Membuka matanya di pagi hari. Ghea merasakan tubuhnya linu. Menggeser sedikit kakinya, gadis itu merasakan perih di area intinya. Ia pun melongok ke dalam selimut. Mendapati tubuhnya polos tanpa sehalai benang pun, Ghea kaget. Seketika dibuangnya selimut itu ke sisi ranjang. Matanya semakin melebar melihat bercak darah yang sudah mengering, Ia pun semakin panik.
Dalam kebingungannya, Ghea mencari tas dan meraih ponselnya. Ia semakin pusing karena ponsel miliknya mati. Gadis itu bergegas memunguti bajunya dan langsung mengenakannya kembali. Ia pun meringis saat memakai kembali pakaian dalamnya. Ghea hampir saja meneteskan air mata. Ia ketakutan jika di luar sana tiba-tiba saja banyak wartawan yang muncul karena pemberitaan buruk tentangnya.
Berniat keluar dari kamar hotel, Ghea bingung mendapati dua kunci kamar. Satu kunci berbentuk kartu berada di atas meja, sementara satu kunci yang lain masih berada pada slot untuk mengaktifkan lampu kamar. Tubuh Ghea limbung sampai membentur dinding. Ia memegang keningnya sambil berpikir.
"Apa aku benar-benar dijebak? Semalam, apakah aku dan Noah melakukan itu? kenapa aku tidak bisa mengingat wajahnya?" Ghea gemetaran, ia lantas keluar dari kamar mengenakan kacamata hitam dan masker.
Memberikan dua buah kunci ke resepsionis, Ghea tak berpikir untuk menanyakan siapa pemesan kamar yang dipakainya tidur semalam. Yang ada dipikirannya sekarang adalah bertemu Jenny, sang manager.
_
__"Dimana semalam kamu tidur? kamu baik-baik saja kan?" baru saja sampai ke rumahnya, Ghea sudah diberondong pertanyaan oleh Jenny.
"Apa maksud-"
"Kris baru saja menanyakan apakah aku membawamu pulang, apa yang terjadi Ghe?"
Mendengar Jenny menyebutkan nama manager Noah, Ghea pun merasa ada yang janggal. Ia benar-benar dalam masalah besar.
"A-a-aku tidur di hotel, tidak terjadi apa-apa," jawab Ghea terbata.
"Syukurlah karena Kris bilang kamu dan Noah dicekoki obat perangsang oleh seseorang, dia membawa Noah pulang, tapi dia tidak menghubungiku karena menganggap aku tahu akan hal itu."
"Apa?"
"Ini lah kenapa aku melarangmu pergi berpesta, bintangmu sedang bersinar terang, dua tahun perjuanganmu akan sia-sia jika sampai kamu berbuat sesuatu yang salah."
Menelan salivanya, Ghea mengangguk paham. Di Kota ini, Jenny tak hanya manager bagi Ghea. Wanita itu sudah seperti kakak sekaligus orang tua pengganti baginya.
"Jen, hari ini aku ingin istirahat. Bisakah kamu memundurkan jadwalku ke salon hari ini?" pinta Ghea.
"Apa kamu tidak enak badan? apa kamu mabuk lagi?" Jenny hampir memegang kening Ghea, tapi tangannya ditepis oleh gadis itu.
"Bukankah kamu menjulukiku pendekar mabuk? seorang pendekar tidak selemah itu," candanya.
"Ish ... aku mengizinkanmu ke klub, party dan bersenang-senang, karena kamu bilang ingin merasakan hal itu meski hanya sekali seumur hidupmu, nyatanya kamu malah ketagihan."
Tertawa, Ghea memilih meninggalkan Jenny di ruang keluarga. Managernya itu memang sudah biasa keluar masuk rumahnya.
Menyalakan shower kamar mandi, Ghea mengguyur seluruh tubuhnya. Ia menunduk, mencoba mengingat apa yang diperbuatnya semalam.
"Aroma maskulin, dan otot lengan yang kekar. Siapa yang bercinta denganku semalam?" Ghea memejamkan matanya, ia berkata pada dirinya sendiri, bahwa harus mengubur peristiwa itu dan menganggapnya tidak pernah terjadi.
Namun, seketika Ghea membuka mata dan langsung menutup mulutnya. "Bagaimanapun aku sudah bercinta dengan seorang pria, bagaimana kalau dia merekam dan menyebarkannya?" Ghea merosot lemas.
***
Sementara, Daniel terlihat bekerja seperti biasa, Ia sibuk memeriksa dokumen perusahaannya, saat asisten sekaligus sekretarisnya yang bernama Jim masuk ke dalam ruangannya,
Jim menunduk, Ia merasa akan terkena omelan karena wanita yang seharusnya menemani atasannya bercinta semalam, akhirnya memilih tak jadi datang. Karena macet Ia berkeringat, Daniel tidak menyukai teman tidurnya berkeringat sebelum melakukan pemanasan dengannya.
