Matahari hari ini bersinar dengan begitu teriknya, Sabrina yang awalnya ingin berkeliling dengan si kembar ke taman pada akhirnya mengurungkan niatnya. Ia lebih memilih bersantai di dalam rumah sembari menikmati buah-buahan yang Bulan sediakan.
"Anak cantik mama lagi apa ini, kenapa jarinya di emut-emut gitu?" tanyanya dengan begitu gemas.
"Aduh, ini si ganteng malah kakinya yang di emut-emut." menepuk keningnya dengan seulas senyumannya.
Hari ini semua orang tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, para laki-laki sibuk bekerja sedang Bulan sedang menemani Lena mengatur acara pernikahan anak-anaknya. Sedang Ica hari ini meminta ijin untuk kembali ke Jogja, awalnya Marshel melarangnya dengan berbagai alasannya namun Ica yang keras kepala pada akhirnya memenangkan pertempuran itu.
Ica sedang ada di dalam kendaraannya menuju rumahnya, ia di jemput dengan anak buahnya yang selalu setia mengawalnya kemanapun perginya. Namun tiba-tiba Ica mengubah tujuan
Matius terkejut dengan penolakan dari Selly, ia tak menyangka jika rasa marahnya begitu besar melebihi rasa rindunya. Matius tahu apa kesalahannya, ia juga menerima semua yang Selly lakukan padanya.Matius hanya ingin hidup bahagia bersama keluarga kecilnya, hidup normal seperti orang pada umumnya. Namun sebelum itu ia harus menebus semua kesalahannya, ia harus menyelesaikan semua masa lalunya yang begitu kelam itu."Maaf," lirih Matius mencoba meraih tangan Selly di depannya.Selly murka, ia melampiaskan semua kemarahannya saat ini juga. Ia mengamuk, memukul Matius bahkan juga menghancurkan semua barang yang ada di ruangan tersebut."Bodoh kamu, kamu pergi dari sini. Pergi temui istrimu itu, jangan pernah muncul lagi di depanku!" teriaknya dengan begitu kencang."Tolong dengerin dulu, sebentar saja." mohonnya.Selly terus mengamuk, mengabaikan semua ucapan Matius yang ingin berbicara dengannya. Hingga Matius begitu geram d
chapter I Semua siap dan semua telah lengkap. Penghulu menjabat tangan Ardan, dengan sekali nafas Ardan kini telah resmi menyunting Tian sebagai istrinya. Sah.. Sah.. Sah.. Seru semua orang dengan gembira, tangis pecah melihat keduanya telah resmi menikah. Tak banyak memang undangannya, namun itu adalah semua orang yang ada dipihak Tian kedepannya. Semua kolega Prambu yang setia siap berdisi di belakang Tian dan memperjuangkan hak miliknya. Acara pasang cincin usai, kini Tian mengambil tangan Ardan dan menciumnya. Hatinya berdesir merasakan bibir Tian melekat dikulitnya secara langsung, hatinya menghangat begitu. Tanpa di duga Ardan juga menggerakkan tangannya, meletakkan tangannya tepat di kepala Tian saat istrinya itu mencium punggung tangannya. Kini berganti Ardan yang mencium kening istrinya, cukup lama kala bibir itu mengecup langsung kulit istrinya. "Gadis yang selama ini sudah kuanggap sebagai adikku kini sudah resmi ku nikahi," batin Ardan. chapter II Tanpa menjawab
Pagi yang cerah dirumah yang begitu mewah, memperlihatkan halaman luas dengan berbagai tanaman bermekaran didepannya. "Sabrinaaaaaaa," teriak Syan dari balkon kamarnya. Sabrina Titian Saputra, anak angkat dari keluarga Taulin. Gadis periang yang begitu malang selalu ditindas oleh keluarganya. Sedang yang berteriak adalah Syan, anak dari keluarga Taulin. Satu-satunya ahli waris keluarga.Ia begitu membenci Sabrina, ia menganggap Sabrina selalu merebut apapun yang diinginkannya. Sabrina yang polos dan apa adanya selalu lebih menarik perhatian dari pada dirinya yang selalu tampil glamor juga seksi. Keluarga Taulin terkenal dengan keangkuhannya, namun bisnis mereka mememang sukses dimana-mana. Max Taulin juga Carisa Melian merupakan pasangan pengusaha, mereka mengelola usaha masing-masing hingga sukses dalam bidangnya. "Ada apa teriak-teriak," sahut Sabrina mendongakkan kepalanya. "Kesini loe! Baju gue mau keka
Sabrina kebingungan entah dia harus kemana malam ini, tak ada uang juga tak ada tempat yang dia tuju.Ia hanya bisa duduk dibangku taman yang sepi pengunjung, menangis meluapkan rasa sedihnya. Namun semakin ia berfikir semakin ia tak menemukan jawaban apapun atas masalahnya.Namun disaat rasa bimbang dan sedihnya itu datanglah seorang anak kecil yang memegang tangan serta menghapus air matanya."Are you oke mama?" tanyanya sambil menghapus air mata Sabrina.Sabrina hanya diam memandangi gadis kecil didepannya, malaikat kecil yang tiba-tiba hadir disaat dunianya mulai menggelap."Sayang, kamu sama siapa kesini?" tanya Sabrina. Dipeluknya tubuh si kecil sambil melihat sekelilingnya. Namun Sabrina tak menemukan siapapun ditaman tersebut."Sayang, kamu datang dari mana tadi?" tanyanya kembali memastikan asal dari anak kecil yang tengah berdiri dihadapannya."Tentu aja dari jalan itu dong ma," menunjuk jalan didepannya.
