Reyhan baru saja mendatangi Jodie di kampusnya. Reyhan hanya ingin tahu siapa sebenarnya laki-laki yang bernama Max. Dan ada hubungan apa antara laki-laki itu dengan Luwi?
Jodie pun menjelaskan semuanya pada Reyhan, tentang Max.
Dan hal itu membuat Reyhan semakin mencemaskan kondisi Luwi.
"Berapa utang Luwi pada Max?" tanya Reyhan.
"Lima ribu pound sterling," jawab Jodie, cuek. Matanya kembali menatap sosok laki-laki dikejauhan yang sepertinya tengah berjalan ke arahnya.
Reyhan cukup terkejut mendengar nominal itu. Kalau dirupiahkan mungkin sekitar seratus juta. Lalu, dia teringat dengan kata-kata Hardin di bandara saat mengantarnya beberapa bulan yang lalu.
"Kalau lo butuh sesuatu, langsung kontak gue. Jangan sungkan, gue pasti bantu,"
Akhirnya Reyhan menemukan jawaban atas kesulitan adiknya sekarang.
"Hai Jod?" sapa sebuah suara dari arah belakang Reyhan. Diapun menoleh, mendapati seorang laki-laki bertubuh atletis sedang tersenyum ke arah wanita yang duduk dihadapannya.
Jodie menyambut sapaan itu dengan senyum lebar, seperti orang yang baru mendapat sebuah surprise.
"Kevin? Kapan kamu sampai?" pekik Jodie seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia berdiri dan menghambur ke arah laki-laki bernama Kevin itu.
Dan mereka berciuman bibir. Dihadapan Reyhan.
Reyhan melengos. Menarik nafas dan menghembuskannya dengan cepat. Dia sadar sedang berada di mana sekarang. Di sebuah negara besar eropa yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan negaranya. Di mana sebuah ciuman bibir itu adalah hal yang lumrah dan biasa dilakukan dihadapan banyak orang.
Hingga akhirnya Reyhan sadar diri untuk segera menyingkir dari tempat itu.
****
Tubuh Jodie terhempas di atas sofa. Dan sebuah tubuh kekar hampir menindih tubuhnya yang kini hanya berbalut pakaian dalam.
Jodie melenguh tertahan saat sebuah bibir menyumpal mulutnya dan mulai memilin dan mengulum bibirnya dengan tempo yang cukup cepat. Tidak sampai disitu, tangan kekar laki-laki bernama Kevin itu mulai meraba bagian-bagian sensitif wanita itu.
Jodie sangat menikmatinya. Alunan musik romantis yang sengaja mereka hidupkan terdengar memenuhi seluruh ruangan. Menambah gairah yang tersemat di antara ke dua insan itu.
Bahkan tanpa mereka sadari seorang laki-laki kini tengah berdiri di belakang sofa yang mereka tempati. Laki-laki itu terlihat menenteng sesuatu di tangannya.
Laki-laki itu berdehem dan menghidupkan lampu di ruangan itu. Membuat Jodie dan Kevin tersentak.
Jodie langsung mengenakan pakaiannya. Sementara Kevin yang memang masih mengenakan celana panjang hanya perlu memakai kembali kemejanya. Kevin menatap marah pada Reyhan yang sudah menggagalkan aksinya malam ini.
Dia pergi dari sana bahkan tanpa berkata-kata. Hanya sebuah acungan jari tengahnya yang berbicara pada Reyhan. Dan Reyhan jelas tidak menghiraukannya.
"Lo itu punya sopan santun sedikit nggak sih? Masuk rumah orang tanpa permisi dan tanpa memencet bel, lo pikir ini rumah nenek moyang lo? Hah?" Jodie jadi naik pitam, belum lagi rasa malunya pada Reyhan yang jelas melihat tubuh indahnya yang hanya berbalut pakaian dalam tadi. Pasti laki-laki ini memang sengaja ingin melihat dengan jelas tubuhnya itu, makanya dia langsung menyalakan lampu! Pikir Jodie. Kesal.
Reyhan menaruh barang bawaannya di atas meja. Tepat di samping Jodie. Sepertinya dia tidak perlu menjawab pertanyaan itu, sebab yang dia tahu pintu itu sudah dalam keadaan terbuka tadi, itulah sebabnya dia langsung masuk ke dalam.
Reyhan mendekat ke arah Jodie. Tatapannya lurus menatap wajah Jodie. Membuat tubuh Jodie seketika meremang hebat. Kenapa rasanya begitu aneh? Jodie belum pernah merasakan hal sedahsyat ini saat berada berdekatan dengan seorang laki-laki yang bahkan belum menyentuhnya. Hanya saja aroma tubuh laki-laki itu kini masuk memenuhi rongga hidungnya. Membuatnya terbuai. Karena saking dekatnya jarak di antara mereka.
