*
“Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah ingin dimasukin?” tanya Manto. Alya diam saja. Tapi wajahnya memerah karena sesuatu di bawah sana yang terus digesekan naik turun mengenai perutnya. Manto sengaja melakukan itu untuk merangsang Alya.
“Ah!” pekikan Alya tertahan di tenggorokan. Dia semakin kuat menggelayut di leher beton Manto. Betapa gesekan benda jumbo itu begitu menggairahkan. Meskipun tidak sebesar milik Andrew, tapi setidaknya cukuplah sebagai pelampiasan malam ini.
Tiba-tiba bayang-bayang wajah bengis Andrew melintas di benaknya. Pria idaman yang justru sering membuatnya sakit hati dengan tingkah kasarnya. Yang juga sering mempermainkan nafsu Alya, padahal Alya sudah sangat berhasrat dengan pria yang mirip dengan aktor film laga itu.
Tingkah yang berbeda ditunjukan oleh Manto. Manto juga bengis sebenernya. Namun entah kenapa malam ini, sikapnya itu sangat memanjakan dirinya. Alya seperti diperlakukan seperti ratu
Manto mengerahkan rudalnya dengan maksimal. Menggaruk dinding-dinding yang gatal. Ceracau Alya semakin tidak karuan. Tanpa dia sadari, Mengeluarkan kata-kata kotor yang justru membangkitkan libido.“Hmmmm… P-pak!”“Kenapa Sayang?”“J-jangan berhenti P-pak!” pinta Alya. Entah untuk ke berapa kalinya dia menjerit panjang karena klimaks yang begitu deras. Beradu dengan rudal yang semakin mudah keluar masuk. Cairan tumpah ruah. Membasahi kaki gempal Manto.“Tahan, Sayang. Mau keluar lagi hah? Liar sekali kamu,” ujarnya terkekeh. Dalam keadaan normal, Alya tentu marah dengan pertanyaan itu. Namun, tidak untuk saat meninggi seperti ini. Baginya, apapun perkataan yang keluar dari mulut Manto adalah semangatnya bercinta.Alya sempat kecewa karena Manto tidak melanjutkan bercinta sambil menggendong. Mungkin dia sudah kehabisan tenaga. Ah, seandainya, ada pria yang lebih muda dengan tenaga maksimal seper
“Leo!”“Alya bangun Alya, kamu kenapa?” tanya Mawar yang menggoyang-goyangkan tubuh Alya.Alya langsung membuka matanya. Keringat membanjiri keningnya. Pandangannya menyapu sekitar. Dia berada di kamar? Terlihat Andrew dan Mawar juga di ruangan itu.“Kamu mimpi buruk ya?” tanya Mawar lembut. Alya langsung menoleh ke Mawar. Astaga jadi apa yang dialami barusan hanyalah mimpi? Kenapa begitu nyata sekali!“Tolong, anakku! Anakku disiksa sama istri-istri Manto,” ujar Alya dengan mulut gemetar. Sekilas dia melihat sosok gagah Andrew yang memandanginya dengan tatapan tajam.Dia ingat terakhir kali berlari dari dapur, kemudian menangis di dalam kamar sampai tertidur. Jadi dia tidak pernah kabur dari Villa itu. Tidak telanjang sampai Villa Manto. Tidak bersenggama dengan Manto. Apa yang dia alami hanyalah mimpi.Namun, tentang Leo. Entah kenapa, dia merasa itu adalah firasat bahwa anaknya memang
Alya keheranan dengan sikap Andrew. Kenapa pria itu mencegah dirinya untuk memeluk anaknya sendiri."Bawa anak ini ke rumah, biar pelayan yang merawat anak ini!" titah Andrew kepada Bernando.Alya terbelalak. Pandangannya mengarah ke Leo yang merengek meminta untuk dilepaskan. Begitu juga Alya yang begitu ingin memeluk anak itu. Namun, Andrew dengan keras kepalanya tidak mengizinkan mereka bersatu."Mama!""Leo!""Bernando! bawa anak ini pergi sekarang!" pekik Andrew yang membuyarkan lamunan Bernando. Pria yang sama gagahnya dengan Andrew itu sepertinya agak kasihan melihat Alya yang dipisahkan dengan Leo. Bukankah tujuannya menyelamatkan Leo untuk dipertemukan kembali Dengan Alya. Tetapi, Bosnya yang super galak itu malah memisahkan mereka."LEO!" pekik Alya tertahan. Dia membungkukkan badan sambil tangannya meraih ke depan. Anak keci
Alya panik, tetapi dia tidak bisa menolong. Rintihan di kamar sebelah itu terdengar tidak biasa. Alya masih bisa membedakan mana rintihan penuh kenikmatan atau rintihan kesakitan.“Tuan, Andrew. Jangan bagian itu. Sakit.”Alya berdiri. Tubuhnya gemetar. Emang bagian mana yang dikerjai oleh si perkasa Andrew sampai wanita itu kesakitan.Takut bercampur penasaran, Alya melangkah mendekati pintu. Di luar ruangan, dia mendengar dengan suara Mawar yang mirip long-longan. Haruskan Alya menolongnya sekarang?‘Mawar begitu baik, aku harus menolongnya dari sang monster itu,’ batin Alya. Dia beringsut mengambil stik golf yang ada di sudut ruangan lantai dasar, kemudian kembali ke ambang pintu.Dari celah pintu yang terbuka, Alya terkesima. Stik golf yang semula mengacung pun turun. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Andrew mengerjai bagian yang tidak seharusnya. Lubang belakang milik Mawar menjadi incaran si buas itu.Al
