Sadar dirinya di tatapi oleh tuannya. Anton Bachrul segera bersuara."Mungkin tuan muda sedang berjuang untuk menurunkan berat badan, karena selalu di bully oleh tuan Ricky belakangan ini dengan kata-kata menusuk hati."Robert Randolph kembali mengusap rahangnya. Ia merasakan apa yang di katakan oleh Anton Bachrul ada benarnya. Ricky adalah sahabat lama William Randolph dan terkenal dengan mulut pedasnya tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Jadi tidak heran apa yang di katakan oleh Ricky di masukkan ke dalam hati oleh William Randolph."Yang penting tuan muda tidak bermalas-malasan dan berpesta setiap malam," ucap Anton Bachrul yang berusaha mencairkan kecurigaan Robert Randolph kepada tuan muda William Randolph."Kau benar, aku yang terlalu banyak berpikir belakangan ini. Maklum sudah tua," balas Robert Randolph yang menghela nafas panjang tanpa mencurigai kegiatan William Randolph di luar sana.***William Randolph yang selesai gym, ia menyempatkan diri untuk mendatangi villa. T
"Enak tidak?" tanya William Randolph yang berhasil menenggelamkan seluruh rudalnya di dalam celah anal Bella Saphira dengan satu kali hentakan kuat. Bella Saphira tidak menjawab pertanyaan William Randolph. Ia berusaha mengulurkan tangannya untuk mencabut alat vibrator yang menancap di celah intinya. Karena getaran vibrator itu semakin membuat dirinya tersiksa setengah mati. "Jangan berharap aku akan membiarkan kau mencabutnya," ucap William Randolph yang menarik kedua tangan Bella Saphira ke arah belakang. Lalu mengerakkan bokongnya lebih cepat hingga suara perpaduan keduanya terdengar nyaring. Tersiksa, itulah yang di rasakan oleh Bella Saphira dengan bagian bawah yang terisi dua benda tumpul secara bersamaan. "Tolong hentikan," rintih kesakitan Bella Saphira dengan kedua mata bercucuran air mata. "Jangan mimpi," seru William Randolph yang semakin merasakan keenakan dengan apa yang ia lakukan dan rasa nikmat yang di berikan oleh tubuh Bella Saphira yang di setubuhi secara kasar
Pelayan hanya bisa menganggukkan kepalanya yang menandakan ia paham akan perintah William Randolph.William Randolph mendengus kesal karena kesenangan dirinya terhenti karena jam malam. Padahal ia ingin menyiksa Bella Saphira untuk kesekian kalinya.***Sesampai di rumah utama, William Randolph menatapi ayahnya yang sedang bermain catur dengan para bodyguard."Kemana saja kau ini?" seru Robert Randolph seperti biasanya. Ketika melihat William Randolph yang selalu pulang malam."Habis gym," balas William Randolph dengan kedua mata malasnya. Lalu menaiki anak tangga secara tergesah-gesah.Robert Randolph mengerutkan dahinya, ingin sekali ia mencercah William Randolph yang merupakan anak tidak tahu diri tersebut."Giliran anda," ucap Anton Bachrul yang tidak ingin tuanya emosi setiap malam karena ulah William Randolph.Robert Randolph melototkan kedua matanya dengan tatapan tidak percaya akan keahlian catur Anton Bachrul yang di anggap curang."Kau curang, ayo di ulangi lagi?" pekik Robe
Keberadaan polisi yang lalu lalang menarik perhatian Ella yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah sendirian."Jangan-jangan ada orang bodoh yang lapor polisi?" batin Ella menerkah-nerkah dan juga merasa was-was akan keberadaan polisi tersebut yang terlihat mengintai rumah.Sepertinya yang di takutkan oleh Ella menjadi kenyataan. Berapa polisi mengetuk pintu dengan alasan melihat rekaman cctv yang terpasang di teras rumah.Untuk menghindari kecurigaan pihak polisi, Ella mempersilahkan pihak polisi masuk ke dalam rumah dan juga bersikap sedih seperti sikap ibu yang kehilangan anak untuk menghindari kecurigaan pihak kepolisian."Sial, mengapa jadi seperti ini?" batin Ella yang mengumpat kepada orang yang melaporkan kasus penculikan Bella Saphira kepada pihak berwajib.Setelah mendapatkan rekaman cctv, pihak polisi berjalan ke dari dalam rumah.Hal ini sungguh membuat Ella tidak tenang sama sekali, ia takut semuanya akan terbongkar. Karena isi rekam cctv yang entah masih ber
