Ibunya bertanya pun sampai tak dijawab oleh Keyla, gadis itu hanya terlihat cepat-cepat pergi ke suatu tempat. Ibunya hanya menggelengkan kepalanya sifat putrinya yang plin-plan menjadikannya sedikit ragu akan pilihannya sendiri, sebelum itu Adam sudah meminta izin pada ibu Keyla. Jam berapa pun putrinya pergi, Adam meminta tolong biarkan saja. Karena lelaki itu sudah tahu kemana tujuan Keyla yang sebenarnya, Keyla tiba di pantai Ancol. Membeli karcis lalu berjalan masuk, awalnya ia berjalan dengan sangat santai. Namun, saat melihat jam hampir sebelas malam tepat ia memutuskan lari. Ia terus menengok ke kiri dan ke kanan, Mencari keberadaannya. Setelah lelah dan ragu akan pilihannya, Keyla muak pada dirinya sendiri lalu ia menjatuhkan dirinya ke pasir putih yang cukup kasar."Apakah dia akan datang?" tanya Adam bicara pada diri sendiri. Sesekali Adam memandang ke sisi pantai lain sambil melamun, tiba-tiba matanya terpaku pada orang berbaju biru muda yang berjalan lewat tepat di depan
Kedua bola mata Keyla membulat alisnya terangkat, ketika ia berhenti mengunyah makanannya. Ia tersedak, Adam langsung bangkit memberinya minum dan pergi ke samping Keyla. Menepuk-nepuk bahunya pelan. "Sekarang sudah baikan?" tanya Adam merasa sangat khawatir padanya.Keyla mengangguk, Keyla menumpukkan tangan di atas meja. "Jadi, sekarang kamu sedang memainkan peranmu dengan serius?"Adam berpikir sejenak. "Sudah lama aku memikirkan semalaman suntuk, aku berjanji pada diriku sendiri untu tidak menjadikan perasaan sebagai candaan.""Maksud kamu?" "Aku sungguh menyukaimu Keyla," kata Adam meraih tangan Keyla, ditempelkan di dadanya yang cukup datar. Tak sempat Keyla berkata-kata, Adam mulai mengangkat mulutnya kembali. "Berdegup kencang bukan? Kau merasakannya?" tanya Adam menatapnya dengan penuh perasaan.Keyla menundukkan kepalanya. Bingung harus menjawab apa, di satu sisi ia merasakan gugup saat bersama Adam. Rasanya mungkin ia telah jatuh hati padanya, tapi di sisi lain. Ia takut ji
Keyla terkejut bukan main, ketika mendengar kata demi kata dari mulut seorang Tino? Benarkah dia Tino yang selama ini ia kenal? Keyla terdiam, hanya bisa terdiam rasa kejutnya belum sepenuhnya hilang."Gue mohon banget sama lo. Kalau ada masalah jangan lari, kalau lo merasa masalah itu cukup berat untuk dilalui sendiri. Gue siap jadi tameng buat lo, dan yang lain pun siap untuk menjadi senjata. Menumpas masalah yang lo hadapi, mari hadapai bersama?" Tino melanjutkan kata-katanya yang belum usai. Keyla hanya terlihat bingung, kali ini bukan Tino yang kebingungan sendiri tapi dirinya sendiri. Kabut hitam disekelilingnya seakan-akan memudar, lambat laun menghilang. Ia mulai menatap wajah Tino dengan jelas, ekspresi wajah lelaki itu sedikit berubah. Kedua alis ditekuk, keningnya sedikit berkerut, menatap serius ke dalam kedua matanya.Tino mengeluarkan kata-kata yang membuat hati Keyla sedikit tersentuh, bukan hanya sedikit bahkan ia hampir meneteskan air matanya. Ucapannya sungguh tulus
Keyla dan Tino terkejut, keduanya sampai berhenti bergerak beberapa detik, bahkan keduanya menahan napas. Siapakah yang akan keluar, apakah kuntilanak, atau pocong. Suasana semakin hening dan menegangkan, ketika lampu di atas kepala mereka secara tiba-tiba mati hidup. Berkedip-kedip berulang kali, kini Tino memegang lengan Keyla. Gadis itu dibuat risih olehnya, ketegangan keduanya semakin menjadi. Yang keluar dari pintu pertama tangannya lalu kepalanya, dan wajahnya putih pucat. "Aaaaa!" Mereka berdua berteriak bersama. Tino langsung tumbang, terguling-guling di lantai yang sedikit condong ke bawah. Sehingga membuat tubuh Tino berguling. "Aduh! Berisik banget sih kalian," kata Ibu Keyla menatap putrinya."Mama, kukira hantu, lagian malam-malam begini pakai masker wajah. Yang warna putih lagi. Lampu juga mati, lalu lampu diluar juga sangat mendukung," balas Keyla sambil menatap ke samping, Tino telah lenyap."Cari siapa?" tanya Ibunya memperhatikan."Tino, cowok jail yang sukanya bik
