Share

Nikahi Aku, Puaskan Aku

“Tuan, serius ingin menikahi saya?” tanya Alya yang menghentikan langkahnya. Mau tak mau Andrew juga ikut berhenti.

“Kenapa kamu keberatan?” Andrew balik bertanya. Tatapannya begitu menikam hati Alya. Alya hanya tertunduk.

“Bukan seperti itu maksud saya, Tuan. Sebelumnya saya berterima kasih karena Tuan sudah menolong saya tadi.”

“Stop! Saya tidak menerima basa basi kamu. Mending sekarang kamu bersiap-siap karena sebentar lagi kita akan melakukan akad,” sambar Andrew yang begitu angkuhnya. Alya mengunci mulutnya rapat-rapat. Pesona pria itu sangat mematikan. Tampan tapi mulutnya pedas.

Andrew mengedarkan pandangan. Begitu melihat Bernando, dia langsung melambaikan tangan, isyarat mendekat. Sang aspri dengan langkah lebarnya menghampiri sang majikan.

“Bawa dia ke ruang make up. Dandani secantik mungkin. Aku tidak mau dia mempermalukanku di acara pernikahan ini.”

Bernando mengernyit dahi sambil melihat ke arah wanita yang berpakaian lusuh di samping majikannya. Dia kembali menatap keheranan kepada sang Majikan.

“Tuan, mau menikahi wanita itu? Terus bagaimana dengan Nona Ara?”

Andrew melotot ke arahnya. Bernando bergidik. Jangan sampai Majikanya mengeluarkan perkataan yang merugikannya. Buru-buru dia membimbing Alya untuk masuk ke dalam Villa.

Alya tidak punya pilihan lain. Sepertinya bersama dengan Andrew, dia akan merasa dilindungi. Jauh lebih baik daripada harus terbelenggu dengan Manto. Begitu asumsinya.

‘Terus, bagaimana dengan Leo?’

Dia kembali dilanda kecemasan. Apa dia terlalu egois karena telah meninggalkan Leo? Terus bagaimana nasib anaknya itu di tangan Manto sekarang?

*

Alya duduk di pinggir ranjang dengan gelisah. Setelah acara akad yang dilanjut resepsi, dia merasakan capek yang luar biasa, karena harus berdiri menyalami tamu sampai berjam-jam. Namun, itu tidak seberapa dibandingkan dengan degup jantungnya yang berdetak luar biasa sekarang.

Ruang kamar sudah didesain sedemikian rupa. Terlihat menarik untuk pengantin baru. Ruangan yang seharusnya untuk Andrew dan kekasihnya, Ara harus digantikan oleh Alya.

Alya mengetahuinya dari Bernando. Selama proses make up, Alya banyak bertanya mengenai background Andrew. Sayangnya si aspri tidak menjelaskan secara detail. Alya cukup mengerti kalau Andrew adalah orang yang eklusif. Tidak boleh ada sembarang orang yang tahu mengenai kehidupan pribadinya.

Sekarang, Alya didera canggung luar biasa. Tatapannya tidak berhenti menatap ke arah pintu. Bagaimana kalau Andrew datang? Bahkan, Alya tidak mempersiapkan kalimat-kalimat yang tepat untuk berhadapan dengan Andrew yang terlihat angkuh.

Cukup lama dia menunggu sampai dia dikejutkan dengan suara pintu yang didobrak. Alya yang terkesiap langsung berdiri. Terlihat Andrew yang dalam keadaan mabuk berjalan menuju ranjang.

Alya bergidik. Pria itu terlihat mengerikan dengan tatapan matanya yang memerah. Pandangannya terlihat menelanjangi Alya.

“Kenapa kamu masih pake baju pengantin?”

“Maaf, Tuan, Saya….” Belum sempat Alya meneruskan kata-katanya tiba-tiba pria gagah itu ambruk ke lantai. Sepertinya dia kehilangan keseimbangan.

Alya langsung berhamburan menolongnya. Namun, Andrew menepis tangannya kasar. Kemudian, dengan langkah tertatih, pria itu berjalan ke ranjang dan Ambruk untuk kedua kalinya.

Alya mengatur nafasnya yang memburu sambil terus melihat Andrew yang sesekali bersendawa. Hal yang Alya sadari bahwa pakaian suaminya itu basah. Mungkin terkena alcohol.

Setelah memastikan Andrew dalam keadaan tenang.

Dia pun langsung menanggalkan pernak-pernik di kepalanya, baru kemudian gaun pengantinnya. Sekarang statusnya adalah istri dari Andrew. Lelaki asing yang menolongnya. Mendadak menikahinya juga. Perasaan Alya campuraduk pada saat itu. Mau senang ataupun sedih. Dia bingung.

Alya tercenung sesaat. Mengingat kejadian yang telah lalu. Kalau dipikir-pikir, Sepertinya Manto sudah lama terobsesi dengannya. Menjeratnya dengan cara yang licik, melalui Haris yang juga menginginkan berpisah darinya dan menikahi sahabatnya sendiri.

Seketika, Alya merasa bahwa kecantikannya bukan pembawa keberuntungan melainkan malapetaka yang tiada henti.

Alya mengusap air matanya kasar. Dia sangat membenci airmata yang jatuh sia-sia karena kejadian itu. Dia pun beringsut ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak butuh waktu lama, Alya keluar dari kamar mandi. Kondisinya sudah segar sekarang. Setelah mengeringkan rambut, dia segera mengganti baju dengan pakaian tidur yang tersedia di almari. Tidak lupa untuk menggunakan cream malam yang tersedia di meja rias.

Sekarang Alya perlahan memasukan kedua kakinya ke dalam selimut. Dia merebahkan diri dengan membelakangi Andrew. Jujur saja, dia sangat membenci bau alcohol karena itu mengingatkannya kepada Haris.

Baru saja mencoba terlelap, tiba-tiba Alya merasakan punggungnya yang hangat oleh dekapan.

*

Secara perlahan, Alya berusaha memindahkan lengan kekar itu. Tetapi, setiap kali selesai dipindahkan, tangan itu kembali mengapit tubuh Alya. Tubuh besar pria itu seolah sangat kaku dan tidak ingin lepas darinya.

“Andrew! Lepaskan aku! Jangan seperti ini!” pekik Alya sambil meronta. Namun, bagaikan bicara dengan orang tunarungu, pria itu sama sekali tidak mendengarnya. Dia sudah terlarut dalam alam mimpi.

Comments (33)
goodnovel comment avatar
Budi Nuraini
lanjut kan
goodnovel comment avatar
Ahmad Urbubia
yah terpaksa lanjut aja..
goodnovel comment avatar
Iyus Yusuf
goooooooooood
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status