Bella Saphira terdiam. Ia mencoba mengingat apa yang ia alami terakhir kalinya. Tapi ingatan tersebut tidak begitu jelas. Perawat itu tidak ingin Bella Saphira melarikan diri, ia segera menyuntikkan obat tidur dosis rendah di selang cairan infus. Ujung mata Bella Saphira melirik jarum yang di gunakan oleh perawat tadi. Ada rasa curiga dengan gerak-gerik perawat itu. Perawat itu berusaha tenang setelah menyadari tatapan Bella Saphira barusan. "Apakah kamu butuh sesuatu atau ingin makan?" tanya perawat yang masih dengan sikap tenang. Lalu memberikan berapa tablet obat dan segelas air kepada Bella Saphira yang masih diam. Bella Saphira menatapi berapa tablet obat dan segelas air putih di hadapannya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, lebih baik kau cepat sembuh dan tinggalkan rumah sakit ini. Maksud aku melarikan diri atau membalas apa yang di lakukan oleh orang itu padamu," jelas perawat itu yang tidak ingin mengawasi Bella Saphira dalam waktu y
Bella Saphira yang duduk termenung di atas bangsal dengan pikiran kemana-mana."Mungkin lebih baik aku tunggu sampai kondisi tubuh ini membaik 100%," batin Bella Saphira yang menyentuh bagian bawah dengan jemari tengah."Ah~" desah Bella Saphira dengan suara pelan, ketika bagian bawah merespon sentuhan jemari.Tanpa Bella Saphira sadari, seseorang sudah berdiri di depan pintu. Orang itu sudah mendengar semuanya dan juga melihat apa yang di lakukan oleh Bella Saphira sejak tadi."Aku sudah tidak sabar untuk menyetubuhi mu," batin William Randolph yang sudah terbakar api gairah ketika mendengar suara desahan Bella Saphira yang membangkitkan nafsu birahi di dalam tubuh.Menyadari ada yang menatapinya dengan tatapan tajam. Bella Saphira melihat ke arah tersebut. Seketika jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Karena pria yang tidak ingin ia lihat, kini berdiri di tidak jauh dari bangsal."Mengapa kau ada di sini," ucap Bella Saphira dengan suara bergetar ketakutan. Ia berusaha
"Kau memang wanita nakal yang mudah terangsang hanya dengan permainan jemari," cibir William Randolph yang menaikkan tempo permainan jemarinya, Lalu jempolnya mengusap bagian kecil yang membuat Bella Saphira semakin gila tidak karuan.Dalam hitungan detik, tubuh Bella Saphira menegang dan menyemburkan cairan bening."Sepertinya sudah waktunya," ucap William Randolph yang menarik keluar dua jemarinya, Lalu mengangkat sebelah kaki Bella Saphira secara paksa ke atas."Hmmmmppp..." pekik Bella Saphira dengan suara nyaring yang tidak bisa keluar. Saat bagian bawahnya di masuki oleh benda tumpul besar secara mendadak."Uh grrr," desis William Randolph yang merasakan rasa sempit yang luar biasa hingga bagian badan rudalnya terasa di himpit dengan benda berat dan hal ini memberikan kenikmatan yang luar biasa."Kau memang jalang berkualitas," puji William Randolph dengan mengerakkan bokongnya berulang kali untuk menikmati rasa nikmat di tubuh Bella Saphira yang kini menjadi candunya.Bella Sap
''Untuk apa berpikir yang tidak-tidak, kita bersenang-senang sampai puas. Kapan lagi bisa melakukan hal seperti ini lagi," ucap William Randolph yang masih rajin membujuk Ricky untuk sama-sama melecehkan Bella Saphira ke arah hubungan intim. Tepatnya mengajak Ricky untuk melakukan trisome bersama Bella Saphira sepanjang malam tanpa mengenal waktu istirahat. Ricky menelan saliva dengan susah payah. Ketika membayangkan tubuh Bella Saphira yang mengairahkan dan tidak mengenakkan kain sehelai pun menutupi bagian atas dan bawah. Tapi kini kepala juga terisi dengan hal lain yang membuatnya tidak bisa fokus pada ajakkan William Randolph untuk mencari kesenangan semata. Melihat Ricky yang diam sejak tadi. William Randolph kembali membujuk Ricky untuk kesekian kalinya dengan harapan Ricky mau menerima tawarannya. "Ayo lah... Kapan lagi bisa melecehkan dia lagi?" lanjut William Randolph dengan hasutan untuk mengajak Ricky untuk sama-sama menikmati keindahan tubuh Bella Saphira. Ricky yang
