Setelah tidak berapa lama, Steein merogoh kantung di balik jubahnya, ia kemudian mengeluarkan sebuah sapu tangan. Bentuk sapu tangannya tidak biasa. Sapu tangan itu dilipat kuat dan menggembung, seperti ada sesuatu di dalamnya.
“Katanya ini bagus untuk wanita hamil. Makanlah,” ujar Steein sambil menyodorkan sapu tangan itu ke hadapanku. Setelah dibuka, ternyata isinya adalah beberapa kacang bernilai tinggi.
“Itu Almond!!” seruku girang. Sudah lama sejak aku melihat kacang mahal seperti yang ada di duniaku.
“Apa? Al-Almon?” tanya Steein bingung karena baru pertama kali mendengar nama itu.
“Bukan Almon, Steein, tetapi Almond. Ini juga ada di duniaku. Kacang Almond, yang merupakan salah satu kacang dengan harga yang cukup fantastis,” jelasku dengan bersemangat.
“Fantas ... Apa?” tanya Steein lagi.
Karena perasaan yang menggebu-gebu, aku sempat lupa untuk memilih kosa-kataku di hadapan
Seketika tubuhku gemetar karena merasakan tekanan dari aura seorang Raja. Raja Edgar yang pintar memang begitu peka dan sulit dikelabui, jadi aku juga perlu menggunakan upaya ekstra.Setelah menelan ludah dan mengendalikan pita suaraku agar tidak bergetar, aku menjawab, “Aku berkata jujur, Yang Mulia.”“Kamu yang mengundang Steein untuk datang ke sini? Untuk apa?” tanya Raja Edgar lagi dengan nada suara dan ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa ia belum mempercayaiku sepenuhnya.Hanya satu jawaban yang kemungkinan bisa ditoleransi oleh Raja Edgar. Jadi, aku menggunakan jawaban itu. “Aku memintanya untuk membawakan makanan untukku, Yang Mulia,” jawabku.Sepertinya upayaku untuk melembutkan hati Raja Edgar cukup berhasil, karena setelah itu Raja Edgar membalasku dengan kalimat yang lebih lembut.“Kamu mau makan? Apa makanan yang kamu suka?” tanya Raja Edgar.Hampir saja aku terpancing emosi karen
"Terkuak sudah!” Itulah yang aku ucapkan dalam hati dengan pasrah.Napasku sempat terhenti ketika mendengar ucapan dokter itu. Namun, tidak berapa lama kemudian, hatiku malah merasa sangat lega. Rasanya seperti ada beban berat yang selama ini menekan jantungku di kedua sisi, tetapi sekarang beban itu menghilang dan membuat jantungku menjadi bebas.“Ini adalah kebebasan yang sejati. Sangat sulit untukku berbohong selama ini kepada Raja Edgar. Biarlah semua ... Jika sudah ketahuan, ya ketahuan saja ... Toh juga rasanya tidak terlalu buruk,” batinku.Selama aku berpikir dalam hati, keadaan di sekitarku menjadi hening. Aku bisa membayangkan bagaimana terkejutnya orang-orang yang ada di sana. Raja Edgar pasti merasa terkejut karena berpikir fakta bahwa bayi yang ada di kandunganku itu adalah anaknya. Sementara itu, Steein terdiam karena ketakutan dan merasa bersalah karena tidak bisa menjaga janjinya padaku untuk menjaga rahasia ini. Di sisi lain, p
Ketika pelayan itu sudah memberikan makanan kepada Raja Edgar, ia kemudian kembali melangkah keluar kamar.“Lissa, kamu harus makan. Jika kamu tidak ingin melihatku selama kamu makan, maka aku bisa pergi,” lanjut Raja Edgar.Raja Edgar mengatakan hal seperti itu, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan hal yang sebaliknya. Ia terlihat sangat sakit hati seperti baru saja aku usir dari kamar padahal aku belum mengatakan apa pun.Ini tidak benar. Aku tidak boleh selamanya memendam rasa benci kepada Raja Edgar. Demi kebaikan bayiku, aku harus bisa mulai menerima Raja Edgar sebagai ayah dari bayi ini. Aku juga perlu makan agar bisa memberikan nutrisi demi tumbuh kembang janinku. Jadi, dengan menahan rasa ego, aku membalas, “Tidak apa-apa. Tidak perlu keluar, karena aku akan makan.”Hanya itu yang aku ucapkan, tetapi ekspresi Raja Edgar terlihat sangat kaget dan bercampur haru.“Terima kasih, Lissa. Sekarang makanlah,” uj
BAB 132Cara Mencintai yang SalahSelama beberapa hari setelah itu, Raja Edgar tidak ada berkunjung lagi. Karena ini adalah kamarnya, ia hanya datang di malam hari ketika aku sudah tidur, dan pergi lagi di pagi hari sebelum aku bangun. Aku mengetahuinya karena aku bisa merasakan kehangatan seseorang di sebelah tempat tidurku seperti ada yang baru saja berbaring di atasnya.Para pelayan yang melayaniku tampak memiliki banyak pertanyaan, tetapi mereka menahannya dalam diri mereka. Mereka hanya berfokus untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan memastikan aku tidak kekurangan apa pun. Namun, ada kalanya juga mereka menyampaikan berita yang beredar di pasar mengenai berita pernikahanku.“Nyonya Saintess, saya dengar dari para pelayan lainnya, para rakyat sangat menantikan tentang bayi yang dikandung Nyonya. Akan tetapi, ada juga yang bertanya-tanya tentang status anak Nyonya nanti, apakah akan dijadikan sebagai Pangeran atau Putri. Itu karena pernikahan
