“Yuk, ngadem dulu,” ajaknya sembari berjalan terlebih dahulu menuju sebuah café kecil di dekat gazebo. Alya bagai kerbau dicucuk hidungnya hanya mengekori langkah pria bertubuh tegap itu. Kalau dilihat-lihat, ada yang lucu dari bagian belakang tubuh Benny, di mana area selangkangannya terlihat putih berbanding dengan seluruh tubuhnya yang sawo matang eksotik. Alya bisa menebak kalau pria ini juga hobby berjemur. Mungkin bermain bola sambil telanjang dada, atau memang anak pantai yang suka menggunakan celana pendek.
“Mau minum apa?” tawar Benny.
“Terserah,” jawab Alya sekenanya. Dia benci dengan pandangannya yang seolah tidak mau lepas dari bagian area bawah Benny.
Pria itu tersenyum sejenak, kemudian beringsut menuju area dalam café di mana terdapat sebuah bar kecil yang memuat berbagai jenis minuman di sana. Sementara, Alya mengambil posisi duduk di kursi yang di depannya terdapat meja bundar dan kur
Alya turun dari rooftop, tidak berapa lama setelah Benny turun. Supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Sebenernya di area rooftop juga terdapat cctv, tapi Benny menenangkannya dengan bilang bahwa dia akan menghapus rekaman cctv dari computer yang terletak di ruang kerja Andrew, sehingga momen mereka berdua, tidak ada yang tahu. Alya berganti baju di kamarnya, setelah itu melangkah ke kamar Ann dan betapa terkejutnya dia saat melihat Ann yang dalam keadaan sadar sendirian di kamar itu. Kemana Fatimah? Bukankah dia berjanji akan menjaga Ann? “Nyonya sudah bangun ya, maaf tadi saya ada keperluan sebentar,” ucap Alya seolah dia yang tledor meninggalkan Ann. Padahal ini salah Fatimah. Awas saja kalau ketemu, Alya akan memarahinya habis-habisan. Bahkan, terlihat semangkuk bubur di atas nakas yang masih tertutup oleh plastic wrap. Astaga! ini kan sudah melebihi waktu Ann makan siang! Fatimah benar-benar keterlaluan. Alya menghela nafas. Membuang se
“Mama, Syukurlah. Andrew senang melihat Mama sudah bisa bergerak,” ucap Andrew. Tak terhingga kebahagiaan Andrew saat mengetahui keajaiban terjadi kepada ibunya. Pria itu optimis keadaan Ann akan jauh lebih membaik, bahkan bisa normal sedia kala.“Iya, Tuan. Untung ada saya yang selalu sigap menjaga Nyonya besar,” seloroh Fatimah yang langsung memusatkan pandangan semua orang. Tidak terkecuali Alya yang terheran dengan sikap sok cari perhatian dari Fatimah.Alya mau menyanggah, tapi sudah didahului oleh Andrew,“Kamu yang menjaga? Bukannya dia?” ucap Andrew sambil menunjuk dagu ke arah Alya, sampai detik ini pria itu masih najis walau hanya sekedar menyebut nama Alya.“Nyonya Alya hanya menjaga kalau kelihatan Tuan saja, buktinya tadi setelah mengantarkan Nyonya besar kontrol, dia memaksa saya untuk menjaga Nyonya besar, dia malah enak-enakkan di rooftop atas.” Betapa lihainya mulut gadis ini bersilat
“Fatimah! Maksud kamu apa meninggalkan Nyonya besar sendirian!” pekik Alya membuyarkan kemesraan Fatimah dan Andrew. Fatimah terlihat bangkit dari pangkuan Andrew karena pria itu yang akan berdiri. “Saya yang suruh, memangnya kenapa?” tanya Andrew sambil menaikan satu alisnya. Dia menatap tidak suka ke arah Alya.“Nyonya tadi terjatuh Tuan….”“Bohong. Jangan percaya dia Tuan Andrew yang tampan, tadi saya tinggalkan baik-baik saja kok. kecuali dia berniat mencelakainya,” sambar Fatimah yang tidak lagi memanggilnya Nyonya. Sekarang Fatimah memandang rendah dirinya. Konyolnya lagi, Fatimah sudah mulai berani memanggil Andrew dengan embel-embel tampan.“Saya tidak bohong, Tuan. Fatimah! Jaga mulutmu ya!” ucap Alya yang hampir kehabisan kesabaran. Rasanya dia ingin menimpuk mulut ular itu dengan vas bunga di dekatnya.“Diam kamu! Kenapa kamu sensitive sekali dengan Fat
“Jangan di sini, Alya. Di dalam saja,” ucap Benny saat tiba-tiba Alya menubruk tubuh besarnya. Benny sampai kesulitan berjalan karena pelukan Alya yang erat.Setelah menutup pintu, barulah Benny membiarkan Alya menumpahkan segala kesedihannya. Sebagai pria, dia menilai apa yang dilakukan oleh Andrew sudah sangat keterlaluan. Bagaimana perkara pernikahan bisa begitu sepele bagi seorang Andrew, tanpa mau mengerti perasaan Alya. Justru terus-menerus menyakiti Alya atas nama belenggu pernikahan.‘Seharusnya dia menceraikan kamu dari dulu, kalau perlu, pernikahan itu tidak pernah terjadi,’ ucap Benny yang tertahan di hati. Tidak mungkin dia mengucapkan perkataan itu menilik kondisi Alya yang hancur. Dia tahu kalau Alya berusaha menjadi istri yang baik, sekalipun perlakuan Andrew sudah melampaui batas.“Duduk Alya,” titah Benny sambil membimbing Alya di pinggir ranjang. Betapa Alya yang menempel ketat di tubuhnya begitu menggugah li
