Sudah dua bulan usia kandungan Ghea, karena sudah menemukan solusi dan memutuskan apa yang akan dia lakukan ke depannya, gadis itu kembali ceria seperti biasa. Bedanya Ghea mau menerima endorse sebanyak-banyaknya, tujuannya untuk menabung pundi-pundi sebelum dia mundur dari dunia keartisan. Bahkan Ghea baru saja membeli tanah untuk membangun rumah kontrakan.
Semua yang dilakukan Ghea tak lepas dari saran Jenny. Managernya itu benar-benar mengarahkannya dengan baik, mereka bahkan melakukan kerja sama dengan membuka sebuah toko oleh-oleh di Jogja. Jenny pun sudah berjanji kepada Ghea, dia tidak akan mengasuh artis lain selama Ghea vacum dari dunia hiburan nantinya.
Ghea menjalani aktifitasnya dengan lebih semangat, Ia membaca banyak referensi soal kehamilan di internet, dia yakin dengan sebuah pernyataan yang menyebutkan, bahwa janin mengerti apa yang dirasakan dan dibicarakan oleh ibunya, maka dari itu setiap malam Ghea berbicara sambil mengusap perutnya yang masih datar. ia meminta janinnya bersikap kooperatif dan bisa diajak bekerja sama.
"Mama harus mencari uang untuk masa depan kita, jadi jangan buat mama mual, oke! setelah semua selesai kita ke Jogja, mama akan membelikanmu sapi."
"Mama harus manggung, setelah ini mama akan memberimu cake enak."
Begitulah kelakuan Ghea saat berbicara dengan calon bayinya. Dan saat Ghea bahagia dan sudah berdamai dengan kondisinya, Daniel terlihat berbeda, belakangan pria itu sering mual bahkan muntah saat mencium bau-bauan.
Seperti pagi itu, Daniel yang lebih suka meminum kopi saat sarapan, menolak dan menyingkirkan cairan pekat yang dibuat Jamilah untuknya.
"Kamu pucat banget Niel, apa kamu sakit?"
"Entahlah Ma, kepalaku pusing, beberapa hari ini aku mu- huek... " Daniel berlari menuju wastafel dan muntah-muntah.
"Hadeh, apa kamu masuk angin? sudah jangan pergi ke kantor dulu, istirahat di rumah, mukamu sudah seperti mayat," ucap Nova cemas.
"Tapi aku harus menjemput Richie di bandara, aku sudah merindukannya."
"Biarkan mama yang menjemput anak itu, istirahat lah, apa perlu mama memanggilkanmu dokter?" Nova berdiri dan memijat pelipis putranya.
"Tidak usah, aku akan meminta tolong Jim membawa dokter dari klinik perusahaan saja, biar sekalian membawa beberapa berkas laporan ke rumah."
_
___Ghea terlihat duduk mengenakan masker di ruang tunggu bandara, Ia akan bertolak ke luar kota untuk mengisi sebuah acara, tapi siapa sangka fans garis kerasnya yang berada di sana menyadari keberadaannya. Mereka pun mengerubuti Ghea dan meminta foto. Jenny yang hanya seorang diri kesusahan menghalau hingga meminta bantuan petugas bandara untuk mengamankan artisnya. Seharusnya dia menyiapkan pengawal untuk Ghea.
Ghea akhrinya diamankan ke sebuah private lounge (ruang tunggu pribadi) oleh petugas.
"Silahkan tunggu di sini Nona," ucap petugas.
Ghea pun mengangguk, Ia duduk di sofa dan mengecek ponselnya, merasa tak ada yang penting Ghea pun memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam tasnya, lalu menyandarkan punggungnya sambil iseng meniup-niup poninya. Tanpa Ghea sadari, seorang pria terlihat menatap ke arahnya sambil tersenyum melihat tingkahnya.
Namun, tak lama pria itu berdiri dan menggeret kopernya sambil berbicara. "Iya ma, aku sudah sampai, oke! aku akan menunggu di luar."
***
"Apa anda salah makan?" tanya dokter klinik perusahaan yang dibawa Jim untuk memeriksa kondisi Daniel.
"Tidak! aku makan seperti biasa. Jadi apa diagnosamu? sakit apa aku?"
"Hem... jika anda perempuan mungkin saya bisa meminta anda melakukan tes kehamilan, karena gejala anda seperti orang yang tengah hamil muda."
Candaan dokter itu membuat Daniel meradang. "Tidak lucu!"
"Sepertinya anda hanya butuh istirahat pak," ucap dokter itu.
