Hanya ada satu pelayan dengan ciri-ciri seperti itu, rambut cokelat yang bergelombang. Pelayan itu merupakan pelayan yang paling dekat denganku. Ia juga yang menceritakan tentang kisah hidup Raja Edgar. Jika aku tidak salah menilai, menurutku ia orang yang tulus dalam melayaniku.
“Menurutku, ia bukan orang yang akan melakukan itu karena keinginan sendiri. Jika ia sampai bunuh diri, itu artinya ia diancam. Bukan, lebih tepatnya, orang terdekatnya yang dijadikan sandera dan diancam akan dilukai, jadi ia memilih untuk mati agar tutup mulut, sehingga sandera dapat tetap aman,” jelasku.
“Itu masuk akal,” gumam Steein.
“Itu artinya, harus mencari tahu dan menyelidiki mulai dari keluarga terdekat pelayan itu, ya? Baiklah, kalau begitu, kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut nanti,” imbuh Steein.
Steein melepaskan tangannya dari bagian perutku sebagai tanda bahwa ia sudah melakukan pemeriksaan. Kemudian, ia berkata, &ldq
"Kalau begitu, aku akan pergi dulu dan memberikan ruang untuk kalian berbicara,” ujar Karl.“Baiklah, terima kasih, Karl,” balasku.Karl pun melambaikan tangannya untuk membalas perkataanku sebelum ia pergi meninggalkan ruangan.Begitu pintu kamar itu kembali tertutup, aku turun dari tempat tidurku dan berjalan di sofa. “Steein, bisakah kita bicara di sini saja? Rasanya tubuhku sudah bosan dengan kelembutan tempat tidur itu. Sepertinya akhir-akhir ini yang aku lakukan hanya sakit dan berbaring terus,” ucapku sambil terkekeh kecil.Aku tidak tahu bagaimana roda kehidupan ini berputar, tetapi jika diingat kembali bagaimana perjalanan hidupku, perubahannya sangat drastis. Di awal-awal, aku hampir tidak tidur karena sibuk untuk menyelamatkan nyawaku dalam mengatasi masalah banjir. Bahkan hingga aku menjadi sekretaris, aku juga masih kurang istirahat karena harus menjalani tugas dan ikut dalam pembasmian monster. Namun, sejak keku
"Aku memang tidak bisa memaksakan perasaanmu atau membuat keputusan untukmu, Lissa. Namun aku mohon, tolong beri kesempatan untuk Raja Edgar bisa berbuat dengan cara yang benar. Jangan terlalu keras menolaknya atau menilainya terlalu buruk. Jika aku atau Karl tidak bisa menjadi pendamping hidupmu, setidaknya Raja Edgar bisa, karena ia adalah ayah dari anakmu,” ujar Steein.Aku hanya duduk termenung sambil mencerna perkataan Steein itu. Perkataan Steein membuatku bisa berpikir jernih dan ingin memberikan kesempatan kepada Raja Edgar. Memang, perasaan tidak akan bisa dipaksa walaupun hati sudah bertekad, tetapi jauh di lubuk hatiku, aku percaya kalau hubunganku dengan Raja Edgar pasti bisa berjalan ke arah yang lebih baik. Kami masih muda dan kami masih memiliki banyak waktu untuk lebih mengenal dan menyesuaikan diri.Sejujurnya, selain sikapnya yang keras dan pemaksa, penampilan dan kepribadian Raja Edgar secara keseluruhan benar-benar sempurna. Jadi, jika R
"Kami minta maaf karena telah masuk sembarangan sebelum dipanggil masuk. Kalau begitu, kami permisi dulu,” ucap Ivan sambil menundukkan kepala untuk lari dari hukuman besar yang mungkin akan diberikan oleh Raja Edgar sebesar rasa malu yang ia rasakan sekarang.Ketika ia mengatakan itu, aku masih tidak memikirkan apa pun. Akan tetapi, semuanya jadi buyar karena perkataan lanjutan Ivan.Sebelum Ivan keluar ruangan dan menutup pintu, ia berkata, “Kami tidak melihat apa pun, jadi tolong jangan hukum kami.”Cklek.Begitu pintu itu tertutup, aku tidak bisa menahan diriku untuk kembali tertawa.“Pffttt ... Hahahahahaha.....”“Apakah menurutmu itu sangat lucu?” ujar Raja Edgar dengan nada kesal sambil memegang kening kepalanya. Wajah Raja Edgar sudah seperti sebuah tomat merah yang matang sempurna.“Itu benar-benar lucu, Hahahaha ..... Yang Mulia lihat wajahnya? Ia jadi sangat pucat karena melih