“Benny, kamu belum tidur?” tanya Andrew yang seperti biasa langsung menerobos kamar Benny. Benny yang semula terlihat duduk tenang di pinggir ranjang lantas berdiri.“Belum Tuan. Memangnya ada apa Tuan? Apakah Tuan mau membahas tentang proyek lagi?” jawab Benny. Tentang perencanaan anggaran sebenernya belum selesai gara-gara Andrew yang badmood setelah marah-marah tadi. Seenaknya sendiri dan tidak professional. Untung, status Andrew di sini adalah majikan Benny, kalau bukan Benny sudah memarahinya habis-habisan.“Soal perencanaan anggaran, tolong kerjakan malam ini, setelah itu berikan kepada saya, supaya saya bisa mengevaluasi,” tukas Andrew. Benny hanya mengiyakan. Padahal sebelumnya Andrew bilang kalau mau membahas hal ini bersama, supaya tahu detail dari biaya pembangunan serta kualitas dari material apartemen yang rencananya akan dibedakan dengan pembangunan sebelumnya. Proyek apartemen ini sangat krusial demi citra dari Schimme
Ketukan Palu menandakan berakhirnya proses sidang. Mengoyak-oyak hati Alya. Betapa Alya ingin menangis pada saat itu juga, tetapi dia lebih menahannya karena dari ekor matanya dia melihat Andrew menyeringai. Sepertinya Pria itu sudah menunggu momen seperti ini.Andrew menoleh. Mengalihkan perhatiannya dari meja hakim ke Alya yang sedang tertunduk dan membisu. Pria itu seakan bisa menebak apa yang dirasakan Alya.“Kamu pasti sedih kan karena berpisah dariku? Pasti dalam mimpiku kamu sudah sangat ingin menjadikanku pangeranmu. Hahaha teruslah bermimpi wanita kampung, karena sampai kapanpun kamu tetap sampah bagiku.”Jantung Alya seperti diremas. Meski dia sangat membenci Andrew, tapi dia tidak menampik kalau Andrew adalah penguasa singsana hatinya. Namun, siapa sangka jika penguasa itu justru telah meluluh-lantakan hatinya sampai berkeping-keping. Ah, kenapa cinta bisa sesakit ini.‘Kamu bukan hanya sekedar pejantan impianku Andrew, kamu l
Langkah jenjang Alya tampak tergesa-gesa. Sesekali, dia melihat ke sekitar. Memastikan tiada ada orang yang mengintainya selama berjalan keluar dari pengadilan. Dia sudah berjanji untuk bertemu dengan seseorang di depan swalayan, tidak jauh dari pengadilan.Senyumnya mengembang tatkala melihat mobil fortuner yang terparkir di pinggir jalan. Mobil dengan desaign besar dan gagah, mengambarkan karakter dari pemiliknya. Plat mobilnya bahkan Alya hafal di luar kepala.“Sini, masuk Alya. Kok lama sekali kamu,” ucap Benny yang menepuk-nepuk kursi di sampingnya saat Alya membuka pintu.Alya tersenyum tipis dan langsung mengambil posisi di samping Benny. Alya terlihat memalingkan wajah karena Benny yang memandangnya dengan tatapan yang tidak biasa. Wajah sendu Alya tidak bisa berbohong, pasti Alya habis menangisi perceraian tadi, begitu batin Benny.Benny menjalankan mobilnya. Sebenernya ini scenario yang sudah direncanakan tadi malam. Di mana setelah
“Sialan! kemana Benny!” geram Andrew yang sudah sampai ke lokasi proyek. Tetapi orang yang dia percaya malah tidak ada di tempat.Owner perusahaan property terbesar di kota itu terlihat gusar. Bukan sekali dua kali Benny menghilang seperti ini. Yang pertama, mungkin dia masih terima karena alasan tidak enak badan. Tetapi yang ini, tanpa memberitahunya sama sekali dan tidak jelas kemana perginya, Benny meninggalkan proyek yang jelas-jelas sangat membutuhkan peranannya.Kalau bukan karena segala perencanaan yang sudah matang bersama dengan Benny, pastilah Andrew sudah mendepaknya jauh-jauh. Andrew sangat anti terhadap mereka yang kurang professional. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak karena, Bisa dikatakan Benny adalah jantung dari proyek itu. seluk beluk dari semuanya dipegang olehnya.Argh!Andrew mengacak-acak rambutnya sendiri. Dengan gusar, dia merogoh ponsel yang ada di sakunya untuk menelfon Bernando.“Suruh salah satu bod