Setelah mendapat ijin dari Sasa, Sabrina berangkat menuju ke kampusnya. Namun siapa sangka setelah sampai dikampus ia malah mendapat masalah baru."Sabrina," panggil salah seorang teman kelasnya."Ya.""Dipanggil dekan tuh.""Kenapa ya?" heran Sabrina."Nggak tau juga gue, buruan kesana aja.""Yaudah deh, thanks ya."Sabrina berjalan menuju ruang dekan, ia melangkah dengan santai tanpa memikirkan apapun. Namun ditengah jalan ia malah bertemu dengan Syan juga teman-temannya."Cie ada yang mau kemana nih.""Arahnya sih ke ruang dekan.""Mau ngapain loe kesana.""Jangan-jangan mau muasin dekan lagi," tawa semuanya, sedangkan Syan hanya diam menatap benci pada Sabrina."Kemana lo semalam nginapnya?" sinis Syan menatap hina Sabrina."Bukan urusan loe kak.""Jangan pernah panggil gue kak, atau loe mau gue hancurin!" ancam Syan mencekik leher Sabrina.Sabrina melawan,
Burhan keluar dari restoran merasa begitu kesal dengan kesombongan Max hari ini. Ingin rasanya ia membongkar siapa Darma sebenarnya agar Max tak menyombongkan dirinya lagi."Kenapa kamu menghalangiku.""Ya karena aku tau apa yang mau kamu ucapkan.""Bagus dong, biar dia sadar siapa dia sekarang ini.""Terus kalau dia sudah tau, maka aku hanya akan menambah satu jenis anjing penjilat lainnya."Burhan hanya diam mencerna ucapan Darman. Baginya ada benarnya juga ucapan kawannya itu, sebab disekitar Darma memang sudah banyak penjilat yang berkeliaran."Balik kekantor apa nggak?" tanya Darma."Balik lah.""Yaudah ayo .""Iye bos."Burhan adalah teman sekaligus CEO diperusahaan miliknya, mereka dekat semenjak dibangku kuliah. Saling mengenal satu sama lain membuat pertemanan keduanya makin akrab hingga Darma mempercayakan satu perusahaan miliknya.Sesampainya diperusahaan, Darma bergegas pergi setelah
Duduk berdua didalam kamar, Sabrina berhadapan langsung dengan mata Sasa yang terus menatap tajam dirinya. Glekk, Sabrina dengan susah payah menelan salivanya, entah darimana ia akan menjelaskan permasalahan tentang adik untuk bocah kecil didepannya itu. "Ayo mah buat adek," seru Sasa tak sabar. "Sayang, buat adek itu gak gampang loh." "Susah ya mah. Apa perlu pakai tepung?" polosnya berbicara, mengundang tawa Sabrina yang tertahan. "Ehm, iya pakai tepung tapi kan kita belum beli tepungnya kan?" jawabnya. "Gitu ya ma, nanti kita beli tepung ya mama. Sasa udah gak sabar mau bikin adek," ajaknya penuh semangat, membuat Sabrina pusing untuk menjelaskan. "Bukan cuma butuh tepung aja sayang, tapi juga butuh telur." "Kan nanti kita beli telur sekalian aja ma." "Gak bisa, telurnya ini spesial. Cuma papanya Sasa aja yang punya," Sabrina segera menutup mulutnya saat tak sengaja berbicara hal aneh dide
Pagi harinya Darma terbangun lebih dulu, ia keluar dari kamar hendak melangkah menuju dapur. Namun tanpa sengaja ia berpapasan dengan pelayan yang sedang membersihkan rumahnya. "Permisi tuan," panggil pelayannya. "Iya, ada apa," menghentikan langkahnya tepat didepan pelayan tersebut. "Maaf tuan, tadi saat saya bersih-bersih nggak sengaja menemukan amplop ini didepan ruangan kerja tuan," memberikan sebuah amplop berwarna coklat yang tadi ia temukan. "Terima kasih ya bik," ucap tulus Darma kepada pelayannya. Namun setelah itu ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur dan segera menuju ruang kerjanya. Duduk dikursi kerja, Darma terus membolak-balik amplop coklat yang ada ditangannya. "Kampus pelangi," gumamnya saat melihat ada logo sebuah kampus yang tertera disudut amplop. Darma membuka laptopnya dan mencari tahu tetang kampus pelangi. "Ternyata kampus terbaik juga di kota ini, kenapa ak