Robert Randolph masih diam mendengarkan apa yang di jelaskan oleh William Randolph."Aku tidak ingin orang perusahaan bertingkah sewenang-wenang kepada para pekerja di saat kita berdua tidak ada di perusahaan dan hal ini akan berakibat fatal kedepannya. Kontrak yang di dapat dengan susah payah juga akan berakhir mengenaskan," lanjut William Randolph dengan penjelasan dustanya untuk memuluskan aksinya.Robert Randolph mengusap dagunya, ia setuju dengan apa yang di jelaskan oleh William Randolph barusan."Baiklah, aku akan di sini berapa hari ke depan. Kamu kembali ke dalam negeri," balas Robert Randolph yang akhirnya mengerti akan kegelisahan putranya belakangan ini. Ternyata penyebabnya adalah dirinya yang terlalu santai dan membiarkan perusahaan sering kosong tanpa seorang pemimpin.William Randolph memperlihatkan senyuman lebarnya."Aku tidak akan mengecewakan Daddy," ucap William Randolph yang menuangkan wine ke dalam gelas yang sudah kosong."Berani mengecewakan aku, tidak ada kes
CuihhhhBella Saphira melayangkan ludah ke wajah William Randolph."Dasar pengecut," seru Bella Saphira dengan tatapan kebencian kepada William Randolph yang merupakan pria yang sangat ia benci.Mendapatkan ludah yang menempel di wajahnya, William Randolph yang tidak bisa mengontrol emosinya. Ia melayangkan satu tangan ke arah wajah Bella Saphira.Plakk Satu tamparan keras melayang di wajah Bella Saphira. Hingga sebelah wajah menjadi memar dalam hitungan detik.Bella Saphira merasa kepalanya pusing dan rasa asin terasa di sudut bibirnya.Tanpa kata-kata, William Randolph menyeret Bella Saphira kembali ke vila. Kemudian mengikat kedua tangan dan kaki Bella Saphira dengan bolgor yang terdapat besi melingkar di lantai. "Bajingann kauuuu..." pekik Bella Saphira dengan suara nyaring yang tidak di hiraukan oleh William Randolph yang kini berjalan keluar dari dalam ruangan bawah tanah.Sesampai di atas, William Randolph memecat semua pelayan untuk menutupi apa yang akan ia lakukan selanjut
"Kenapa tidak mengumpat lagi," ucap William Randolph dengan jemari yang di bibir Bella Saphira. Lalu perlahan-lahan turun ke leher. Kemudian sampai kearah dada."Ahh... Tolong hentikan," pinta Bella Saphira yang tidak sanggup menerima tiga serangan sekaligus.Kedua tangan William Randolph sibuk meremas kedua dada Bella Saphira secara kasar sampai meninggal bekas warna kemerahan. Lalu menarik puncaknya dengan di iringi tawa jahat.Bella Saphira yang tidak bisa berkata-kata lagi. Selain menerima hukuman kecil yang di berikan oleh William Randolph.Puas meremas kedua dada kenyal tersebut, jemari William mengusap bagian kecil dengan usapan lembut hingga ke kasar.Bella Saphira terus mendesah kenikmatan dengan kedua kaki terbuka lebar dan celahnya masih di kocok oleh alat vibrator getar.Melihat cairan bening yang keluar dalam jumlah banyak. Senyuman jahat William Randolph semakin lebar. Ia menarik alat vibrator di celah inti Bella Saphira. Lalu mengantikan dengan miliknya yang sudah tegan
"Jika kau tidak percaya, kau bisa datang ke villa pinggir hutan untuk mengecek apa yang aku katakan barusan. Lagian jalang itu sudah aku beli dari kekasihnya, jadi sekarang terserah aku mau ngapain dia. Kau mau ikutan bermain tidak?" seru William Randolph dengan suara bangga atas tindakan tidak terpuji yang ia lakukan kepada Bella Saphira selama ini.Ricky terdiam sesaat, ia belum tahu akan melakukan apa kedepannya. Karena posisinya sekarang ini tidak aman dengan segala persoalan yang ia hadapi.Diamnya Ricky yang cukup lama membuat William Randolph cukup kesal."Ayolah bro... Kita berpesta buat membalaskan rasa sakit kita selama ini kepada si jalang," lanjut William Randolph yang semakin mendoktrin Ricky dengan kata-kata membujuk untuk melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada Bella Saphira.Ricky memijit-mijit dahinya berapa kali."Tunggu aku pulang ke dalam negeri dulu," balas Ricky yang belum mau memberikan jawaban pasti kepada William Randolph. Karena ia harus bertin
