Share

Bab 7

Selene tahu bahwa Sebastian sangat tidak menyukainya.

Dia merasa seolah-olah berpuluh ribu jarum menusuk hatinya. Menyakitkan, memalukan, dan menjengkelkan.

Namun, dia gentar pada Sebastian.

Dia akan mengatakan beberapa hal lagi dengan suara imut palsunya, tetapi panggilan telepon itu tiba-tiba berakhir.

Hati Selene tenggelam.

"Ada apa, Selene?" Jade cepat bertanya.

“Bu…Tuan Sebastian… Dia tidak setuju untuk datang dan mendiskusikan pernikahan kita dia tidak akan mengetahuinya, kan?”

Selene mulai menangis ketakutan. “Dia tidak akan tahu kalau aku meniru Sabrina, kan? ibu, apa yang harus kita lakukan? Entah berapa korban yang sudah dihabisi Sebastian, aku taku t…”

Jade dan Lincoln juga ketakutan.

Seluruh keluarga menghabiskan sepanjang sore dalam ketakutan sampai seorang pelayan datang untuk melapor, “Tuan, nyonya, Sabrina ada di sini. Dia bilang dia kesini untuk mengambil foto dirinya dan ibunya.”

"Suruh dia untuk pergi!" Selene langsung melampiaskan amarahnya pada Sabrina.

Pada saat itu, Selene hanya bisa fokus pada rasa takutnya. Dia lupa bahwa dia telah menyilakan Sabrina kemarin untuk datang dan mengambil foto-foto lama ibunya.

Awalnya yang dimaksudkan Selene adalah untuk secara terbuka menunjukkan kasih sayangnya kepada Sebastian di depan Sabrina, sehingga Sabrina akan marah!

Namun, dia tidak menyangka bahwa Sebastian akan menolak undangannya dengan begitu tegas.

Pelayan itu terdiam.

"Tunggu! Biar aku pergi berbicara padanya!” Selene kemudian bangkit dan menuju keluar.

Menangis sepanjang sore itu membuat mata Selene bengkak. Rambutnya sangat berantakan. Dia bahkan lupa untuk melihat ke cermin dan bergegas keluar.”

“Dasar pelacur! Kau pelacur yang melakukan bisnis semacam itu. Kau akan mengotori rumahku lagi setiap kali datang ke sini, dan kami tidak menyambutmu! Enyahlah kau sekarang!” seru Selene dengan kejam.

Sabrina mencibir. "Selene, kaulah yang memintaku datang untuk mengambil foto ibuku."

"Pergi! Pergi! Pergi ke neraka! Sana kau!” Selene meraung-raung dengan tidak masuk akal.

Sabrina sangat marah sehingga dia tertawa.

Dia mengamati Selene.

Tiba-tiba, Sabrina menyadari Selene mengamuk tanpa alasan yang jelas.

Sabrina memasang ekspresi polos dan bertanya dengan acuh tak acuh, “Selene, aku bisa melihat matamu bengkak, dan rambutmu itu berantakan seperti sarang ayam. Mungkinkah kau hamil dengan pria entah dari mana dan diputuskan begitu saja?”

Selene sangat marah sehingga dia membuat gerakan mengancam dan ingin melompat ke Sabrina. "Aku akan memukulmu sampai mati ..."

Sabrina bahkan tidak mengedipkan mata tetapi hanya dengan tenang menjawab, “Kau berani memukulku sampai mati di depan rumahmu. Mungkinkah kau juga ingin membusuk di penjara? ”

Selene berteriak, “Kau… Kau! Kau pergi ke neraka! Pergi! Sekarang juga! Pergi…"

Sabrina mencibir, berbalik, dan pergi.

Dia tidak punya waktu untuk bertarung dengan Selene.

Dia lapar dan butuh makan.

Dia mudah lapar sejak hamil. Dia menginginkan sesuatu yang bergizi tetapi tidak punya uang.

Dia tidak punya pilihan selain kembali ke tempat dia tinggal dan makan beberapa sandwich jamur yang dibeli dari kios.

Saat sedang menikmati sandwichnya, dia melihat seorang pria berdiri di depannya.

Pria itu adalah asisten Sebastian, Kingston.

Sabrina tertegun sejenak, tetapi dia terus menikmati sandwichnya. Dia, berjalan melewati Kingston tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan kembali ke tempatnya.

Hal-hal antara Sebastian dan dia hanyalah kesepakatan kontrak. Selain harus bersandiwara di depan Grace, mereka tidak memiliki hubungan lain.

Sabrina tidak pernah mengambil inisiatif untuk membentuk koneksi hanya demi keuntungannya.

"Nona Scott," Kingston memanggil di belakangnya. Dia tidak menyangka Sabrina tidak akan menyapanya.

Sabrina berbalik. "Kau memanggilku?"

"Masuk ke mobil," kata Kinston singkat.