Aku tahu yang dimaksud oleh pelayan. Pasti ia berharap agar aku memberi kesempatan dan mau menerima Raja Edgar. Jujur, aku sedikit tergerak. Namun, rasa ini masih merupakan rasa haru dan kasihan, belum merupakan rasa cinta. Jadi, aku tidak mau cepat-cepat menyimpulkan dan menerima Raja Edgar karena rasa kasihan itu.Tidak tahu apakah karena aku terbiasa menjadi santau, atau karena sudah lama tidak menggunakan otak kecilku untuk berpikir, rasanya sulit untuk memikirkan apa yang harus aku lakukan berikutnya.“Aku masih butuh waktu untuk berpikir,” ujarku kepada pelayan itu.“Baiklah, Yang Mulia, saya mengerti,” balasnya.Aku melihat kakiku yang aku luruskan di atas tempat tidur. Kini, bengkaknya sudah mengecil dan warna birunya sudah tinggal sedikit. Ketika aku menggerak-gerakkan kakiku sedikit, rasanya hanya ngilu sedikit. Sepertinya, aku masih bisa berjalan jika aku memberikan beban tubuhku di kakiku yang satu lagi.“A
Ketika aku masih sibuk dengan isis pikiranku, Karl kembali berbicara, “Belakangan ini, aku dengar kalau kamu sakit ... Namun, melihatmu yang sudah baik-baik saja, aku cukup senang....”“Ya ... Terima kasih,” balasku. Ucapanku benar-benar merupakan pemutus percakapan yang baik. Sekarang aku jadi tidak tahu apa yang harus aku katakan sebagai kalimat penyambung yang terdengar alami.“Aku juga dengar pengumumannya bahwa ... kamu hamil,” lanjut Karl.Sekarang terjadi! Seperti menginjak ranjau, sekarang topik yang paling aku takutkan telah diangkat ke atas. “Siapa pun! Tolong selamatkan aku dari situasi ini!!” teriakku dalam hati.Aku terus menundukkan kepala. Mulutku tidak bisa terbuka untuk memberikan perkataan balasan untuk Karl. Urat saraf di leherku bahkan menegang dan membuatku jadi tidak bisa mengangguk atau menggelengkan kepalaku. Semuanya terasa jadi lebih sulit karena aku sudah tahu bagaimana perasaan Ka
Hanya ada satu pelayan dengan ciri-ciri seperti itu, rambut cokelat yang bergelombang. Pelayan itu merupakan pelayan yang paling dekat denganku. Ia juga yang menceritakan tentang kisah hidup Raja Edgar. Jika aku tidak salah menilai, menurutku ia orang yang tulus dalam melayaniku.“Menurutku, ia bukan orang yang akan melakukan itu karena keinginan sendiri. Jika ia sampai bunuh diri, itu artinya ia diancam. Bukan, lebih tepatnya, orang terdekatnya yang dijadikan sandera dan diancam akan dilukai, jadi ia memilih untuk mati agar tutup mulut, sehingga sandera dapat tetap aman,” jelasku.“Itu masuk akal,” gumam Steein.“Itu artinya, harus mencari tahu dan menyelidiki mulai dari keluarga terdekat pelayan itu, ya? Baiklah, kalau begitu, kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut nanti,” imbuh Steein.Steein melepaskan tangannya dari bagian perutku sebagai tanda bahwa ia sudah melakukan pemeriksaan. Kemudian, ia berkata, &ldq
"Kalau begitu, aku akan pergi dulu dan memberikan ruang untuk kalian berbicara,” ujar Karl.“Baiklah, terima kasih, Karl,” balasku.Karl pun melambaikan tangannya untuk membalas perkataanku sebelum ia pergi meninggalkan ruangan.Begitu pintu kamar itu kembali tertutup, aku turun dari tempat tidurku dan berjalan di sofa. “Steein, bisakah kita bicara di sini saja? Rasanya tubuhku sudah bosan dengan kelembutan tempat tidur itu. Sepertinya akhir-akhir ini yang aku lakukan hanya sakit dan berbaring terus,” ucapku sambil terkekeh kecil.Aku tidak tahu bagaimana roda kehidupan ini berputar, tetapi jika diingat kembali bagaimana perjalanan hidupku, perubahannya sangat drastis. Di awal-awal, aku hampir tidak tidur karena sibuk untuk menyelamatkan nyawaku dalam mengatasi masalah banjir. Bahkan hingga aku menjadi sekretaris, aku juga masih kurang istirahat karena harus menjalani tugas dan ikut dalam pembasmian monster. Namun, sejak keku