Di dalam pesawat pribadi, William Randolph duduk tidak tenang sama sekali. Berulang kali, William Randolph berusaha mencari kesempatan untuk menghubungi para pelayan di villa dengan tujuan mengawasi Bella Saphira agar tidak kabur dari kamar. "Sial," batin William Randolph yang mengerutu sejak tadi. William Randolph benar-benar tidak bisa duduk dengan tenang sama sekali. Setiap gerakan William Randolph selalu menarik perhatian sang ayah yang duduk berhadapan. "Aku harus mendapatkan celah untuk melakukan panggilan ponsel," batin William Randolph yang gusar sejak tadi. "Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanya Robert Randolph yang semakin curiga dengan sikap anaknya yang terlihat gusar dan tidak tenang sejak di dalam pesawat. William Randolph berpura-pura melap keringat di dahinya dengan sapu tangan. "Perut aku mulas sejak tadi,'' dusta William Randolph yang berusaha menyakinkan ayahnya. Robert Randolph mengerutkan keningnya sesaat. "Kenapa tidak keluarkan di toilet?'' ucap Robe
Seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamar yang di huni oleh Bella Saphira dengan memperlihatkan wajah judes. Ia menaruh makan siang di atas meja. Lalu pergi tanpa mengeluarkan satu kata-kata dari bibirnya.Suara pintu terdengar di kunci dari luar, saat pintu kamar di tutup dengan kencang.Bella Saphira tidak putus asa, ia menyantap makan siang dengan lahap. Tujuannya hanya satu, ingin mengumpulkan tenaga. Lalu kabur sejauh mungkin dari rumah terkutuk.Selesai menyantap sarapan siang, Bella Saphira memutuskan untuk mencari celah di dalam kamar untuk memudahkan dirinya kabur tanpa sepengetahuan siapapun."Aku harus kabur sebelum babi itu kembali ke sini," batin Bella Saphira yang membulatkan tekadnya untuk secepatnya meninggal kamar ini.Pelayan yang di luar hanya bisa mengosip satu sama lain hingga tidak memperdulikan apa yang di lakukan oleh Bella Saphira di dalam kamar seorang diri.Bella Saphira yang menemukan celah di jendela kaca, hatinya mendadak bahagia. Dengan berbagai cara,
Robert Randolph masih diam mendengarkan apa yang di jelaskan oleh William Randolph."Aku tidak ingin orang perusahaan bertingkah sewenang-wenang kepada para pekerja di saat kita berdua tidak ada di perusahaan dan hal ini akan berakibat fatal kedepannya. Kontrak yang di dapat dengan susah payah juga akan berakhir mengenaskan," lanjut William Randolph dengan penjelasan dustanya untuk memuluskan aksinya.Robert Randolph mengusap dagunya, ia setuju dengan apa yang di jelaskan oleh William Randolph barusan."Baiklah, aku akan di sini berapa hari ke depan. Kamu kembali ke dalam negeri," balas Robert Randolph yang akhirnya mengerti akan kegelisahan putranya belakangan ini. Ternyata penyebabnya adalah dirinya yang terlalu santai dan membiarkan perusahaan sering kosong tanpa seorang pemimpin.William Randolph memperlihatkan senyuman lebarnya."Aku tidak akan mengecewakan Daddy," ucap William Randolph yang menuangkan wine ke dalam gelas yang sudah kosong."Berani mengecewakan aku, tidak ada kes
CuihhhhBella Saphira melayangkan ludah ke wajah William Randolph."Dasar pengecut," seru Bella Saphira dengan tatapan kebencian kepada William Randolph yang merupakan pria yang sangat ia benci.Mendapatkan ludah yang menempel di wajahnya, William Randolph yang tidak bisa mengontrol emosinya. Ia melayangkan satu tangan ke arah wajah Bella Saphira.Plakk Satu tamparan keras melayang di wajah Bella Saphira. Hingga sebelah wajah menjadi memar dalam hitungan detik.Bella Saphira merasa kepalanya pusing dan rasa asin terasa di sudut bibirnya.Tanpa kata-kata, William Randolph menyeret Bella Saphira kembali ke vila. Kemudian mengikat kedua tangan dan kaki Bella Saphira dengan bolgor yang terdapat besi melingkar di lantai. "Bajingann kauuuu..." pekik Bella Saphira dengan suara nyaring yang tidak di hiraukan oleh William Randolph yang kini berjalan keluar dari dalam ruangan bawah tanah.Sesampai di atas, William Randolph memecat semua pelayan untuk menutupi apa yang akan ia lakukan selanjut