Share

Bab 6

Pagi harinya Darma terbangun lebih dulu, ia keluar dari kamar hendak melangkah menuju dapur.

Namun tanpa sengaja ia berpapasan dengan pelayan yang sedang membersihkan rumahnya. 

"Permisi tuan," panggil pelayannya.

"Iya, ada apa," menghentikan langkahnya tepat didepan pelayan tersebut.

"Maaf tuan, tadi saat saya bersih-bersih nggak sengaja menemukan amplop ini didepan ruangan kerja tuan," memberikan sebuah amplop berwarna coklat yang tadi ia temukan.

"Terima kasih ya bik," ucap tulus Darma kepada pelayannya. Namun setelah itu ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur dan segera menuju ruang kerjanya. 

Duduk dikursi kerja, Darma terus membolak-balik amplop coklat yang ada ditangannya. 

"Kampus pelangi," gumamnya saat melihat ada logo sebuah kampus yang tertera disudut amplop.

Darma membuka laptopnya dan mencari tahu tetang kampus pelangi. 

"Ternyata kampus terbaik juga di kota ini, kenapa aku baru tahu ya."

"Apa ini punya Sabrina ya," seruny bertanya-tanya. 

Darma yang tak bisa merasa penasaran segera menghubungi anak buahnya. Ia meminya semua informasi tentang Sabrina, ia bahkan memberikan batas waktu hingga jam makan siang.

"Cari semua informasi sekecil apapun itu," seru Darma dari sambungan telponnya.

"Baik tuan."

"Cari juga informasi mengenai kampus pelangi, saya juga ingin melihat semua donatur didalam kampus tersebut."

"Segera saya kerjakan tuan."

"Saya mau sebelum jam makan siang berakhir, semua laporan tentang keduanya sudah ada dimeja saya."

"Baik tuan."

Darma mematikan sambungan telponnya, bersandar pada kursi ia mecoba menebak-nebak siapa sebenarnya Sabrina itu. 

"Siapa ya dia, nggak mungkin kalau hanya orang bisa. Pasti ada sesuatu," curiga Darma.

Tak lama Bulan datang menghampirinya, ditariknya tangan Darma berjalan mengikutinga kembali kedalam kamar. 

**

Syan terbangun dari tidurnya, silaunya sinar mentari mulai masuk menusuk indra pengelihatannya dan terpaksa membuatnya terbangun dari indah mimpi-mimpinya.

"Akhh," pekiknya kesakitan saat menggerakan badan bagian bawahnya. 

Syan yang terkejut segera membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Dan betapa ia terkejut saat melihat dirinya terbangun tanpa sehelai benangpun ditubuhnya. 

Belum lagi ia syok saat ada bercak darah diatas sprei ranjangnya. 

"Nggak, nggak mungkin ini," gugupnya penuh ketakutan.

Sabrina mencoba mengingat kembali tentang apa yang terjadi dengan dirinya semalam. Namun ia hanya mengingat saat pulang bersama dengan seorang laki-laki, tapi ia lupa siapa dia. 

Ditatapnya laki-laki yang kini tengah tertidur pulas disebelahnya. Syan yang murka segera mengambil bantal dan memukulinya secara brutal.

"Woi, stop. Gue bisa mati," teriak Aldo yang mendapat serangan dari Syan.

"Mati aja loe, dasar sampah! Berani sekali meniduriku!"

"Kebalik tau, loe tuh yang semalam memperkosa gue," belanya pada dirinya sendiri.

"Gue nggak percaya, loe pasti berbohong," serunya menggila.

"Gila loe, stop nggak!"

"Nggak akan," jawab Syan murka. 

Aldo yang sudah tak tahan segera menangkis serangan dari Syan, namun tenaganya yang cukup besar malah membuat Syan terdorong hingga jatuh terbungkur dilantai.

"Loe," geram Syan menunjuk Aldo dengan telunjuknya.

Keduanya terus saja bertengkar saat jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. 

Dan didalam ruangannya, Darma nampak termenung memikirkan tentang seorang Sabrina.

Tok.. tok..

Seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya. Setelah mendapat persetujuan dari Darma, semua orang masuk.

"Ini hasil kami tuan," menyerahkan sebuah amplop coklat.

"Nggak mungkin," seru Darma terkejut.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
kisahnya sangat menarik sekali...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status