rachel memang besar dengan tersedia kamar mandi yang dikhususkan untuk tamu dan untuk tuan rumah jadi sudah dijamin tidak ada alasan telat karena antri kamar mandi kalau nginap di rumah Rachel. Sementara 4 cewek manis yang sudah siap dari tadi itu mulai bergerak menyediakan sarapan buat mereka supaya selesai geng cowok siap-siap mereka bisa langsung makan dan cepat berangkat.

****

“Hai pa, ma, gimana perjalanannya lancar-lancar aja kan?” tanya Rachel ketika sudah bertemu dengan ortunya di bandara.

“Iya sayang, kok kalian terlambat jemput mama sama papa?” tanya mamanya balik, papanya masih sibuk dengan hp di tangannya.

“Maaf tante, tadi kita pada telat bangun soalnya mengandalkan alarm dari cewek-cewek tapi mereka juga telat bangunin kita.” Jovan berusaha menjelaskan walau dengan napas ngos-ngosan.

Bagaimana tidak, mereka masih sempat lari-lari menyusuri bandara agar bisa sampai di ruang kedatangan papa dan mama Rachel karena mengira mereka sudah sampai dan berniat untuk langsung ke kampus mereka. “Loh sayang, kok jadi nyalahin kita sih?! Kamu sendiri udah tau kan kalau hari ini kita mau jemput om sama tante terus kenapa semalam kamu masih begadang sampai jam 3 pagi,” gerutu Liora yang nggak mau disalahin dalam acara keterlambatan mereka.

“Ya ampun udah-udah, anak muda jaman sekarang kalau pacaran masih aja main nyalah-nyalahin. Jadi rindu mau muda lagi, pengen ketemu sama orang tua kalian mau bernostalgia jaman kita semua masih kayak kalian.” Mama Rachel tertawa mengingat-ingat masa lalunya.

“Ini udah selesai belum nostalgianya.” Mama Rachel jadi tersipu malu karena ternyata sedari tadi suaminya mendengarkan pembicaraan mereka. “Rachel, papa minta maaf sekali yah mungkin sebentar malam papa dan mama bakalan terbang lagi ke Singapore untuk urusan bisnis di sana. Kamu nggak masalah kan tinggal sendirian lagi di rumah, papa sangat minta maaf.” Sebenarnya Rachel sangat sedih karena harus ditinggalkan lagi sama orang tuanya walau sebenarnya dia sudah terbiasa dari kecil tapi tetap saja belum lama Rachel kembali ke rumah dan mereka langsung pergi lagi.

“Nggak apa-apa kok pa, papa juga ke sana karena kerjaan kan dan nggak mungkin mama biarin papa sendirian ngurusin kerjaan papa. Aku di sini ada mereka kok yang bakalan temenin jadi papa tenang aja.” Rachel terus berusaha tersenyum walau hatinya agak tidak enak.

“Makasih yah sayang, kamu memang paling mengerti mama dan papa. Sekarang kita ke kampus kamu yuk, papa sudah nggak sabar melihat kampus yang ditempati anak papa.” Rachel mengangguk, sudah seharusnya ini yang terbaik bahwa Rachel mengalah karena dia tau tidak mungkin orang tuanya meninggalkan dia untuk urusan yang tidak penting dan perusahaan ini sangat penting bagi orang tuanya.

***

Rombongan mobil itu memasuki pekarangan kampus dan disambut dengan dosen dan rektor dari kampus tersebut. “Selamat datang bapak dan ibu Hapsari, saya sangat senang anda mau menyempatkan diri ke kampus ini.” Rektor itu menyalami orang tua Rachel.

“Kami ke sini selain ingin melihat perkembangan kampus ini juga mau melihat aktivitas anak kami di kampus. Apa boleh saya ikut sebentar ke kelas anak saya, Rachel?” Papa Rachel memandang rektor itu penuh harap.

“Oh tentu saja boleh pak, ini dosen yang akan mengajar di kelas anak bapak jadi bapak bisa langsung mengikuti dosen ini.” Dengan mengucapkan terima kasih papa dan mama Rachel mengikuti dosen tersebut, mereka sangat senang karena diperbolehkan melihat kelas anak semata wayang mereka.