"Harusnya gue yang tanya sama lo, apa lo sadar sama yang udah lo lakuin tadi? Di rumah lo ini ada seorang anak kecil. Dan nggak sepantasnya lo ngelakuin hal itu di ruangan terbuka seperti ini! Lo itu punya etika nggak sih?" kalimat Reyhan terdengar sinis.
"Gibran udah tidur kok!" jawab Jodie. Dia terpojok sekaligus tersinggung.
"Besok gue bawa Gibran sama Luwi untuk tinggal di Flat gue. Dan ini, gue titip makanan untuk Luwi dan Gibran. Permisi," ucap Reyhan masih dengan nada bicaranya yang sinis. Dia jelas tidak suka melihat orang-orang yang bisa dengan mudahnya mengobral nafsu yang mengatas namakan cinta. Sebab satu hal yang Reyhan tahu tentang cinta, bahwa cinta itu suci. Perasaan yang paling indah yang dititipkan oleh sang pencipta di setiap hati manusia.
Reyhan pergi dari tempat itu, meninggalkan Jodie yang termangu, menyesali perbuatannya.
Kalimat Reyhan seolah menohok hatinya. Membuatnya merasa jijik pada dirinya sendiri.
Hingga setelahnya Jodie menangis dalam diam.
Reyhan, laki-laki itu, satu-satunya laki-laki yang bahkan tidak tergiur dengan tubuh indahnya.
Tuhan... Laki-laki seperti apa sebenarnya dia itu?
Bisik Jodie membatin.
*****
Hayo siapa yang masih penasaran sama kelanjutannya?
Vote dan komentnya jangan lupa.
Salam herofah.
"Hardin pelan-pelan masukinnya! Kalau kamu kasar begitu tidak akan masuk-masuk jadinya,"Iya sabar, lubangnya kecil sekali,""Ayo cepat, nanti Yumna keburu bangun,""Sabar Trina! kamu sih enak main perintah-perintah, aku yang usaha dari tadi,""Makanya itu kacamatanya di pakai, biar kelihatan,"Hardin mengambil kacamata minusnya dan mulai berkutat kembali dengan kegiatannya."Nahkan masuk juga," ucap Hardin lega. Dia memberikan benang dan jarum yang sudah dia tautkan kepada Katrina.Katrina lan
London, Inggris.Sebuah Restoran yang letaknya di Shaftesbury Avenue London itu terlihat ramai malam ini.Letaknya yang sangat strategis yang berada di pinggir jalan raya membuat resto ini di lalui banyak kendaraan dan banyak orang yang berlalu lalang berjalan kaki di sekitarnya. Mungkin hampir ribuan orang setiap harinya yang melewati kawasan tersebut.Menu yang di hidangkan antara lain mie goreng, satay, soto lamongan, kue dadar dan banyak lagi. Di buat dengan bumbu- bumbu asli indonesia tentunya.Semua staffnya memakai baju batik, termasuk supervisornya. Saat pengunjung sedang menyantap makanan, supervisor atau managernya pasti akan datang menghampiri para pengunjung dan menanyakan review tentang makanan yang di sajikan. Apakah makanannya semuanya ok atau tidak. Seperti halnya di restoran-restoran bagus biasanya.Dan hal itu yang kini tengah di lakukan oleh Mr.William s
London, Inggris.Reyhan berlari tunggang langgang menuju restoran tempat Luwi bekerja. Dia tadi keasyikan bermain dengan Gibran di Flat sampai tidak menyadari kalau Luwi telah menghubunginya sejak tadi.Dia sangat cemas.Karena Luwi mengatakan dalam sebuah pesan singkat yang dikirimnya pada Reyhan beberapa jam tadi, wanita itu bilang, Max kini sedang ada di restorannya dan dia sudah booking restoran itu untuk satu malam. Max mau mengajaknya dinner malam ini. Tapi perasaan Luwi tidak enak. Jadilah dia meminta Reyhan untuk datang ke resto menjemputnya. Dan sialnya Reyhan baru saja membaca pesan itu. Bodoh! Rutuk Reyhan dalam hati, memaki diri sendiri.Hingga akhirnya Reyhan berlari melewati sebuah taman kota di London. Dan matanya tersita pada sesosok tubuh wanita yang sedang berjongkok di tengah taman itu. Kebetulan kondisi taman sedang sepi. Jadi, bola mata Reyhan bisa menangkap dengan jel
Sesampainya di Flat milik Reyhan, Reyhan langsung menyuruh Luwi untuk segera berkemas.Rencananya Reyhan akan langsung membawa Luwi dan Gibran pulang ke Indonesia malam ini juga.Mereka tidak mau ambil resiko lebih jauh lagi. Sebelum Max berhasil menemukan mereka, mereka harus bertindak cepat.Jadilah Luwi menuruti perintah sang Kakak. Mereka berkemas-kemas malam itu."Bangunkan Gibran. Biar aku saja yang bereskan pakaianmu, kamu siapkan keperluan Gibran." ucap Reyhan pada Luwi.Saat sedang mengemas pakaian Gibran, Luwi sempat berpikir sesuatu dan dia langsung menghentikan aktifitasnya sejenak."Tapi, Kak, akukan tidak memiliki KTP, paspor dan Visa, bagaimana aku bisa kembali le Indonesia tanpa itu semua? Sedang aku bisa melamar pekerjaan itupun karena memakai jasa orang dalam. Semua surat-surat berhargaku hilang semua,""Tenang saja. Masalah itu aku sudah
