Andrew duduk resah di ruang kerjanya. Sedari tadi, Benny lebih banyak menghilang padahal mereka akan membahas tentang perencanaan anggaran untuk pengadaan material dan desain dari apartemen. Mengingat deadline sebentar lagi.
“Sial! Kenapa Bernando memilih arsitek yang ogah-ogahan sih.” Bernando menjadi tempat pelampiasan kekesalannnya karena dialah yang menunjuk Benny untuk mega proyek apartemen yang di bawah naungan Schimmer group. Memang ini adalah proyek krusial baginya, yang akan menunjukan betapa prestise perusahaan Schimmer, terutama di hadapan musuh bebuyutannya Manto. Itulah yang menjadikan alasan kenapa dia wajib turun tangan secara langsung dari awal pembangunannya dan pelaksanaan sampai proyek itu berhasil.
Andrew bangkit dari tempat kerjanya menuju kamar Benny. Pria itu bilang kalau akan mengambil sesuatu di dalam kamar, tapi tidak kembali sampai lima belas menit kemudian. Andrew tidak akan segan untuk menggasaknya habis-habisan kalau sampai pria it
Siapakah orang di ambang pintu itu?
“Makasih Mama sudah mau mendengarkan keluh kesahku,” ucap Alya sambil mendekatkan genggaman tangannya terhadap Ann ke pipinya. Dia tersenyum lega karena bisa meluahkan isi hatinya sekalipun Ann sedang tertidur lelap.Malam yang sudah larut membuat Alya tidak bisa menahan kantuknya. Terbukti dia menguap beberapa kali dan batu besar yang seakan menggelayuti matanya. Namun, dia merasa was-was dengan kedatangan Benny.Akhirnya, Alya yang sedang duduk di samping Ann pun merebahkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Antara kantuk dan waspada membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang, sampai dalam keadaan setengah sadar, ekor matanya menangkap sosok bertubuh bongsor yang melangkah mengitari ranjang itu.Tubuh Alya tidak bisa bergerak, apalagi bersuara. Dia sekarang terjebak sleep paralyzed. Sedangkan rasa ketakutanya merajai karena keberadaan pria bertubuh besar itu.Andrew? Atau Benny?Dalam nuansa kamar yang remang-remang, pencahayaan hany
“Ya Ampun, Nyonya sampai ketiduran di sini?” ucap Ratih yang tiba-tiba menerobos ke kamar itu. Dia membawa sebuah baskom berisi air hangat lengkap kain dan handuk. Lantas meletakannya di atas nakas.Alya menoleh, menampilkan wajah kuyunya yang masih tetap cantik,”Iya Bik,”“Sini, biar Bibik gantikan.”“Ngapain sih Bik. Sudah enggak usah. Lagian kerjaann Bibik banyak kan?” elak Alya. Ratih belum tahu saja kalau Alya mempunyai watak yang keras kepala. Keinginannya tidak bisa diganggu gugat.Si kepala pelayan itu mengalah, lantas pergi dari kamar itu. Di saat yang bersamaan, Ann membuka matanya.“Nyonya Besar sudah bangun ya,” sapa Alya yang hampir terlepas memanggilnya Mama. Terlihat wanita renta itu membalasnya dengan kedipan mata yang terlihat berbinar, sepertinya dia bahagia ketika membuka mata pertama kali, ada Alya.“Sebentar Nyonya, saya lepas popoknya dulu ya,” imbu
‘Andrew mengucapkan terima kasih?’ Alya menyandarkan tubuhnya di dinding setelah keluar dari kamar Ann. Masih belum mempercayai kalau pria buas itu berucap sesuatu yang mustahil dikatakannya kepada Alya. Tetapi memang itu kenyataannya, apa mungkin pria itu sudah mau membuka hatinya? Alya memegang dadanya sambil melihat ke awang-awang. Mengulum senyum penuh arti. Pikirannya dipenuhi pengandaian indah tentang Andrew. Pria berperawakan jantan bak pangeran yang mulai menganggapnya sebagai permaisuri. Namun buru-buru, Alya menghapus fantasi konyolnya itu. Kembali ke kenyataan sebenernya bahwa dia hanyalah pelayan. Dan pria sesempurna Andrew tidak akan mungkin mau menerima wanita yang pernah ditiduri oleh Manto musuh bebuyutannnya. Sampai kapanpun, Alya akan tetap hina di mata Andrew. ‘Mungkin dia mengucapkan terima kasih karena aku telah merawat ibunya, tidak lebih,’ gumam Alya yang berusaha sadar diri. Wajahnya tidak seceria sebelumnya. Dia pun beri
