Share

6. KEPERGOK

Reyhan baru saja mendatangi Jodie di kampusnya. Reyhan hanya ingin tahu siapa sebenarnya laki-laki yang bernama Max. Dan ada hubungan apa antara laki-laki itu dengan Luwi?

Jodie pun menjelaskan semuanya pada Reyhan, tentang Max.

Dan hal itu membuat Reyhan semakin mencemaskan kondisi Luwi.

"Berapa utang Luwi pada Max?" tanya Reyhan.

"Lima ribu pound sterling," jawab Jodie, cuek. Matanya kembali menatap sosok laki-laki dikejauhan yang sepertinya tengah berjalan ke arahnya.

Reyhan cukup terkejut mendengar nominal itu. Kalau dirupiahkan mungkin sekitar seratus juta. Lalu, dia teringat dengan kata-kata Hardin di bandara saat mengantarnya beberapa bulan yang lalu.

"Kalau lo butuh sesuatu, langsung kontak gue. Jangan sungkan, gue pasti bantu,"

Akhirnya Reyhan menemukan jawaban atas kesulitan adiknya sekarang.

"Hai Jod?" sapa sebuah suara dari arah belakang Reyhan. Diapun menoleh, mendapati seorang laki-laki bertubuh atletis sedang tersenyum ke arah wanita yang duduk dihadapannya.

Jodie menyambut sapaan itu dengan senyum lebar, seperti orang yang baru mendapat sebuah surprise.

"Kevin? Kapan kamu sampai?" pekik Jodie seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia berdiri dan menghambur ke arah laki-laki bernama Kevin itu.

Dan mereka berciuman bibir. Dihadapan Reyhan.

Reyhan melengos. Menarik nafas dan menghembuskannya dengan cepat. Dia sadar sedang berada di mana sekarang. Di sebuah negara besar eropa yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan negaranya. Di mana sebuah ciuman bibir itu adalah hal yang lumrah dan biasa dilakukan dihadapan banyak orang.

Hingga akhirnya Reyhan sadar diri untuk segera menyingkir dari tempat itu.

****

Tubuh Jodie terhempas di atas sofa. Dan sebuah tubuh kekar hampir menindih tubuhnya yang kini hanya berbalut pakaian dalam.

Jodie melenguh tertahan saat sebuah bibir menyumpal mulutnya dan mulai memilin dan mengulum bibirnya dengan tempo yang cukup cepat. Tidak sampai disitu, tangan kekar laki-laki bernama Kevin itu mulai meraba bagian-bagian sensitif wanita itu.

Jodie sangat menikmatinya. Alunan musik romantis yang sengaja mereka hidupkan terdengar memenuhi seluruh ruangan. Menambah gairah yang tersemat di antara ke dua insan itu.

Bahkan tanpa mereka sadari seorang laki-laki kini tengah berdiri di belakang sofa yang mereka tempati. Laki-laki itu terlihat menenteng sesuatu di tangannya.

Laki-laki itu berdehem dan menghidupkan lampu di ruangan itu. Membuat Jodie dan Kevin tersentak.

Jodie langsung mengenakan pakaiannya. Sementara Kevin yang memang masih mengenakan celana panjang hanya perlu memakai kembali kemejanya. Kevin menatap marah pada Reyhan yang sudah menggagalkan aksinya malam ini.

Dia pergi dari sana bahkan tanpa berkata-kata. Hanya sebuah acungan jari tengahnya yang berbicara pada Reyhan. Dan Reyhan jelas tidak menghiraukannya.

"Lo itu punya sopan santun sedikit nggak sih? Masuk rumah orang tanpa permisi dan tanpa memencet bel, lo pikir ini rumah nenek moyang lo? Hah?" Jodie jadi naik pitam, belum lagi rasa malunya pada Reyhan yang jelas melihat tubuh indahnya yang hanya berbalut pakaian dalam tadi. Pasti laki-laki ini memang sengaja ingin melihat dengan jelas tubuhnya itu, makanya dia langsung menyalakan lampu! Pikir Jodie. Kesal.

Reyhan menaruh barang bawaannya di atas meja. Tepat di samping Jodie. Sepertinya dia tidak perlu menjawab pertanyaan itu, sebab yang dia tahu pintu itu sudah dalam keadaan terbuka tadi, itulah sebabnya dia langsung masuk ke dalam.

Reyhan mendekat ke arah Jodie. Tatapannya lurus menatap wajah Jodie. Membuat tubuh Jodie seketika meremang hebat. Kenapa rasanya begitu aneh? Jodie belum pernah merasakan hal sedahsyat ini saat berada berdekatan dengan seorang laki-laki yang bahkan belum menyentuhnya. Hanya saja aroma tubuh laki-laki itu kini masuk memenuhi rongga hidungnya. Membuatnya terbuai. Karena saking dekatnya jarak di antara mereka.

"Harusnya gue yang tanya sama lo, apa lo sadar sama yang udah lo lakuin tadi? Di rumah lo ini ada seorang anak kecil. Dan nggak sepantasnya lo ngelakuin hal itu di ruangan terbuka seperti ini! Lo itu punya etika nggak sih?" kalimat Reyhan terdengar sinis.

"Gibran udah tidur kok!" jawab Jodie. Dia terpojok sekaligus tersinggung.

"Besok gue bawa Gibran sama Luwi untuk tinggal di Flat gue. Dan ini, gue titip makanan untuk Luwi dan Gibran. Permisi," ucap Reyhan masih dengan nada bicaranya yang sinis. Dia jelas tidak suka melihat orang-orang yang bisa dengan mudahnya mengobral nafsu yang mengatas namakan cinta. Sebab satu hal yang Reyhan tahu tentang cinta, bahwa cinta itu suci. Perasaan yang paling indah yang dititipkan oleh sang pencipta di setiap hati manusia.

Reyhan pergi dari tempat itu, meninggalkan Jodie yang termangu, menyesali perbuatannya.

Kalimat Reyhan seolah menohok hatinya. Membuatnya merasa jijik pada dirinya sendiri.

Hingga setelahnya Jodie menangis dalam diam.

Reyhan, laki-laki itu, satu-satunya laki-laki yang bahkan tidak tergiur dengan tubuh indahnya.

Tuhan... Laki-laki seperti apa sebenarnya dia itu?

Bisik Jodie membatin.

*****

Hayo siapa yang masih penasaran sama kelanjutannya?

Vote dan komentnya jangan lupa.

Salam herofah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status