Setelah dokter pergi, Jim memberikan beberapa dokumen kepada Daniel. Sekretarisnya itu pun menyampaikan sebuah pesan dan hanya disikapi dingin oleh atasannya itu.
"Nona Isabel hari ini kembali ke Indonesia."
"Richie!"Nova membuka kaca jendela mobil, tangannya melambai ke arah putra bungsunya yang baru saja kembali dari Italia. Richard masuk ke dalam setelah menyerahkan koper miliknya ke sopir.Memeluk erat wanita yang setahun ini tidak dia jumpai. Pria berumur dua puluh tujuh tahun dengan muka blasteran yang sangat kentara itu, mencium pipi dan menanyakan apakah Nova baik-baik saja selama dia pergi."Dasar bocah gila!" gerutu Nova yang setahun ini memendam rasa rindunya ke sang putra.Ya, selama setahun ini mereka tidak pernah sekalipun bertemu, bukannya Nova tidak memiliki uang untuk menyusul putranya ke Italia, atau Richie yang tidak bisa pulang ke Indonesia. Putranya itu sengaja pergi, dan enggan bertemu keluarganya untuk menyembuhkan luka dan rasa bersalahnya."Bagaimana kabar Kak Niel?""Dia sedang sakit."Mengernyitkan dahinya, Richie
Belakangan ini, Jenny disibukkan dengan kegiatan menyaring beberapa tawaran pekerjaan, yang masih bisa diambil Ghea sebelum benar-benar mundur dari dunia hiburan.Entah kenapa, mendekati hari dimana Ghea akan menyampaikan keputusannya di depan wartawan, kontrak dengan nominal yang lumayan bertubi-tubi masuk, bahkan beberapa diantaranya meminta Ghea menjadi brand ambassador dengan durasi dua sampai lima tahun."Jika saja kondisimu wajar, aku bisa menyebutnya rejeki dedek bayi, tapi karena kamu hamil tanpa tahu siapa yang menghamilimu, aku bisa bilang ini cobaan."Ghea hanya menipiskan bibir, Ia menyambar beberapa kertas yang sedang managernya periksa. "Bagaimana kalau mengambil yang ini?" Ghea mengulurkan sebuah kertas permintaan menjadi brand ambassador dari sebuah produk perhiasan."Bukankah yang di foto hanya bagian tangan dan wajah, tidak perlu seluruh badan. Kamu bisa mengajukan kita memakai foto
"Kamu tahu berapa banyak wanita yang sudah berkencan denganku?"Dalam situasi seperti sekarang, pertanyaan Daniel membuat Ghea tak habis pikir. untuk apa pria itu bertanya hal yang jelas dia tidak tahu jawabannya, dan juga merupakan ranah pribadi, tapi sejatinya Daniel sedang tidak bertanya. Kalimat itu hanya pengantar penjelasannnya saja."Ratusan, aku bahkan puluhan wanita yang berbeda setiap bulan," imbuhnya."Ya Tuhan, Ibu ...." Ghea malah tiba-tiba saja histeris mendengar ucapan Daniel. "Apa kamu ingin berkata bahwa telah menulariku HIV?"Mendengar pertanyaan Ghe, kini giliran Daniel yang histeris, "Ya Tuhan, apa kamu sedang menyumpahiku?"Masih menangis karena takut tertular penyakit, Ghea pun bertanya apa maksud Daniel memberitahunya bahwa dia sudah melakukannya dengan ratusan wanita."Aku ini Casanova beda dengan pemerkosa, untuk berkencan dengan wani
Ghea tersenyum ceria, dengan baju berwarna hijau pastel dengan rambut kuncir kuda, gadis itu duduk setelah menyapa beberapa wartawan yang sudah berkenan hadir dalam acara konferensi persnya.Para wartawan itu jelas sudah tahu alasannya saat menerima informasi kenapa Ghea tiba-tiba saja melakukan semua ini, tapi yang mereka belum tahu adalah alasan Ghea yang tiba-tiba saja ingin mundur dari dunia hiburan di saat karirnya tengah berada di puncak.Tak ingin menunggu lama, Ghea pun mulai berbicara, dengan ciri khasnya yang suka bercanda.“Terima kasih teman-teman sudah mau hadir, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi aku takut kalian tiba-tiba merindukan aku, kalau aku sampai tidak berpamitan ke kalian.”Riuh tawa terdengar di sana, Ghea pun tersenyum dan kembali melanjutkan ucapannya. “Jadi untuk beberapa bulan ke depan, aku ingin istirahat dari dunia hiburan.”&n