"Apa? Lissa? Kamu serius?” tanya Raja Edgar dengan ekspresi tidak percaya. Ia bahkan menekan-nekan rambutnya dan menyisirinya ke belakang agar telinganya bisa terbuka lebar tanpa ada sehelai rambut pun yang mengganggu. Aku pikir Raja Edgar tidak menyadarinya bahwa tindakannya itu membuat bentuk jidatnya yang begitu sempurna jadi terkespos, dan orang pertama yang terberkati oleh penampakan itu adalah aku.Setelah melakukan tindakan seorang wanita yang memiliki rambut panjang, Raja Edgar kembali melanjutkan, “Baiklah, aku sudah siap. Apakah kamu bisa mengulangi kata-katamu tadi, Lissa?”“Yang Mulia ... Aku mengizinkan Yang Mulia untuk mendekati aku lagi. Aku dan Yang Mulia bisa mempelajari segalanya bersama. Aku tidak akan mengulangi hal ini lain kali, jadi .... apakah Yang Mulia mau menerimanya?” tanyaku sebagai penutup kalimat.“Mau! Aku mau!” seru Raja Edgar dengan raut wajah yang berseri-seri. Meskipun Raja Edgar belum
"Ya-Yang Mulia! Salam hormat kepada Yang Mulia!” seruku sambil berlutut di tempat tidur dan membungkukkan tubuhku serendah mungkin.“Sikapmu berubah begitu mengetahui kalau ini aku,” cetus Raja Edgar.“Sa-saya minta maaf, Yang Mulia,” ucapku panik.Sudah lama sejak terakhir kali aku bersikap formal dan membungkuk kepada Raja Edgar seperti ini. Namun, situasi sekarang memberi kode padaku untuk melakukannya jika masih punya rasa bersalah dan hati nurani.Dengan maksud untuk membela dan membuat alasan untukku, pelayan tadi bersujud dengan wajah ke mengenai lantai dan berkata, “Ya-Yang Mulia, La-Lady tidak bermaksud—““Aku tahu,” potong Raja Edgar sebelum pelayan itu selesai mengucapkan permohonannya.Aku memang sudaj menaikkan kepalaku, terapi tubuhku masih terus berlutut sampai aku mendapat jaminan bahwa dosaku sudah diampuni. Sama seperti perasaan tidak nyaman yang aku rasakan, pelay
"Apa? Memangnya aku kenapa?” tanyaku bingung.Karena mata Raja Edgar terfokus pada satu tempat, aku pun menoleh untuk mencari sumber perhatian Raja Edgar serta hal yang menyebabkan ia salah paham.“Apa?! Bukan itu Yang Mulia! Aku tidak bermaksud menyeret Yang Mulia ke gedung itu, tetapi ke toko kecil di depannya!” seruku panik untuk memberikan penjelasan.Ternyata, Raja Edgar salah paham bahwa aku ingin mengajaknya masuk ke salah satu Bar yang menyajikan minuman beralkohol. Pantas saja Raja Edgar jadi panik. Ia pasti mengira bahwa hal itu mungkin adalah hal yang wajar untuk dilakukan di duniaku. Padahal, di duniaku juga aku tidak pernah melangkahkan kaki untuk masuk ke tempat berbahaya seperti itu.Tempat sebenarnya yang ingin aku tuju adalah toko kecil yang menjual topeng karakter hewan, yang letaknya tepat di depan gedung besar yang merupakan sebuah bar.“Tempat itu bersembunyi dengan baik,” batinku.Melihat b
“Apakah tidak terlalu berlebihan untuk naik perahu?” tanyaku sambil menatap sebuah perahu kayu yang sudah siap sedia di tepi danau itu. Dari pernak pernik mewah yang tidak sesuai dengan perahu kayu itu, aku sudah bisa menduga bahwa ini adalah bagian dari persiapan yang dibuat oleh Raja Edgar.“Kenapa? Apakah tidak biasa jika naik perahu di kencan pertama? Bagaimana kamu biasanya melakukannya di dunia lama kamu?” tanya Raja Edgar.Tubuhku tersentak. Dibalik kekhawatiran Raja Edgar yang menjadi khawatir jika tidak membuatku puas, aku malah memberi protes padahal tidak punya solusi lain. Pertanyaan Raja Edgar ketika mengungkit dunia lamaku membuat aku mengenang kembali ketika aku masih berpacaran dengan Ryan. Semuanya jauh lebih parah dari sini. Kami tidak pernah jalan-jalan di waktu khusus, tidak pernah keluar malam, tidak pernah pergi ke bioskop atau makan berdua. Kami biasanya menghabiskan waktu kami dengan belajar bersama di perpustakaan dan ja
Setelah Raja Edgar memberanikan diri untuk menanyakan masa laluku, ia malah tampak semakin gelisah. Aku menebak bahwa pertanyaan itu sudah lama bergumul di isi pikirannya. Kekhawatiran yang terlihat jelas dari ekspresi dan gelagat Raja Edgar menunjukkan bahwa ia pasti sudah memiliki sedikit gambaran tentang hubunganku dengan Ryan.“Jawaban seperti apa yang ingin Yang Mulia dengar?” tanyaku. Dari jawaban Raja Edgar, aku akan mempertimbangkan sampai mana batasan aku akan berbicara. Ada banyak yang terkait jika kami akan membicarakan Ryan, dan itu termasuk bagaimana Ryan akhirnya beralih kepada Rissa.“Kamu bilang kalau kita harusnya mulai saling mengenal, bukan? Jadi aku mau mendengar semuanya ... secara rinci dan jelas,” balas RajaSepertinya ini adalah saat aku berbicara yang sesungguhnya. Aku tidak boleh membatasi informasi di dunia asalku dan menganggap bahwa dunia ini serta orang-orang di dalamnya adalah karakter fantasi, karena aku se