Ruangan kelas kampus itu sangat nyaman dengan adanya AC dan beberapa buku yang disediakan juga jendela yang pada pagi hari dibiarkan terbuka agar ada sinar matahari yang masuk. Sebenarnya anak-anak di kelas Rachel sudah tau berita kalau ada pemilik kampus yang akan mengunjungi mereka pagi ini tapi siapa sangka kalau pemilik kampus itu akan masuk ke kelas mereka. “Ngapain tuh cewek ada di sana?!” Wulan memandang Rachel iri.

“Aku juga nggak ngerti, lagian kenapa juga dari semua kelas yang masuk pagi ini di kampus, si pemilik kampus malah pilih kelas ini.” Daisy malah semakin membuat teman-temannya bingung.

“Baik, kalian pasti sudah dengar tentang berita kalau pemilik dari kampus kita akan berkunjung ke kampus kita hari ini dan suatu kehormatan juga karena mereka memilih kelas ini untuk dikunjungi. Sekali lagi bapak akan mengenalkan kedua pemilik kampus kita ini, mereka adalah bapak dan ibu Hapsari.” Sang dosen mulai berbicara memecahkan suasana yang tadinya agak hening.

“Kalau misalnya anak-anak terkenal itu yang ada di depan aku bisa maklumin sih karena kita semua sudah tau kalau mereka itu kenalan pemilik kampus tapi si cewek satu itu ganggu pemandangan banget tau nggak!” Jenar malah jadi kompor buat teman-temannya. Sudah dipastikan kalau geng cewek centil itu makin tambah sinis dengan kehadiran Rachel si anak baru yang kemarin tiba-tiba dekat dengan geng anak popular dan sekarang berdiri berdampingan dengan si pemilik kampus

 “Kalau begitu saya persilahkan kepada bapak atau ibu Hapsari untuk menyampaikan dua patah kata.” Papa Rachel mengangguk kemudian menggantikan posisi tempat dosen itu berdiri.

“Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama saya Siswo Hapsari dan ini istri saya ibu Yuna Hapsari. Saya tau kalau saya mungkin kurang terkenal di kalangan anak muda karena saya ini cuma orang tua yang hobi berdagang dan membuka kesempatan kerja baru maka dari itu saya akan jelaskan kalau saya hanya seorang pengusaha biasa yang juga tertarik dalam dunia pendidikan. Itu adalah salah satu alasan kenapa saya mau membangun kampus ini, alasan kedua adalah karena saya sangat konsen dengan dunia anak remaja. Dunia anak remaja itu sangat rentan karena itu saya ingin membangun dunia yang aman bagi mereka karena saya juga membayangkan bagaimana nantinya kalau anak saya tinggal di dunia yang tidak nyaman pasti akan membuat saya sedih. Oh iya, saya hampir lupa mengenalkan anak saya, namanya adalah Rachel Kirana. Dia anak saya satu-satunya dan baru memulai dunia di sini sama seperti kalian jadi saya harap kalian juga mau mengajak dia untuk menjadi teman yang baik dalam dunia kalian. Saya harap apa yang saya cita-citakan dari awal membangun kampus ini bisa tercapai dengan baik, semangat terus belajar dan nikmatilah dunia kalian.” Dalam sesi perkenalan itu tentu saja papa Rachel akan menarik Rachel untuk berdiri disampingnya dan itu membuat hampir sebagian cewek-cewek di dalam kelas itu menahan napas serasa ingin menghilang dari kehidupan mereka.

“Mampus deh kalian, bentar lagi kalian bakal di keluarin dari sekolah ini gara-gara tuh anak ngadu tentang semua kelakuan kalian ke dia,” bisik Kenan diikuti dengan tawa mengejeknya.

Sementara ketiga cewek itu tidak mendengar perkataan Kenan, mereka hanya memikirkan masa depannya di sekolah tersebut. “Baik anak-anak mungkin sekian perkenalan dari pak Hapsari, kalian bisa melanjutkan pembelajaran dulu tanpa bapak kan? Bapak akan mengantarkan pak Hapsari dulu ke ruang admin.” Hanya anggukan yang diberikan mahasiswa di dalam karena saking shocknya.