Keyla masih menatap foto itu, lambat laun kelopak matanya terasa sangat berat, ia menjatuhkan dirinya ke tempat tidur. Lalu tertidur pulas, klontang, klontang. Keyla terbangun, tapi tidak membuka matanya. Ia mencari ponselnya, melihat layar ponselnya sudah jam enam lewat tiga puluh menit. Suaranya itu sungguh berisik, sampai mengganggu tidurnya. Berkat itu ia tidak bangun kesiangan, duduk sebentar mengambil handuk lalu pergi mandi.Ia turun ke bawah, terdengar suara bariton seorang lelaki dari sana. Suara yang paling enek sedunia. "Selamat pagi Keyla," ucap Tino sedang membantu ibu Keyla menyiapkan sarapan."Pagi," jawab Keyla cukup tenang, ia duduk di meja makan."Pagi sayang," kata ibunya baru saja kembali dari pasar."Pagi juga Mah, habis dari mana?" tanya Keyla mengambil gelas dan diisi susu putih."Habis dari pasar, katanya Tino mau bikin nasi goreng buat sarapan. Yaudah Mama pergi ke pasar," jawab ibunya Keyla.Keyla mendesis. "Terus Mama kasih izin dia buat masak?" Keyla menunj
"Jadi kau setuju akan melindungi gadis itu?" tanya Adam berusaha meyakinkan atas prilakunya nanti."Iya, tapi bagaiamana caraku menemukan gadis itu. Tanpa tahu siapa dan di mana dia tinggal.""Kau hanya perlu pergi ke ruang kelas kosong, akan aku share lokasinya. Kau bisa ikuti petunjuk itu. Dan satu hal lagi, tunggulah dia di sana.""Kau yakin dia akan pergi ke tempat itu?""Tidak juga.""Hah, kau membuatku kesal sekarang!" Will berteriak sambil menaikan sebelah alisnya, ia pergi keluar kamarnya lalu terkejut dengan adanya Tino di sana.Dengan sigap Tino merogoh kantong celananya dan menyerahkan sejumlah uang pada Will, alhasil Will tidak jadi marah, tapi tetap menahan emosi. Karena seharusnya dia setor uang tadi malam, bukannya sekarang. Will menghitung sejumlah uang itu, tanpa melirik ke arah Tino sedikitpun, Tino hanya menatapnya dengan sombong."Ngapain?" tanya Will menaikan sebelah alisnya."Gak, ngomong-ngomong gue mau ke toilet." Tino mengatakannya dengan cepat pergi ke toilet
Keyla ingin segera melepaskan diri dari pelukannya. Namun ... "Akhirnya aku menemukanmu," kata Will sambil menangis.'Will!' Gadis itu tak tahan mengangkat kedua tangannya, ia membalas pelukan lelaki itu dengan sangat lembut. Perlahan Will menurunkan tangannya, Will menatap wajah Keyla. Ia memegang kedua pundak Keyla, sambil terus menatapnya. "Apa ada yang luka? Tidak, maksudku apa mereka berhasil melukaimu? Di mana? Sakit tidak? Apa perlu kita ke rumah sakit? Aku sangat mengkhawatirkanmu ...." Will masih terus bicara dan bertanya.'Sebegitu kah kamu mengkhawatirkanku Will?' Tes! Setetes air mata meluncur turun melewati kedua pipinya. Will yang menyadari hal itu langsung terdiam, lelaki itu menangkap kedua pipi Keyla dengan sangat lembut. Perlahan menghapus air matanya, Keyla juga melakukan hal yang sama dengan Will, ia tak pernah menyangka sebelumnya. Kalau Will akan sangat mengkhawatirkan dirinya seperti itu, Keyla juga tidak pernah menyangka bahwa Will tak membencinya. Karena menin
Pada akhirnya mereka berdua duduk kembali di bangku taman. Will berdiri dihadapan mereka berdua, dengan membawa beberapa cemilan ditangannya. Keyla dan Tino pasrah, mereka berdua hanya bisa menundukkan kepalanya. Keyla menduga kalau Will saat ini sedang marah pada mereka berdua, bagaimana tidak marah! Selama ini Keyla menyimpan segalanya rapat-rapat. Ia juga salah menilai tentang Tino, habisnya ia pikir Tino masih bermulut ember. Ternyata sulit dipercaya, Tino mulai berubah. Keyla menatap Tino sedikit lebih lama dengan tatapan sendu. Will yang memperhatikan ikut terenyuh saat gadis itu ingin menangis kembali, ia harus mencari cara menghentikan tangisnya. "Baiklah, aku akan mulai bertanya pada Tino," kata Will menghancurkan lamunan Keyla."Hah, kok gue duluan?" tanya Tino dengan wajah polosnya."Jika keberatan gue bakal bilang ke Ino kalau lo udah gak cinta lagi sama dia.""Lah, bisa gitu. Iya, iya, sok mau nanya apa." Tino dibuat pasrah oleh ancaman Will."Kapan terakhir kalinya lo t