Alya menelan ludah. Betapa keperkasaan itu tidak lebih panjang dan kekar seperti milik Andrew, hanya saja lebih pendek dan gemuk. Namun cukup untuk merobek liang wanita yang sempit seperti miliknya, pastilah perih, tapi nikmat.Sekarang posisi Benny telentang sempurna dengan keperkasaan yang menegak ke arah perutnya yang penuh bulu. Astaga, baru Alya menyadari kalau ada rerimbunan hutan di sekitar selangkangan itu. Tidak jauh beda dengan Andrew, pria ini juga suka membiarkan bulu-bulu liar itu tumbuh.“Alya, sini Sayang,”Alya begidik saat namanya dipanggil. Namun, dia segera tahu kalau itu hanya mengigau. Dengan mata terpejam, Benny memanggil namanya sambil kepalan tangannya yang besar mengenggam keperkasaan di bawah sana. Terlihat pria itu melakukan gerakan mengurut.Alya merasakan gerah di pagi hari yang dingin itu. Betapa tidak! sepagi itu, dia dihadapkan dengan pemandangan yang mengugah nafsu birahinya. Pria jantan nomer dua setelah Andre
“A-ada apa Tuan?” tanya Alya yang rikuh karena Andrew memandang lekat ke arahnya. Dia berusaha mencairkan kecanggungan karena ulah pria itu yang main buka pintu kamar mandi sembarangan padahal ada orang di dalamnya.“Ngapain kamu?” tanyanya masih dengan pembawaan yang dingin. Pertanyaan macam apa yang dilontarkan Andrew barusan. Jelas-jelas dia sedang mandi, masih mau tanya ngapain. Tapi kemudian, dia menyadari ada yang salah dengan caranya dia mandi. Jemari Alya masih menyusup di bawah sana.“Ada bagian dari tubuh saya yang belum dibersihkan, Tuan. Dan saya suka membersihkan bagian itu,” elak Alya sekenanya. Wajahnya benar-benar memerah, dia malu karena tidak mungkin mengelak dari Andrew yang tahu betul dengan apa yang dia lakukan. Alya tahu dari sudut bibir Andrew yang naik.Mendadak pria itu membuka jubah tidurnya. Mata Alya langsung melotot ke arah celana pendek berwarna hitam yang tersiksa di bawah sana karena bokong yang
Andrew tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa bersikap sedemikian lembut dengan Alya. Tanpa cercaan atau makian seperti biasa. Terlebih saat di meja makan, dia melihat Alya yang begitu tulus menyuapi Ann. Tanpa rikuh sama sekali seperti merawat ibunya sendiri. Padahal dia sudah membuat Alya menderita, tapi wanita itu malah memperlakukan mamanya sebaliknya.‘Tidak Andrew jangan sampai kamu bergantung dengan wanita itu. Ingat dia tidak sepadan denganmu. Masih ada wanita lain yang jauh lebih baik daripada Alya. Bukankah kamu sudah bersumpah untuk tidak menjamah siapapun yang menjadi bekas Manto?’ Batin Andrew meneguhkan diri. Dia adalah tipe pria yang komit dengan perkataannya. Sekali tidak selamanya dia tidak akan pernah membuka hati kepada wanita itu!“Mbak!” panggil Andrew setelah selesai makan roti selai kesukaannya. Yang dipanggil kebetulan stand by di sana langsung mendekat.“Iya, Tuan.”
Alya dengan gesit mengambil tas jinjing yang kemudian diisi dengan keperluan Ann. Setelah dirasa cukup, dia langsung berbalik arah karena tidak ingin Andrew menunggu terlalu lama. Tapi, dia terkejut sampai tas jinjingnya jatuh saat melihat sosok kekar Benny di hadapannya.“Mau apa kamu?” gertak Alya yang melangkah mundur, menjauh dari Benny yang berusaha mendekat.“Aku mau minta maaf atas kejadian semalam, aku tidak kuasa menahan nafsuku,” sahutnya dengan mimik muka dibuat menyesal. Rasanya Alya mau meludah saja ke wajahnya. Dasar Buaya!Padahal semalam Alya meronta sampai menangis, Benny tidak memperdulikannya. Tapi sekarang, dia belagak menyesalinya.“Bullshit! Semua lelaki sama saja termasuk kamu!”“Tapi, aku lebih baik dari Andrew, aku masih waras dalam memperlakukanmu!Alya berdecak remeh,”Wajar katamu! Memperkosa kamu bilang wajar! Kelakuanmu itu lebih rendah dari binatang tahu enggak!&rd
Alya baru saja sampai di mansion bersama dengan Ann. Belum ada kabar baik mengenai keadaan Ann, tapi Alya terus memberikan Ann semangat supaya cepat sembuh.“Nyonya pasti capek, istirahat dulu ya,” kata Alya sambil membaringkan Ann di atas ranjang. Dia tidak sendiri. Ada salah satu pelayan yang mengekorinya dan membantunya membaringkan Ann. Sepulang dari mansion tadi, Ann terlihat mengantuk sekali, maka lebih baik mengistirahatkannya dulu.“Sebaiknya Nyonya bersantai-santai dulu, biar saya yang menjaga Nyonya besar,” ucap pelayan yang tidak lain adalah Fatimah. Pelayan yang direnggut keperawannya oleh Andrew, tepat di depan mata Alya. Dia masih ingat setelah kejadian itu, Fatimah mengalami demam dua hari. Mungkin Fatimah syok dan Alya menduga kalau dia akan berniat untuk pulang kampung karena trauma, kenyataannya gadis itu masih bertahan di sini. Yang menimbulkan pertanyaan di benak Alya, apakah gadis itu tidak takut kejadian serupa terula