"Aku punya kenalan seorang dokter, mungkin bisa membantumu untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi bayaran yang di minta tidak murah dan apa kau sanggup untuk membayarnya?" tanya Ricky yang kini kembali ke tempat duduknya. Ia mengutuk kebodohan William Randolph yang hampir menjerumuskan dirinya ke arah ke hancuran.William Randolph yang tidak punya pilihan lagi. Ia pun terpaksa harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak daripada bermasalah kedepannya."Berapa?" balas William Randolph yang terpaksa merogoh kocek lebih dalam lagi demi menyelamatkan status dan nyawanya dari hukuman mati. Sekaligus menyelamatkan muka ayahnya akibat kebodohan dirinya.Ricky mencoba mengingat tarif yang pernah di minta oleh dokter itu berapa bulan lalu."Sekitar 10 sampai 100 juta, Tergantung situasi dan keandaan. Bisa lebih murah dan mahal," jelas Ricky yang tidak ingat persis harga yang pernah di minta oleh dokter itu.Mendengar nominal angka yang di minta, William Randolph hanya bisa mendengus kesal. Ia s
Dokter itu memperlihatkan senyum jahat atas apa yang di katakan oleh William Randolph barusan."Kau kira aku gila uang hingga kau seenaknya memerintah seperti ini?" balas dokter itu dengan nada sinisnya.Rahang William Randolph langsung mengeras, ia sungguh benci akan sikap dokter yang di rekomendasikan oleh Ricky."Jika tidak tertarik ya sudah, memangnya dokter itu hanya kamu seorang?" seru William Randolph dengan suara murkah. Lalu menutup panggilan di sertai dengan umpatan yang semakin nyaring."Keparatt, memangnya dokter hanya kau seorang. Aku juga bisa menyari yang lain," lanjut William Randolph dengan ocehan panjang setelah mengakhiri panggilan.Lelah mengoceh, William Randolph memutuskan untuk membawa Bella Saphira ke rumah sakit yang jauh untuk menghindari mata-mata dari sang ayah.Sesampai di rumah sakit, William Randolph melirik kanan dan kiri. Lalu berjalan keluar dari dalam mobil dengan mengendong Bella Saphira.Seperti biasa, William Randolph mahir memainkan actingnya un
Bella Saphira terdiam. Ia mencoba mengingat apa yang ia alami terakhir kalinya. Tapi ingatan tersebut tidak begitu jelas. Perawat itu tidak ingin Bella Saphira melarikan diri, ia segera menyuntikkan obat tidur dosis rendah di selang cairan infus. Ujung mata Bella Saphira melirik jarum yang di gunakan oleh perawat tadi. Ada rasa curiga dengan gerak-gerik perawat itu. Perawat itu berusaha tenang setelah menyadari tatapan Bella Saphira barusan. "Apakah kamu butuh sesuatu atau ingin makan?" tanya perawat yang masih dengan sikap tenang. Lalu memberikan berapa tablet obat dan segelas air kepada Bella Saphira yang masih diam. Bella Saphira menatapi berapa tablet obat dan segelas air putih di hadapannya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, lebih baik kau cepat sembuh dan tinggalkan rumah sakit ini. Maksud aku melarikan diri atau membalas apa yang di lakukan oleh orang itu padamu," jelas perawat itu yang tidak ingin mengawasi Bella Saphira dalam waktu y
Bella Saphira yang duduk termenung di atas bangsal dengan pikiran kemana-mana."Mungkin lebih baik aku tunggu sampai kondisi tubuh ini membaik 100%," batin Bella Saphira yang menyentuh bagian bawah dengan jemari tengah."Ah~" desah Bella Saphira dengan suara pelan, ketika bagian bawah merespon sentuhan jemari.Tanpa Bella Saphira sadari, seseorang sudah berdiri di depan pintu. Orang itu sudah mendengar semuanya dan juga melihat apa yang di lakukan oleh Bella Saphira sejak tadi."Aku sudah tidak sabar untuk menyetubuhi mu," batin William Randolph yang sudah terbakar api gairah ketika mendengar suara desahan Bella Saphira yang membangkitkan nafsu birahi di dalam tubuh.Menyadari ada yang menatapinya dengan tatapan tajam. Bella Saphira melihat ke arah tersebut. Seketika jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Karena pria yang tidak ingin ia lihat, kini berdiri di tidak jauh dari bangsal."Mengapa kau ada di sini," ucap Bella Saphira dengan suara bergetar ketakutan. Ia berusaha