“What’s up dude? Long time no see.”
Tangan Antonio yang dipenuhi tattoo naga hingga pergelangan terlihat mengacung ke arah Andrew, belagak seperti teman lama. Andrew mendengus. Dengan kasar menangkis tangan Antonio.
“Bebaskan Ara! Dia sama sekali tidak pantas untukmu!” Andrew mengeram. Masih ingat betul masa sekolahnya dulu pernah dibully oleh Antonio karena kemiskinannya. Tapi, sekarang Andrew tidak bisa dipandang sebelah mata, meski kekayaannya masih jauh di bawah Antonio.
Antonio melihat tangannya yang ditangkis Andrew. Bukannya marah, malah menyeringai.
“Mentang-mentang sudah kaya . Tikus got ini sudah berani melawanku sekarang. Ingat Andrew! Apa yang kamu punya sekarang tidak bisa dibandingkan dengan seujung kukupun dari perusahaanku. Selamanya kamu akan menjadi tikus got yang akan selalu diinjak-injak.”
Julukan tikus got masih terngiang di kepala Andrew. Dia pernah ditelanjangi dan didorong di s
‘Selama aku hidup, tidak akan kubiarkan kamu bahagia Andrew. Selalu ada masalah yang terus menimpamu. Kehancuran rumah tanggamu dengan Alya adalah awal dari semuanya.’Catty membatin sepanjang perjalanan mengantarkan Antonio dan komplotannya ke bandara. Misi tercapai dengan begitu mulus. Tinggal menagih janji dari Antonio saja.Dengan akses khusus, kedua mobil itu langsung bergerak menuju area landasan. Berhenti di dekat jet pribadi bertuliskan nama perusahaan Antonio.“Anda sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Sesuai janji, saya minta dua puluh persen dari saham perusahaan anda.” Catty mengingatkan.Antonio berhenti di tengah tangga. Memutar tubuh besarnya. Berhadapan dengan Catty yang kebetulan hanya didampingi oleh dua anak buahnya.“You wish? Dalam mimpimu saja.”Catty mengernyit dahi. Jangan bilang kalau Antonio membelot.“Antonio! Bukannya kamu sudah berjanji!” Catty
Alya mendekat. Matanya langsung tertuju kepada mata besar Andrew.“Sekarang, aku minta kamu berkata sejujurnya. Apa kamu masih menyimpan rasa terhadap Ara?”Lidah Andrew mendadak kelu. Mau mengungkapkan hal yang sebenernya, tapi takut menorehkan luka di hati Alya.“Aku ingin kita saling terbuka Andrew. Kalau memang kamu masih menyayangi Ara. Tidak masalah buatku asalkan kamu mau jujur. Tinggal berikan kepastian saja. Apa kamu mau melupakannya pelan-pelan atau justru kamu lebih memilih ke dia.”Andrew merasakan ada nada getir di sana, apalagi kalimat terakhir Alya. Dia memang keras kepala dengan pendiriannya, tapi tidak dalam urusan asmara. Dia merutuki sikapnya yang tidak bisa tegas.“Kenapa diam?”Pria yang masih berlumuran keringat itu langsung berdiri. Memeluk tubuh jenjang itu.“Sayang, kamu pasti sakit karena sikapku yang terlalu peduli kepada Ara. Memang aku harus mengakui bahwa aku masi
“Saya cukup terkesan dengan cara anda memimpin rapat tadi, Nyonya.” “Itu sudah biasa, Nando. Saya dulu pernah menjadi GM. Jadi saya cukup tahu seluk beluk perusahaan dan mengatur semua kepala devisi,” jelas Alya sambil menyeruput teh hijau. Menikmati coffe break setelah rapat tadi. “Jadi, Nyonya sangat mampu untuk memimpin perusahaan?” Pikiran Bernando langsung tertuju dengan perusahaan Manto. “Sangat bisa, tapi semua keputusan tetap kepada Andrew. Saya tidak mau mencampuri lebih jauh.” Bernando manggut-manggut sambil tersenyum. Alya menatapnya aneh. “Memangnya kenapa Nando?” “Tidak apa-apa, Nyonya. Sebenernya saya sangat ingin mengatakannya kepada Nyonya, tapi….” Mendadak telefon berdering, membuat Alya memberikan kode buat Bernando untuk menjeda perkataannya. “Halo,” “Selamat pagi, Nyonya. saya mau menginformasikan bahwa proyek besar yang dulu pernah diambil alih perusahaan Manto sekarang sudah kem
