Alya mengernyit dahi karena merasa tidak mengenal siapa pemilik suara itu. Mungkin suaranya yang agak berbeda sehingga Alya kesulitan untuk mengenalnya.
“Maaf, saya tidak mengenal siapa Anda.”
Terdengar decakan remeh di seberang sana. terkesan kurang sopan.
“Memang segitu tidak berartinya aku buatmu, sampai kamu dengan mudahnya melupakan aku.”
Alya semakin tidak mengerti dengan perkataan orang di seberang sana yang terkesan berbelit-belit.
“Tolong jangan berbelit-belit, tinggal bilang saja siapa diri kamu,” desak Alya.
“Aku Benny, Alya.”
Bagai petir menyambar di siang bolong, Alya langsung terdiam. Tubuhnya mendadak melepas, sampai lututnya hampir tidak mampu untuk menopang tubuhnya. Tangannya yang menggenggam gagang telefon gemetaran. Bagaimana mungkin itu Benny? Bukankah dia sudah meninggal di jurang?
“Enggak mungkin kamu Benny.” Alya menggelengkan kepala
Alya berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Bimbang antara pergi ke taman atau tidak. Namun, dia takut kalau ini hanya sebuah jebakan. Mengingat bisa saja itu musuh besar Andrew. Alya tidak boleh gegabah. Di tengah kebimbangannya, tiba-tiba Alya merasakan hawa seseorang dari belakang. kemudian sentuhan hangat di kedua pundaknya, yang langsung membuatnya menoleh ke belakang. “Ih, kamu ngagetin saja Andrew.” “Jelas kamu sedang memikirkan sesuatu, ada apa? Cerita,” tukas Andrew sambil menempelkan bagian tubuh depannya ke punggung mungil Alya. “Bukan apa-apa,” sahut Alya pendek. Sebaiknya dia tidak perlu menceritakan perihal Benny kepada Andrew. Dia tidak mau Andrew menjelma menjadi monster nantinya. “Ok, kalau kamu enggak mau cerita. Biar aku saja yang cerita,” ujar Andrew. Alya mengernyit dahi sambil membalikkan badannya. Wajah tegas Andrew terlihat tidak ada masalah apa-apa untuk diceritakan. Andrew membimbingnya untuk berjalan
“Bagaimana Alya, siapa yang kamu pilih aku atau dia!”“Aku pilih Andrew.”Alya langsung mengamit tangan Andrew. Menunjukan kepada Benny tentang pilihan hatinya“Tapi, kenapa? Kenapa kamu memilih monster ini? Dia tidak mengancammu kan?”“Tidak ada paksaan apapun Benny, kami berdua memang saling mencintai. Kami minta kamu paham akan hal itu,” tandas Alya. Andrew tampak tersenyum dengan ketegasan istrinya.“Bagaimana janji kita menuju pelaminan Alya, bukankah kita sudah merencanakannya?” Nada suara Benny terdengar frustasi. Demi apapun, dia tidak bisa menerima semua ini. Alya harus berjodoh dengannya. Harus!“Buat apa kamu mengungkit masa lalu, kalau apa yang dikatakan Alya adalah faktanya sekarang.. Harusnya kamu tau diri Benny. Yang kau rebut itu istri orang,” seloroh Andrew yang tidak digubris oleh Benny. Pria berkulit sawo matang itu hanya tertuju ke Alya. Masih m
“Kau apakan bos kami!”Benny menciut melihat kumpulan itu. Sedangkan Catty tampak tenang. Dia bergerak mendekati mereka.“Kau anggap dia bos kalian? Memangnya berapa jumlah uang yang dia berikan setiap bulannya?”Kumpulan itu saling berpandangan. Hanya pemimpin yang terlihat memicingkan mata ke arah gadis kemaren sore itu.“Ini bukan soal uang tapi loyalitas!” gertak pemimpin dari kumpulan tersebut. Catty tersenyum tipis.“Kalau memang loyalitas, silakan kalian bawa kakek tua ini, tapi setelah itu apa gunanya dia buat kalian? Dia sudah tidak puny apa-apa lagi. Hanya merepotkan saja. apalagi dia sudah tua dan sakit-sakitan.”“Sedangkan kalau sama aku, aku akan jamin kehidupan kalian. Aku bisa memberi lebih dari yang kakek tua ini berikan. Lagian hidup bukan hanya mengandalan loyalitas tapi ini.” Catty menggesek-gesekkan ujung jempol dan telunjuknya.Pemimpin yang semula