"Jim, Darimana kamu bisa mendapatkan kontak seorang artis? wah ... sepertinya kamu sekarang mulai berteman dengan banyak kalangan," puji Daniel.
"Artis, maksud bapak?" tanya Jim keheranan.
"Kamu tahu? artis dan penyanyi bernama Ghea itu ternyata masih perawan, berapa yang kamu bayarkan untuknya semalam? aku sangat penasaran."
"Ghea? tapi pak, wanita yang seharusnya menemani bapak semalam, di-di-dia tidak jadi datang."
"Apa?" Daniel terkesiap dan langsung meletakkan pulpen di tangannya. "Apa maksudmu?"
"Wanita itu terjebak macet, dan dia bilang kepanasan sehingga berkeringat, bukankah syarat wanita yang bapak kencani, selain harus melampirkan tes kesehatan, meminum pil kontrasepsi juga tidak boleh bau keringat?"
Daniel kebingungan, jika Ghea bukan wanita bayaran, lalu apa semalam dia sudah memperkosa gadis itu? Ia bahkan senang karena mendapatkan milik Ghea yang masih tersegel.
"Sial! aku ini casanova bukan pemerkosa," gumam Daniel di dalam hatinya.
Duduk berhadapan di ruang rapat kantor agensinya, Ghea, Jenny, Kris dan juga Noah sedang membicarakan perihal kejadian seminggu yang lalu. Mereka mencoba menerka siapa yang mencampurkan obat perangsang ke dalam minuman dua artis yang akan terlibat dalam satu judul sinetron itu.Namun, Ghea terlihat tidak fokus mendengarkan. Gadis itu sedang sibuk memikirkan, bagaimana kalau melakukan operasi selaput dara di Korea, atau berdusta pernah jatuh sehingga kehilangan keperawanan tanpa sengaja saat dia memiliki suami nantinya."Ghe! Ghea? apa kamu sakit? kenapa memakai jaket tabal di siang bolong seperti ini?" tanya Kris kepadanya.Sadar dari lamunannya, Ghea malah menarik resleting jaket sampai ke lehernya. Ia takut tanda merah keunguan yang ditinggalkan pria misterius itu dilihat oleh orang lain. Sial baginya, sudah satu minggu tapi bekas itu masih kentara di kulit putihnya."Aku tidak apa-apa," jawab Ghea
Mendekat ke arah mobil, Ghea tidak langsung masuk. Ia hanya berdiri di ambang pintu sampai Daniel menggerakkan kepalanya memintanya naik.Entah sengaja, atau memang tidak mengerti dengan kode yang diberikan Daniel. Ghea tetap berdiri dan malah berkata bahwa dirinya sibuk."Dimana aku harus tanda tangan?"Daniel tersentak, menganggap kalau Ghea tahu apa yang akan dilakukannya. Ya, dia berniat membuat perjanjian supaya gadis itu tidak akan pernah menuntut apapun di kemudian hari, bagaimanapun juga dia sudah meniduri seorang public figure yang memiliki fans garis keras di negara ini. Salah-salah Daniel lah yang akan terkena hujatan seluruh nitizen yang budiman. Casanova bukanlah aib baginya, tapi jika disebut pemerkosa-lain cerita."Pak, apa anda juga ingin berfoto? bisakah kita bergegas, saya masih perlu mengambil beberapa adegan lagi, saya sibuk!"Daniel sadar, ternyata Ghea sama
“Hadiah dari siapa?” tanya Jenny yang melihat sebuah tas kertas tergelatak di atas meja ruang santai di rumah Ghea, gadis itu tak menjawab karena potongan apel berada di mulut sementara tangannya sedang sibuk memposting fotonya di sosial media.“Ghe, kalung berlian!” ucap Jenny sesaat setelah membukanya.Ghea langsung menoleh, matanya menatap sebuah kalung yang sedang dipegang Jenny. Gadis itu duduk dan lantas bertanya sambil mengunyah apel di dalam mulutnya.“Kenapa? apa mahal?” tanya Ghea dengan polosnya.“Apa kamu ingin aku mencarikan harganya?” Tanpa menunggu jawaban Ghea, manager berusia tiga puluh dua tahun itu langsung mengambil foto kalung berlian yang diberikan Daniel untuk Ghea kemarin.Ghea hanya duduk sambil memandangi tingkah managernya, ia manatap heran saat Jenny mengarahkan ponsel sambil melebarkan manik mata.“Why? Kenapa mukamu seperti itu.”Ghea melongo, ka
Daniel terus memacu wanita teman bercintanya tanpa jeda. Ranjang kamar hotel itu pun sampai bergoyang mengikuti setiap gerakan pinggangnya. Memuaskan hasrat pria itu memang sedikit menguras tenaga. Wanita yang sedang dia masuki dari belakang itu sampai terlihat kepayahan."Ahhh ... Tuan Daniel, apa anda belum sampai juga?""Tutup mulutmu, dan nikmati saja!" Daniel meremas dua gundukan sintal milik wanita malam itu.Bagaimana bisa menikmati, lutut wanita itu sudah hampir copot karena perbuatan Daniel. Deru nafas dan desahannya terdengar memelas. Namun, Daniel tidak ingin berhenti, Ia semakin menghujam hingga mengerang panjang. Entah kenapa Daniel langsung mengeluarkan miliknya, hingga mayonnaise-nya berceceran di ranjang."Bersihkan dirimu dan ayo kita mulai lagi!""A-a-apa Tuan?" wanita itu malah ketakutan.____Se