“Sial Broto. Benar-benar sial! Bisa-bisanya aku diusir dari perusahaanku sendiri!” gerutu Catty yang sudah ada di mobil bersama anak buahnya. “Itu karena kamu yang bodoh! Makanya sampai gampang diperdayai.” Broto ketus.“Apa? Kamu bilang aku bodoh! Aku ini pemimpin gangster, Broto. Berani sekali kamu.”“Sekarang sudah tidak lagi. apalagi kamu sudah tidak sanggup untuk membiayai gangster kami. Kamu sudah tidak ada bedanya dengan wanita murahan!” Broto menyeringai. Puas menghina Catty.“Oh begitu! lantas kenapa kamu masih membawaku!” Catty geram.“Iya, buat apa lagi kalau tidak untuk senang-senang. Sayang sekali wanita seseksi kamu dibuang begitu saja.”Catty menatap tidak percaya. Betapa hari ini keadaan berbalik dengan sangat drastis. Mendapatkan cacian dari orang-orang yang dulu menjadi bawahannya.“Bajingan kamu, Broto! Turunkan aku seka
Alya dan Andrew berjalan beriringan menuju lobby. Setiap karyawan yang berpapasan menyapa dengan ramah. Ada di antara mereka yang berbisik. Menggagumi keserasian mereka.Andrew yang biasanya tampil dingin dan berwibawa, lebih mencair pagi ini. Tentu dia sangat bahagia didampingi oleh istri tercinta. Mereka merasakan sekali dampak perubahan sikap Andrew setelah menikah. Hanya Alya, wanita istimewa yang mampu menjinakkan si garang Andrew.Alya dan Andrew memasuki elevator prioritas, khusus untuk owner.Begitu pintu tertutup, Andrew langsung merangkul pinggang Alya dan menariknya lebih dekat. Hidungnya yang mancung itu terlihat mendekat ke leher jenjang Alya.“Mas, jangan begini dong. Ini kan area kantor.” Alya mengelak. Meski sebenernya, dia suka dengan perlakuan hangat suaminya itu.“Memangnya kenapa sih, Sayang? masak peluk istri sendiri tidak boleh.”“Bukan begitu, Mas. enggak enak saja kalau dili
“Mas Manto.”Ann memperhatikan Manto yang perlahan membuka mata. Rasa syukur tidak terhingga setelah sekian lama koma, akhirnya sadar juga. Hal yang sama dirasakan oleh ketiga istrinya itu.“Ann.”Mulut Manto bergetar. Wajah garang itu terlihat sendu. Air mata bercucuran saat melihat wanita yang dulu pernah dia sia-siakan datang untuk menjenguknya.“Maafkan atas semua kesalahanku Ann, aku berdosa telah menelantarkan kamu dan anak kita, huhuhu.” Manto terisak sambil merengkuh tangan lembut Ann.Ann juga tidak bisa menahan air mata haru. Dia sudah lama melupakan kejadian itu. Dan dia sangat senang saat dipertemukan kembali kepada mantan suaminya itu. Terlebih, dia sudah mau mengakui kesalahannya.“Sudahlah, Mas. yang lalu biarlah berlalu.”Manto terlihat celingukan ke sekitar. Mencari suatu sosok.“Kamu tidak membawa anak kita. Dia pasti sudah besar ya sekarang.”
“Andrew, anakku.” Manto yang duduk di kursi roda membuka tangannya lebar-lebar. Mengharap Andrew yang baru saja keluar dari elevator menghampirinya. Memeluknya. “Aku bukan anakmu.” Andrew tegas. Tidak peduli mau pria itua itu menangis. “Kamu anakku, Andrew. Darah yang mengalir di tubuh kamu berasal dari aku. Hasil tes DNA juga menunjukan hal yang sama,” imbuh Manto. “Whatever! Yang jelas sampai kapanpun aku tidak akan menganggap kamu sebagai ayah. Ayahku sudah lama meninggal.” Ruang tamu mendadak senyap, meskipun ada banyak orang di sana. Hanya terdengar suara Manto yang terisak penuh penyesalan. Sedangkan, Ann tidak bisa berbuat banyak. Dia tahu kalau hati anaknya begitu keras. Terlebih untuk pertama kalinya, dia bersua dengan Manto. “Ayah sangat jahat sama kamu. Darah daging ayah sendiri. Ayah menyesal. Ayah ingin memperbaiki semuanya, Andrew.” “Penyesalan memang selalu datang di akhir. Setelah bertahun-tahun kamu menghilang
“Mas, udah enggak tahan nih. Ke sini dong” ucap Fatimah di ujung telepon. Dia menggigit bibir mendengar suara bass yang begitu seksi di seberang sana.Telfon ditutup, dia langsung ke kamar mandi. Mencuci apa yang seharusnya dicuci. Memastikan seluruh tubuhnya wangi dan siap untuk disantap oleh lelaki pujaan.Dia menunggu dengan resah di dapur. Pandangannya tertuju ke arah pintu. Rasa yang tidak sabar membuat adrenalinnya terpacu. Sungguh tidak karuan dibuatnya.Matanya berbinar saat mendengar suara ketukan lirih dari pintu belakang. Tanpa menunggu lama, dia langsung menghampirinya dan membukanya. Terlihat Pria bertubuh padat dengan tonjolan berotot sana sini terlihat senyum ke arahnya. Hanya menggunakan singet loreng dengan celana pendak. Fatimah dibuat salah tingkah saat kumis tebalnya bergerak naik turun genit.“Suami kamu udah berangkat kerja?” tanyanya.