Belum juga Ghea sadar dari rasa terkejutnya, sosok Daniel sudah menyusul di belakang karyawan ayahnya yang bernama mba Rahmi itu. Ia pun terbengong, bingung kenapa pria ini sudah ada di hadapannya.“Ka-ka-kamu, ngapain di sini?”Ghea malah takut mendapati sosok Daniel. Bagaimana tidak? penampilan anak sulung Nova itu sangat mencolok dengan kemeja berwarna biru langit dipadukan dengan celana pendek, dilengkapi jam tangan mahal di pergelangan tangan, juga kacamata hitam yang masih dikenakannya, aura pria itu jelas berbeda dengan orang-orang yang berada di sana.Ghea menengok, menatap para karyawan Pak Asman yang sedang menjemur batik menggunakan baju partai untuk membandingkan, Gadis itu lantas melihat dirinya sendiri, daster batik motif sogan model oversize sepanjang lutut, rambut cepol berantakan dan dia juga belum mandi. Jika disandingkan dengan Daniel, dirinya nampak seperti pembantu pria itu.Rahmi yang m
Ghea terlihat cemberut, ia membuka pintu mobil miliknya dengan sedikit malas, sementara Daniel terlihat tersenyum dan melambaikan tangan ke Pak Asman, sambil bertanya. “Bapak tidak ikut pulang?”“Nanti kalau sudah tutup, bapak bisa pulang bareng anak buah bapak yang lain.”Menyalakan mesin mobilnya, Ghea merasa sepertinya sang ayah sangat menyukai Daniel. Melihat senyum sumringah ayahnya, gadis itu sama sekali tidak rela karena yang membuatnya seperti itu adalah kudanil.“Berapa harga tanah di sini?” Daniel membuka jendela mobil, melihat pemandangan yang masih didominasi pepohonan dan sawah itu. Toko Batik milik ayah Ghea memang terletak di sebuah desa wisata yang masih dijaga kelestariannya, jarak antara rumahnya dan toko mungkin sekitar empat kilometer.“Kenapa? apa kamu berniat membuat usaha di sini? Tidak usah! Aku tidak ingin orang asing masuk dan membuat desa yang indah ini menjadi kawasan industri, aku ingi
Ghea yang berbaring di atas ranjang hanya bisa menatap langit-langit kamarnya tanpa bisa memejamkan matanya. Sesekali dia melirik ke kanan, ingin memastikan apakah Daniel sudah tidur di bawah sana.Pria itu tadi sudah tidur di kamar Pak Asman. Namun, dengkuran ayah Ghea itu membuatnya stress, Daniel merengek dan entah kenapa membuat Ghea sedikit kasihan."Aku tidak bisa tidur tanpa pendingin ruangan.""Astaga! apa kamu mau tidur di kamarku? terus aku tidur dimana? aku juga tidak mau tidur sama ayah!"." Ya sudah kita tidur berdua," ucap Daniel."Hei ... " Belum juga Ghea terkejut dengan ucapan Pria itu, Daniel sudah masuk ke dalam kamar Pak Asman dan keluar membawa kasur lantai alasnya tidur.mengedipkan matanya berkali-kali, Ghea yang penasaran menggeser tubuhnya, gadis itu sedikit memiringkan badannya untuk melihat Daniel. Pria itu sepertinya sudah terlelap, matanya terpejam rapat. Namun, saat Ghea hampi
Ghea memasang wajah datar, fotonya lagi-lagi tersebar bersama Daniel. Bedanya, kini orang-orang semakin berspekulasi bahwa kemundurannya dari dunia hiburan adalah untuk menikah dengan pria itu.Melajukan kembali mobil untuk pulang, tak banyak yang Daniel dan Ghea bicarakan sepanjang perjalanan. Ghea bahkan terkesan tak peduli dengan keluarga Daniel yang akan datang melamarnya besok. Gadis itu juga tidak ingin menanyakan perihal kapan mereka akan menikah. Hal yang pertama ada di dalam otak Ghea adalah membuat kesepakatan, dan kali ini dirinya lah yang harus memegang kendali."Aku ingin kita tidak mencampuri urusan masing-masing setelah menikah." Ghea akhirnya membuka mulutnya. "Aku ingin sebuah dokumen legal hitam di atas putih, juga saksi. Jika perlu mari kita sewa pengacara yang bisa dibayar agar mau tutup mulut sampai kesepakatan kita berakhir."Daniel menganggukkan kepala, hat