Jenny membawa mobilnya ke pinggiran kota. Sesekali Ia melirik Ghea yang duduk di sebelahnya. Gadis itu terdiam sambil memandang ke luar jendela. Ya, Jenny sudah memikirkan ini semalaman, bahkan dia tidak tidur untuk mencari dokter kandungan yang bisa memeriksa kondisi Ghea secara diam-diam.Masuk ke sebuah rumah yang merupakan tempat praktik seorang dokter kandungan, Ghea terkejut karena samar Ia mendengar suara erangan kesakitan dari sebuah ruangan. Gadis itu semakin terkejut saat beberapa menit kemudian seorang wanita keluar dengan memegangi bagian perutnya."Apa wanita itu baru saja melahirkan? lalu kemana bayinya?" Ghea tak sebodoh itu untuk bisa menerka apa yang sebenarnya terjadi di sana. Ia hanya berusaha menenangkan diri."Je, apa kamu-""Ibu Jenny, silahkan masuk!"Pertanyaan Ghea terjeda karena seorang wanita memanggil nama Jenny dan memintanya masuk ke dalam. Keduanya pun berdiri, baik Jenn
Sudah dua bulan usia kandungan Ghea, karena sudah menemukan solusi dan memutuskan apa yang akan dia lakukan ke depannya, gadis itu kembali ceria seperti biasa. Bedanya Ghea mau menerima endorse sebanyak-banyaknya, tujuannya untuk menabung pundi-pundi sebelum dia mundur dari dunia keartisan. Bahkan Ghea baru saja membeli tanah untuk membangun rumah kontrakan.Semua yang dilakukan Ghea tak lepas dari saran Jenny. Managernya itu benar-benar mengarahkannya dengan baik, mereka bahkan melakukan kerja sama dengan membuka sebuah toko oleh-oleh di Jogja. Jenny pun sudah berjanji kepada Ghea, dia tidak akan mengasuh artis lain selama Ghea vacum dari dunia hiburan nantinya.Ghea menjalani aktifitasnya dengan lebih semangat, Ia membaca banyak referensi soal kehamilan di internet, dia yakin dengan sebuah pernyataan yang menyebutkan, bahwa janin mengerti apa yang dirasakan dan dibicarakan oleh ibunya, maka dari itu setiap malam Ghea berbicara sambil mengusap perutnya yang masih data
"Richie!"Nova membuka kaca jendela mobil, tangannya melambai ke arah putra bungsunya yang baru saja kembali dari Italia. Richard masuk ke dalam setelah menyerahkan koper miliknya ke sopir.Memeluk erat wanita yang setahun ini tidak dia jumpai. Pria berumur dua puluh tujuh tahun dengan muka blasteran yang sangat kentara itu, mencium pipi dan menanyakan apakah Nova baik-baik saja selama dia pergi."Dasar bocah gila!" gerutu Nova yang setahun ini memendam rasa rindunya ke sang putra.Ya, selama setahun ini mereka tidak pernah sekalipun bertemu, bukannya Nova tidak memiliki uang untuk menyusul putranya ke Italia, atau Richie yang tidak bisa pulang ke Indonesia. Putranya itu sengaja pergi, dan enggan bertemu keluarganya untuk menyembuhkan luka dan rasa bersalahnya."Bagaimana kabar Kak Niel?""Dia sedang sakit."Mengernyitkan dahinya, Richie
Belakangan ini, Jenny disibukkan dengan kegiatan menyaring beberapa tawaran pekerjaan, yang masih bisa diambil Ghea sebelum benar-benar mundur dari dunia hiburan.Entah kenapa, mendekati hari dimana Ghea akan menyampaikan keputusannya di depan wartawan, kontrak dengan nominal yang lumayan bertubi-tubi masuk, bahkan beberapa diantaranya meminta Ghea menjadi brand ambassador dengan durasi dua sampai lima tahun."Jika saja kondisimu wajar, aku bisa menyebutnya rejeki dedek bayi, tapi karena kamu hamil tanpa tahu siapa yang menghamilimu, aku bisa bilang ini cobaan."Ghea hanya menipiskan bibir, Ia menyambar beberapa kertas yang sedang managernya periksa. "Bagaimana kalau mengambil yang ini?" Ghea mengulurkan sebuah kertas permintaan menjadi brand ambassador dari sebuah produk perhiasan."Bukankah yang di foto hanya bagian tangan dan wajah, tidak perlu seluruh badan. Kamu bisa mengajukan kita memakai foto