"Bagaimana rasanya liangmu di obral Abrik dengan vibrator itu ini," ucap William Randolph dengan di sertai tawa jahat yang menghiasi wajah bejadnya. Sepanjang kegilaan William Randolph yang mengerakkan alat vibrator dengan kecepatan tinggi, Bella Saphira hanya bisa mendesah nyaring dan mengutuk tindakan William Randolph dalam hati. Tidak puas hanya mengerakkan vibrator tersebut, jemari William Randolph juga mengusap bagian lunak itu dengan usapan kuat. "Hent... Hentikan... Tolong hentikan...." pekik Bella Saphira dengan tubuh bergetar saat mendapatkan perlepasan berulang kali. "Aku akan menghentikannya setelah puas bermain dengan mu," balas William Randolph yang kini sibuk meremas kedua dada Bella Saphira secara bergantian. Lalu menarik puncaknya. "Ini kah yang kau harapkan selama ini dengan sengaja bekerja di klub malam," cibir William Randolph yang mengerakkan vibrator lebih cepat dan sebelah tangan mencengkeram erat salah satu dada Bella Saphira. Bella Saphira mengeluarkan tat
James Arthur memperlihatkan senyuman penuh arti di sertai dengan nafsu kepada Cintya yang sejak tadi mengoda dirinya dengan mengunakan jemari tangan untuk mengusap dadanya yang bidang di sertai dengan sentuhan lembut. "Kau sengaja memancing aku?" bisik James Arthur di dekat telinga Cintya. Wajah Cintya semakin merah merona akan sikap James Arthur yang terlalu intim terhadap dirinya. "Ehenmmmmm," Deep Arthur yang tidak suka dengan kelakuan Cintya yang di anggap tidak tahu etika ketika ada tamu. Dehem Deep Arthur menyadarkan Cintya dan James Arthur secara bersamaan. Keduanya duduk secara sopan di depan Deep Arthur seolah tidak terjadi apapun. Walau ujung mata keduanya saling melirik satu sama lain.Deep Arthur menatapi putra satu-satunya dengan tatapan rumit. Ia juga tidak punya pilihan. Selain menyerahkan perusahaan kepada James Arthur yang merupakan pewarisnya. "Aku harap kau tidak mengecewakan aku," ucap Deep Arthur dengan wajah datarnya. James Arthur menaikkan sebelah alisnya
"Ahhh Ahhh sakit," pekik Bella Saphira yang merasakan kesakitan yang luar biasa atas kekejaman yang di berikan oleh William Randolph pada tubuhnya. Untuk mengimbangi kekuatan hentakan William Randolph yang membabi buta, Bella Saphira menarik sprai secara kuat dengan kedua tangan. Sembari berharap rasa sakit dapat di salurkan kepada kain sprei yang ia tarik saat ini. Mendengar jeritan Bella Saphira yang di anggap di buat-buat, William Randolph mendadak merasa jijik dan mual. Ia pun mempercepat hentakannya dari sebelumnya. "Tolong... Tolong hentikan," ujar Bella Saphira yang memohon pilu dan masih mengikuti irama hentakan pria yang masih menyiksa intin tubuhnya. "Ini kan yang kamu inginkan selama ini dengan sengaja bekerja di klub malam dan mengoda para pria hidung belang," lanjut William Randolph dengan hentakan kuat dan kedua matanya menatapi dada Bella Saphira yang berayun-ayun. "Ahh, kau salah paham. A-ku," balas Bella Saphira yang berusaha untuk menjelaskan. Tapi tidak di tang
"Seharusnya kau berterima kasih padaku yang mau memberikan kamu pakaian," cibir William Randolph dengan kata sinisnya. Apa yang di katakan oleh William Randolph tidak di dengar oleh Bella Saphira yang tetiba mempunyai ide untuk melarikan diri dari kurungan William Randolph. Ia berusaha untuk berdiri dengan susah payah untuk mengambil paper bag yang tidak jauh dari posisinya sekarang. "Aku harus melarikan diri dari pria gila ini, pokoknya harus. Bagaimana pun caranya harus di coba," batin Bella Saphira yang membulatkan tekadnya di dalam hati untuk bisa kabur secepatnya. Kemudian membuat perhitungan dengan Cintya. "Aku yakin semua ini ada kaitannya dengan mu," lanjut batin Bella Saphira yang yakin Cintya terlibat dalam kasus penculikan yang di dalangi oleh William Randolph. Melihat Bella Saphira yang terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu. Dahi William Randolph sempat mengerut dalam. Ia penasaran akan apa yang sedang di rencanakan oleh Bella Saphira. "Jangan bermimpi bisa melarika