Bella Saphira yang di atas ranjang, ia mundurkan tubuhnya ke arah belakang. Saat melihat William Randolph melepaskan baju satu demi satu. Lalu mengunakan ikat pinggang untuk mengikat kedua tangannya ke arah belakang. "Kau memang pria gila," seru Bella Saphira yang mengunakan kedua kakinya untuk menendang tubuh William Randolph yang bergerak ke arahnya. Tendangan kaki Bella Saphira tidak membuat perut William Randolph kesakitan, sebaliknya ia semakin senang menerima tendangan kaki dari Bella Saphira yang terasa nikmat. "Akan tunjukkan padamu apa itu pria gila," ucap William Randolph yang menarik salah satu kaki Bella Saphira. Lalu memaksa salah satu kakinya untuk terbuka lebar. Kemudian menghentakkan miliknya ke dalam berulang kali seperti orang kesetanan. "Ahhhhh," pekik Bella Saphira dengan suara nyaring. Karena tubuh bawahnya masih kering tapi di paksa menerima benda tumpul berukuran besar itu untuk kesekian kalinya setelah beberapa hari bebas dari pelecehan seksual yang di lak
"Bagaimana rasanya liangmu di obral Abrik dengan vibrator itu ini," ucap William Randolph dengan di sertai tawa jahat yang menghiasi wajah bejadnya. Sepanjang kegilaan William Randolph yang mengerakkan alat vibrator dengan kecepatan tinggi, Bella Saphira hanya bisa mendesah nyaring dan mengutuk tindakan William Randolph dalam hati. Tidak puas hanya mengerakkan vibrator tersebut, jemari William Randolph juga mengusap bagian lunak itu dengan usapan kuat. "Hent... Hentikan... Tolong hentikan...." pekik Bella Saphira dengan tubuh bergetar saat mendapatkan perlepasan berulang kali. "Aku akan menghentikannya setelah puas bermain dengan mu," balas William Randolph yang kini sibuk meremas kedua dada Bella Saphira secara bergantian. Lalu menarik puncaknya. "Ini kah yang kau harapkan selama ini dengan sengaja bekerja di klub malam," cibir William Randolph yang mengerakkan vibrator lebih cepat dan sebelah tangan mencengkeram erat salah satu dada Bella Saphira. Bella Saphira mengeluarkan tat
James Arthur memperlihatkan senyuman penuh arti di sertai dengan nafsu kepada Cintya yang sejak tadi mengoda dirinya dengan mengunakan jemari tangan untuk mengusap dadanya yang bidang di sertai dengan sentuhan lembut. "Kau sengaja memancing aku?" bisik James Arthur di dekat telinga Cintya. Wajah Cintya semakin merah merona akan sikap James Arthur yang terlalu intim terhadap dirinya. "Ehenmmmmm," Deep Arthur yang tidak suka dengan kelakuan Cintya yang di anggap tidak tahu etika ketika ada tamu. Dehem Deep Arthur menyadarkan Cintya dan James Arthur secara bersamaan. Keduanya duduk secara sopan di depan Deep Arthur seolah tidak terjadi apapun. Walau ujung mata keduanya saling melirik satu sama lain.Deep Arthur menatapi putra satu-satunya dengan tatapan rumit. Ia juga tidak punya pilihan. Selain menyerahkan perusahaan kepada James Arthur yang merupakan pewarisnya. "Aku harap kau tidak mengecewakan aku," ucap Deep Arthur dengan wajah datarnya. James Arthur menaikkan sebelah alisnya
"Ahhh Ahhh sakit," pekik Bella Saphira yang merasakan kesakitan yang luar biasa atas kekejaman yang di berikan oleh William Randolph pada tubuhnya. Untuk mengimbangi kekuatan hentakan William Randolph yang membabi buta, Bella Saphira menarik sprai secara kuat dengan kedua tangan. Sembari berharap rasa sakit dapat di salurkan kepada kain sprei yang ia tarik saat ini. Mendengar jeritan Bella Saphira yang di anggap di buat-buat, William Randolph mendadak merasa jijik dan mual. Ia pun mempercepat hentakannya dari sebelumnya. "Tolong... Tolong hentikan," ujar Bella Saphira yang memohon pilu dan masih mengikuti irama hentakan pria yang masih menyiksa intin tubuhnya. "Ini kan yang kamu inginkan selama ini dengan sengaja bekerja di klub malam dan mengoda para pria hidung belang," lanjut William Randolph dengan hentakan kuat dan kedua matanya menatapi dada Bella Saphira yang berayun-ayun. "Ahh, kau salah paham. A-ku," balas Bella Saphira yang berusaha untuk menjelaskan. Tapi tidak di tang