Pagi berikutnya,Alya menghalangi cahaya yang masuk melaui celah jendela kamar. Matanya mengerjap-erjap. Sepertinya matahari sudah sepenggalah naik yang menandakan kalau dia kesiangan.Alya bangkit dengan posisi duduk. Mengumpulkan sejenak kesadarannya. Kejadian semalam langsung menyergap ingatannya. Alya menyentuh bulu romanya yang berdiri. Tatapannya menuju pintu. Perasaan takut kalau si monster Andrew datang dan melakukan hal yang sama kepadanya.‘Tidak mungkin, Pria itu pantang menyetubuhiku. Jadi aku aman.’ Alya menenangkan dirinya sendiri. Menyakinkan dirinya bahwa Andrew tidak akan pernah melecehkannya, tapi di sisi lain ada beberapa hal yang bisa saja membuat Andrew berubah pikiran.Yang pertama, Alya adalah istri sah Andrew, Jadi bisa saja sewaktu-waktu Andrew meminta jatah kepadanya. Juga Andrew adalah monster buas yang tidak akan membiarkan wanita secantik Alya begitu saja. Mungkin saja Monster itu memiliki niat untuk melakukan &lsq
yang cukup besar. Alya bisa merasakan lengketnya keringat pria itu yang menempel dikulitnya serta aroma tubuhnya yang maskulin menggoda.Alya cukup tersiksa. Dadanya sesak. Dia membuka mulutnya lebar. Mencari udara sebanyak-banyaknya. Tubuh kecilnya tidak mampu mendorong tubuh pria itu. Bukan karena tidak kuat. Kalau sekedar menggeser bisa saja, tapi resikonya bagaimana kalau Pria ini bangun.Untuk sejenak, Alya terdiam. Dia memandang wajah garang Andrew yang terlelap. Seakan tanpa dosa menganggap Alya seperti kasur yang empuk setelah jatuh tadi.Apalagi wajahnya yang begitu dekat dengannya. Mungkin kalau pasangan kekasih. Bisa saja ini ,menjadi adegan romantis, tapi kenyataanya tidak seperti itu. Andrew adalah momok yang paling menakutkan pertama setelah Manto.Ketika Alya hendak meronta, mendadak dia mendapatkan dorongan kecil dari area selangkangan. Sesuatu yang menggelepar besar sedang mencari sarangnya. Astaga! Kejantanan Andrew bangun dengan begitu
“Bisa dibilang Andrew adalah pria brengsek yang menganggap wanita itu hanya mainan saja. Dia sama sekali tidak tertarik untuk terikat dengan hubungan yang serius dengan satu wanita,” ucap Mawar memulai cerita. Dia sempat meminta Alya untuk kembali ke kamar untuk mengambil rokok. Sambil bercerita, dia sambil mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.“Dugem sudah menjadi jiwanya, minuman keras dan wanita nakal adalah santapannya setiap hari. Bahkan dia bisa main dengan tiga wanita sekaligus bergantian dalam satu malam,” imbuhnya yang menjelaskan betapa garangnya Andrew di ranjang. Memang sosok pejantan bandel sejati, begitu batin Alya.“Namun, semuanya berubah semenjak dia mengenal Ara, wanita berdarah Filipina yang sama dengan negara asalnya. Dia cantik, manis dan baik. Kurang lebih sama seperti kamu.”Alya serasa tertohok mendengarnya. Wajahnya memerah. Penilaian Mawar begitu berarti karena dia sangat mengenal Andrew, pangeran
“Selamat pagi Tuan Andrew,” sapa Mawar ramah. Pria itu tidak menjawab. Dia hanya menggunakan celana dalam memperlihatkan ukiran tubuhnya yang berotot. Sambil sesekali menguap, dia mengambil kursi di seberang mereka. Alya memperhatikan si monster itu. Sepertinya pria itu kelaparan, bukannya mandi dulu malah langsung mencari makan, jorok! Begitu batinnya. Apalagi aroma keringatnya menguar tajam tanpa parfum, bau khas lelaki yang baru saja bangun tidur. Dia memegang sendok dan garpu yang kemudian digunakan untuk menyantap nasi goreng versi jumbo. Pria itu terlihat rakus sekali memakannya, membuat Alya risih. Alya menoleh ke Mawar yang juga menoleh ke arahnya. Mawar hanya tersenyum seakan sudah memaklumi perangai dari sang monster. ‘Monster mungkin kehabisan tenaga setelah menggempurnya semalam, makanya begitu bangun makannya banyak,’ Mungkin itu yang Mawar ingin katakan melalui tatapan matanya. Sedangkan Alya tidak bisa menyembunyikan wajah risihnya.