Kedua mata William Randolph yang melirik tubuhnya, tetiba terasa tidak nyaman bagi Bella Saphira yang berdiri tanpa memakai baju dalaman terutama bagian bawah maupun bagian atas yang menampakkan kedua gundukkan yang semakin berisi dari hari ke hari."Tidak buruk juga," lanjut William Randolph dengan perkataannya yang kemudian mendapatkan tatapan sinis dari Bella Saphira."Aku tidak takut dengan tatapan mu dan juga tidak akan melukai hati aku," ucap William Randolph dengan naikkan kedua alis matanya yang berwarna hitam. Lalu mengusap rahangnya berulang kali, Seolah memperingat Bella Saphira untuk tidak melawan dirinya atau akibatnya akan sangat fatal.Mendengar apa yang di katakan oleh William Randolph dengan perkataan yang tidak ada rasa malunya, Bella Saphira semakin memperdalam tatapan matanya ke arah William Randolph dengan tatapan tajam dan mencemoh.Melihat sikap Bella Saphira yang masih angkuh dan tidak takut, William Randolph menaikkan sudut bibirnya sebagai balasan atas tatapa
Jijik, itulah yang di rasakan oleh Bella Saphira. Ia sungguh jijik atas apa yang di lakukan oleh William Randolph terhadap dirinya saat ini.Melihat tingkah Bella Saphira yang di anggap merendahkan dirinya. Kesabaran William Randolp mulai menipis. "Keparat," umpat William Randolph di dalam hati ketika melihat Bella Saphira masih saja dengan posisi semula. Seolah ia seperti orang bodoh yang memuaskan wanita bernafsu di atas ranjang atau tepatnya pria miskin di bayar oleh wanita tua yang kaya raya untuk mendapatkan sebuah kesenangan di atas ranjang. "Tatap aku!" perintah William Randolph yang sejak tadi melihat Bella Saphira memalingkan wajah berulang kali untuk menghindari tatapan matanya. Daripada menuruti perkataan William Randolph yang suka main perintah, Bella Saphira memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah lain dengan bibir mengeluarkan suara desahan merdu setiap kali William Randolph menghentakkan miliknya dengan tempo kuat seperti tembakkan peluru yang menembus kulit. "Si
"Melepaskanmu, Jangan mimpi?" seru William Randolph yang masih rajin menghentakkan rudalnya hingga menembus bibir rahim Bella Saphira berulang kali. "Tolong.... Hentikan... Ahhh," pekik Bella Saphira dengan suara nyaring. Tapi masih di tulikan oleh William Randolph yang kini tidak berperasaan. Melihat William Randolph tidak ada niat untuk melepaskan dirinya, Bella Saphira hanya bisa pasrah dengan perasaan sedih yang semakin mengeroti tubuhnya. "Ahhh... Tolong hentikan," pekik Bella Saphira untuk kesekian kalinya. "Untuk apa di hentikan," balas William Randolph yang masih rajin bergoyang pinggang untuk menikmati celah sempit itu yang kini memanjakan rudalnya. Buk Buk Buk Buk Buk Suara perpaduan di bagian bawah terdengar jelas di telinga keduanya yang sedang sibuk dengan persetubuhan panas. Bella Saphira yang malu mendengar percikkan suara bagian itu dan juga berusaha menahan rasa sakit di bagian bawah. Ia akhirnya memilih untuk mengigit bibir bagian bawahnya secara mati-mati
"Tolong keluarkan kedua alat ini," pinta Bella Saphira memohon pilu dengan kedua kaki terbuka dan tangan terikat di atas kelapa."Hmmmmm..." gumam William Randolph amigu. Ia tidak ada niat untuk melakukan sesuatu, apa lagi mengeluarkan alat tersebut dari celah inti Bella Saphira.Melihat William Randolph masih diam membisu, Bella Saphira berusaha mengeluarkan semua tenaga yang masih ada untuk berteriak."Cepat keluarkan, apa kau tuli?" seru Bella Saphira dengan suara nyaring.William Randolph melirik ke arah Bella Saphira, lalu memutar kedua bola matanya dengan malas. Kemudian mengeluarkan senyuman sinis dari bibirnya."Untuk apa di keluarkan, bukan kah kau menikmatinya?" balas William Randolph dengan tatapan mencemoh."Keparatt kau William Randolph," umpat Bella Saphira dengan suara kesal. Ketika tahu William Randolph tidak ada niat untuk melakukan apa yang ia minta.William Randolph masih memilih untuk menulikan kedua telinganya. Kemudian bersiur dengan nada yang mengejek Bella Saph