Sabrina bingung.

“Nyonya Besar akan menelepon ke rumah hari ini. Jika dia mengetahui bahwa nona dan Tuan Sebastian tidak tinggal bersama…”

"Aku mengerti." Begitu Sebastian dan Sabrina mulai dalam sandiwara mereka itu, keduanya harus tetap dalam karakter masing-masing. Sabrina pun masuk ke dalam mobil.

Tempat yang mereka tuju bukanlah rumah keluarga Ford, melainkan lingkungan kelas atas di pusat kota. Kingston membawa Sabrina ke lantai dasar gedung, dan dia pergi setelah menyerahkan Sabrina kepada seorang pelayan rumah tangga wanita yang berusia sekitar empat puluhan.

"Nona pasti Nyonya Muda yang baru, ‘kan?" Wanita itu tersenyum sambil menatap Sabrina.

Sabrina merasa canggung. "Kau adalah?"

Wanita itu memperkenalkan dirinya, “Aku Bibi Quinton, pembantu rumah tangga yang telah melayani nyonya Besar selama lebih dari 10 tahun. Nyonya secara khusus menelepon untuk memberi tahuku dan memintaku merawat menantu perempuannya dengan baik. Mari, ikuti aku.”

Tempat itu adalah suite duplex kelas atas, dan tingkat interior yang mewah tidak perlu diperkenalkan lebih lanjut. Namun, tempat tinggal semacam ini jelas bukan sesuatu yang bisa dimiliki oleh keluarga biasa.

Sabrina bertanya pada Bibi Quinton, “Tempat ini adalah…”

“Ini adalah bekas kediaman Tuan Muda Sebastian,” kata bibi Quinton.

Sabrina mengerti. Kingston-lah yang menjemputnya, jadi mungkin Sebastian tidak akan datang ke sini.

Sempurna. Dia tidak lagi perlu khawatir tentang tidak memiliki tempat tinggal lagi.

Dia berencana untuk membawa barang bawaannya yang sederhana dari tempat persewaannya besok.

Telepon rumah di ruang tamu berdering segera setelah dia duduk di sofa. Bibi Quinton mengangkat telepon, tersenyum, dan berkata, "Dari nyonya. Ya, dia di sini, dia di sini. nyonya Muda baru saja duduk di sofa.”

Bibi Quinton memberikan telepon rumah ke Sabrina. "Nyonya yang menelepon."

Sabrina mengangkat telepon dan berkata, “Hallo bu, apa ibu baik-baik saja?”

Grace bertanya dengan lembut, "Sabbie, katakan padaku, apa kau sudah terbiasa dengan tempat itu?"

Sabrina menjawab, “Ehm… aku belum pernah tinggal di rumah yang begitu bagus.”

“Di mana bocah itu? Apa dia ada bersamamu?” Gracia bertanya lagi.

Sabrina tahu betul bahwa jika dirinya ada di tempat itu, Sebastian pasti tidak akan datang. Namun, dia masih menjawab, “Sebastian akan segera kembali. Aku menunggunya untuk makan malam bersama."

“Bagus, bagus, kalau begitu aku tidak akan mengganggu kalian berdua. Aku akan menutup telepon sekarang."

“Sampai nanti, Bu.”

Pada malam hari, Sabrina menikmati makan malam yang mewah dan Bibi Quinton bahkan secara pribadi membantunya membersihkan diri.

“Nona Muda, ini adalah minyak esensial, susu mandi, dan kelopak mawar. Menggunakan ini untuk berendam di bak mandi akan memastikan kulit Nona menjadi lebih baik.”

“Aku sudah menyiapkan jubah mandi untukmu dan meletakkannya di luar kamar mandi. Kau dapat mengambilnya ketika keluar. Aku akan menyiapkan tempat tidur untukmu sekarang.”

Bibi Quinton adalah pembantu rumah tangga yang cakap.

Sabrina sedikit kewalahan dengan perlakuan manja yang diterimanya.

Sabrina tertarik pada kamar mandi yang luas, bak mandi multifungsi yang besar, minyak esensial yang wangi, dan kelopak mawar.

Dia hanya tinggal di tempat tidur sewaan, jadi dia harus menggunakan kamar mandi umum kapanpun dia perlu membersihkan diri.

Dia tidak pernah mandi santai dengan benar sejak dia keluar dari penjara.

Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan besar pada hari itu.

Setelah berendam beberapa lama, Sabrina merasa seluruh tubuhnya nyaman, dan dia mulai mengantuk.

Dalam keadaan mengantuk, dia keluar dari bak mandi. Tubuhnya masih basah, dan dia membuka pintu untuk meraih jubah mandi. Namun, dia bertabrakan dengan tubuh yang tinggi dan kekar.

"Ah…!!!" Sabrina berteriak sekuat tenaga karena kaget.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
jahat si selene
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status