Pagi itu, Andrew terlihat buru-buru. Setelah menyelesaikan sarapannya, dengan langkah lebarnya dia berjalan menuju mobil. Alya menjadi tidak tenang melihatnya. Dia tahu hari ini ada konferensi akbar pebisnis. Mungkin itu yang membuat suaminya gelisah sepagi ini. “Andrew, aku ikut.” Andrew yang hendak masuk ke dalam mobil menoleh dengan mengernyit dahi. “Tumben, memangnya ada apa Sayang?” “Pokoknya aku pengen ikut.” Andrew tidak ada waktu lagi. Maka dia membukakan pintu kepada Alya untuk masuk dan membiarkannya duduk di sampingnya. “Makasih ya Andrew, sudah diizinkan ikut.” Andrew hanya membalas dengan senyum kecil. Wajahnya kembali serius. Sesekali dia melihat ke arah penunjuk waktu di lengannya. Tidak terlambat, tapi entah kenapa perasaanya diliputi dengan kebimbangan. Apalagi nanti dia akan berhadapan dengan Catty dan juga Benny. Adrenalinnya terpacu sekali. Alya menggeser tubuhnya
Andrew mengantarkan Alya sampai depan mansion, tatkala Ratih tergopoh menghampiri mereka.“Nyonya, Tuan.”Andrew meninggikan alisnya. Dia menunda menjalankan mobilnya dan memperhatikan pelayan yang terlihat heboh.“Ada apa Mbak?” tanya Alya pelan-pelan.“Nyonya Ana, , beliau sudah bisa bicara.”Andrew dan Alya saling berpandangan. Lantas, mereka turun dan mengekori Ratih menuju kamar.Di sana sudah terlihat Ann yang sedang menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Dia tersenyum melihat anak semata wayang dan menantunya datang.“Mama,” sebut Andrew dengan terbata. Wanita berwajah teduh itu mengerling. Tidak ada kesulitan di wajahnya saat menggerakan ekspresinya.“Yes, my little Alpa.” Ann membalas dengan panggilan kesayangannya. Alpha adalah golongan tertinggi dalam kasta manusia serigala. Genre film yang Ann suka. Dengan harapan Andrew akan m
Benny tidak mengerti maksud dari Catty sampai dia tahu sendiri setelah sampai Villa. Di mana Villa Andrew di tingkat dua yang biasanya gelap sekarang penuh akan cahaya, menandakan ada penghuninya di sana.“Kita akan menyergap Villa Andrew.” Benny cukup terkejut dengan pernyataan Catty. Dia membeliakkan mata untuk protes.“Gila kamu, kamu mau mencelakai mereka?”Catty mendecak kesal karena melihat Benny yang kurang suka dengan tindakannya,”Memangnya kenapa?”“Jangan gegabah Catty. Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau jangan pakai cara kekerasan?”Catty memicingkan mata ke depan,”Iya, tapi sekarang aku berubah pikiran.”Benny menelan ludah. Tidak habis pikir dengan wanita di sampingnya ini. Begitu mendapat kekuasaan dia seolah gelap mata ingin menyingkirkan siapapun.“Aku memang mencintai Andrew, tapi aku enggak mau dibutakan dengan harapan berlebihan. Daripada dia mem
“Ada apa Andrew?”“Mama tenang dulu, biar saya yang memeriksanya.”Andrew beringsut keluar dengan langkah mengendap-endap. Dari teriakan Ann dan Alya jelas sekali kalau ada tidak beres . Mungkinkah ada penyusup?Memang benar. Dari lantai dua dia bisa melihat beberapa orang yang dia tahu adalah anak buah Manto memasuki villa itu. Dan Andrew yakin kalau di luar masih ada dalam jumlah yang lebih besar. Ciri khas gangster Manto yang suka beramai-ramai kalau melawannya. Pengecut sekali.“Katakan kepada kami! Di mana Andrew?” tanya salah seorang di antara mereka kepada Alya dan Ratih. Terlihat kedua wanita itu tampak pasrah dan ketakutan. Terlebih senjata yang diacungkan ke arah mereka.“Saya di sini? Mau apa kalian?” teriak Andrew lantang. Tanpa takut menunjukan dirinya kepada para gangster yang terlihat mengacungkan senjata ke arahnya. Sebenernya sangat mungkin dia melawan. Mengingat dia juga menyimpan se
“Bernando! Andrew disekap sama anak buah Manto!”Bernando yang baru saja datang bersama dengan para bodyguardnya hanya terdiam saat Alya mengadu kepadanya. Memang hanya dia tumpuan yang bisa diandalkan.“Ayo selamatkan dia Bernando!”“Tidak semudah itu, Nyonya. Semuanya butuh perhitungan yang matang,” tandas Bernando yang gusar. Selalu saja, Andrew melewatkan penjagaan Bodyguard. Padahal untuk orang berkedudukan tinggi seperti dia. Penting sekali bodyguard di manapun dan kapanpun.“Betul apa yang dikatakan Tuan ini, sebaiknya jangan gegabah.” Bernando baru menyadari ada seseorang di belakang Alya, Ann. Bernando langsung bersimpuh untuk menyalami tangannya.“Saya turut senang Nyonya sudah sembuh.” Yang diikuti oleh semua anak buahnya.“Thanks, silakan duduk dulu, kita cari solusinya dengan pikiran yang tenang,” tutur Ann menyejukan hati semua orang. Seharusnya dia a