“Mama sama papa mau langsung pulang atau gimana?” tanya Rachel setelah mereka keluar dari kelasnya.

“Papa sama mama mau kunjungin ruang admin dulu nanti dari situ baru pulang ke rumah. Pesawat kita sekitar jam 3 sore jadi kalau kamu nggak sempat untuk nganterin nggak masalah kok sayang.”

“Iya benar itu, papa sama mama nggak mau ganggu jam belajar kalian jadi sekarang kalian masuk kelas, sampai ketemu minggu depan yah sayang.” Papa Rachel mencium kening anak gadisnya itu kemudian mereka masuk kembali ke kelas.

***

Rachel cs masuk ke ruang kelas mereka tapi anehnya ruang kelas yang sebelumnya sangat ramai seperti di pasar malah menjadi hening seperti di kuburan. Janetta sangat mengerti kenapa teman sekelasnya malah jadi pendiam seperti itu dan itu membuatnya tertawa yang kemudian disenggol oleh Rachel yang tidak enak dengan keadaan canggung itu. Keadaan yang semakin tidak enak membuat Rachel langsung turun tangan, “Kalian nggak usah mikir yang aneh-aneh, aku ngerti kok kalau kalian merasa risih ketika anak baru langsung sok akrab dengan geng yang paling terkenal di kampus dan aku memaklumi hal itu.” Senyum Rachel membuat hati ketiga cewek centil itu sedikit tenang.

“Makanya kalau nggak tau keadaannya seperti apa nggak usah main bully orang segala, terutama tiga anak yang kemarin sok keren pakai gebrak-gebrak meja Rachel! Untung Rachel baik, kalau nggak kalian semua bisa langsung dikeluarin tanpa sempat salam perpisahan sama anak lain,” sindir Tristan dengan gaya sok coolnya. Rachel melemparkan tatapan sinis ke Tristan sedangkan Janetta yang ada di samping Tristan langsung menjitak kepalanya. “Aduh sakit tau!” teriak Tristan yang siap-siap ingin menjitak kepala Janetta tapi ditahan oleh Jovan. Janetta menaruh telunjuknya di mulutnya, menyuruh Tristan diam sementara Tristan sudah tidak peduli dengan Janetta lagi.

Sambil tetap tersenyum Rachel berbicara lagi, “Untuk Daisy, Wulan sama Camani kalian nggak usah takut, aku nggak dendam kok sama kalian. Kalian tenang aja, kalian kan teman sekelas aku, masa sekelas berantem justru teman sekelas itu musti kompak.” Cewek-cewek yang terus menunduk gara-gara habis disindir Tristan langsung tersenyum tenang saat mendengar ucapan Rachel. “Aku juga salah satu bagian dari mereka dan kita berteman bahkan sejak kami dari kecil, sebenarnya kita ber-8 tapi…” Rachel tiba-tiba menghentikan perkataanya.

Mata Rachel tiba-tiba berkaca-kaca dan terlihat tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya, dia membayangkan seseorang yang sudah lama meninggalkannya, sahabatnya, orang yang dia sayangi. “Satu teman kami lagi ada di luar negeri mungkin sebentar lagi bakal pulang.” Liora melanjutkan kata-kata Rachel, dia yang paling cepat menyadari perubahan mood Rachel.

Rachel mengangkat wajahnya lalu tersenyum kepada teman-temannya, senyum yang kelihatan dipaksa. Setelah itu Rachel langsung pergi meninggalkan teman-teman kelasnya dalam kebingungan kecuali geng nya yang sudah mengerti keadaan Rachel. Yadi tidak akan mungkin diam melihat kesedihan di wajah Rachel, tanpa ba-bi-bu dia langsung mengejar Rachel. “Yadi terlihat sangat perhatian dengan Rachel, kamu bodoh Jelena bukankah itu semua sudah hal yang tidak biasa mengingat kita memang selalu bersama.” Jelena tau kalau hatinya terluka karena tatapan khawatir yang berbeda yang keluar dari mata Yadi ketika tau Rachel sedih tapi dia berusaha membuang semua itu, dia mengerti kalau sekarang keadaan mental Rachel harus mereka jaga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status