"Kita mau kemana?" tanya Jodie heran. Matanya tak lepas memandang sesosok tubuh laki-laki jangkung dengan sayap indah berwarna putih yang menyatu dengan punggungnya. Seperti seorang malaikat. Meski Jodie sendiri tidak tahu pasti bagaimana wujud asli dari malaikat itu sendiri. Tapi yang jelas Jodie yakin laki-laki ini bukan laki-laki biasa.Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan Jodie, dia hanya tersenyum dengan senyuman yang sangat manis, membuat Jodie terpana. Lalu Jodie merasa tangannya di genggam oleh laki-laki itu, dengan genggaman yang sangat kuat. Lagi-lagi dia mengajak Jodie terbang. Tinggi sekali. Melintasi angkasa, menembus cakrawala, menuju langit ke tujuh. Hingga setelahnya Jodie menemukan dirinya mengawang, bebas di hamparan jagat raya. Bentangannya luas tak terhingga. Bagaikan fatamorgana. Tubuh Jodie melayang di udara. Semuanya terasa ringan. Tak ada kesulitan. Seperti terbebas dari segala beban. Hingga tubuh mereka kembali berdekatan. Laki-
Karpet merah tergelar sepanjang pintu masuk gedung. Disisi kanan dan kirinya berdiri tiang-tiang sebatas pinggang yang saling terhubung satu sama lain. Terhias bunga-bunga cantik berwarna-warni. Serta kain-kain sutra yang menutupinya.Pelataran parkir gedung terlihat ramai malam itu, dipenuhi mobil-mobil mewah para tamu undangan.Di bagian depan gedung terlihat banyak sekali wartawan-wartawan infotainment yang berlalu lalang. Bahkan ada beberapa yang tengah melakukan wawancara dengan beberapa tamu dari kalangan aktris dan aktor terkenal yang datang malam itu.Pernikahan merupakan momen yang spesial bagi setiap pasangan, terlebih bagi para aktris maupun orang-orang terpandang di Indonesia. Untuk memeriahkan hari bahagianya itu, mereka sengajamenggelar pernikahan dengan konsep yang tidak biasa. Hingga berhasil membuat siapapun yang menyaksikannya akan tersenyum takjub.Namun berbeda halnya dengan yang
Setelah menempuh waktu selama kurang lebih 18 jam perjalanan London-Jakarta-Bandung. Akhirnya mereka bertiga sampai juga di Kontrakan Reyhan di Cicadas, Bandung.Kontrakan itu terlihat berdebu karena sudah ditinggal penghuninya selama hampir tiga bulan lamanya.Luwi dan Gibran menghempaskan tubuhnya di atas karpet lantai yang baru saja di gelar oleh Reyhan. Sepertinya mereka sangat kelelahan karena sudah lama tidak pernah melalukan perjalanan jauh.Luwi meringis memegangi punggungnya. Dia meraba bagian punggung kirinya dan berjalan ke arah lemari kaca di kamar Reyhan. Dia menurunkan bajunya cukup kebawah, hampir memperlihatkan sebagian bra-nya. Luwi hanya ingin melihat melalui kaca apa luka di punggungnya ini serius atau tidak, sebab sakitnya semakin lama semakin menjadi.Reyhan kaget saat dilihatnya punggung Luwi terdapat luka memar yang cukup besar."Astaga, Luwi? Punggungmu kenapa?" tan
Sore harinya, sepulang dari lapas cipinang dan mampir sebentar di restoran cepat saji untuk makan siang. Reyhan langsung melajukan Grand Livinanya menuju Raffles hills, di kawasan Cibubur.Sudah satu bulan terakhir Hardin dan Katrina pindah ke Rafless, ke rumah orang tua Hardin. Sejak beberapa teror yang diterima Katrina di apartemen. Hal itu membuat Hardin sangat khawatir. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke Raffles. Dan sejak tinggal di sana, sampai saat ini Hardin belum kembali bercerita kepada Reyhan mengenai teror yang di alami Katrina. Dan hal itu membuat hati Reyhan lega. Mudah-mudahan saja di sana Katrina bisa lebih tenang dan aman.Bagaimanapun Katrina terlahir di sana, jadi para tetangga lama jelas sudah mengenalnya dengan baik. Katrina tidak akan merasa kesepian bila ditinggal bekerja oleh Hardin.Reyhan sudah memencet bel berkali-kali. Tapi tidak nampak adanya tanda-tanda kehidupan di dalam rumah bes