Share

9. SENYUM PALSU LUWI

London, Inggris.

Reyhan berlari tunggang langgang menuju restoran tempat Luwi bekerja. Dia tadi keasyikan bermain dengan Gibran di Flat sampai tidak menyadari kalau Luwi telah menghubunginya sejak tadi.

Dia sangat cemas.

Karena Luwi mengatakan dalam sebuah pesan singkat yang dikirimnya pada Reyhan beberapa jam tadi, wanita itu bilang, Max kini sedang ada di restorannya dan dia sudah booking restoran itu untuk satu malam. Max mau mengajaknya dinner malam ini. Tapi perasaan Luwi tidak enak. Jadilah dia meminta Reyhan untuk datang ke resto menjemputnya. Dan sialnya Reyhan baru saja membaca pesan itu. Bodoh! Rutuk Reyhan dalam hati, memaki diri sendiri.

Hingga akhirnya Reyhan berlari melewati sebuah taman kota di London. Dan matanya tersita pada sesosok tubuh wanita yang sedang berjongkok di tengah taman itu. Kebetulan kondisi taman sedang sepi. Jadi, bola mata Reyhan bisa menangkap dengan jelas keberadaan wanita itu. Dan sepertinya dia mengenal sosok yang tengah berjongkok dengan wajah tertunduk di sana itu.

Sepertinya dia Luwi.

Reyhan pun berjalan perlahan mendekati sosok itu. Sambil terus memperhatikan dengan seksama. Reyhan takut salah orang. Hingga akhirnya, sebuah gelang tali yang dipakai oleh wanita itu menjawab semuanya. Ya, wanita dihadapannya sekarang memang benar Luwi, adiknya.

Mata Reyhan terus memperhatikan sosok Luwi.

Tubuh ringkih itu terlihat menggigil. Hingga merekatkan dekapan tangannya pada kedua lututnya. Dan sepertinya dia sedang menangis karena bahunya terlihat sedikit bergetar.

Malam itu salju turun. Jelas hal itu membuatnya semakin kedinginan.

Reyhan berjalan semakin mendekat. Dia membuka payung yang dia bawa. Sebab saat dia keluar rumah, salju terlihat sangat tebal. Maka itu dia langsung mengambil payung di dalam rumahnya dan berlari menuju restoran.

Kali ini Reyhan kembali dikejutkan ketika Luwi mulai mengangkat wajahnya. Wajah itu terlihat lebam dan terdapat bercak darah dibagian hidungnya. Ke dua mata Reyhan terbelalak tak percaya. Dia menelan salivanya sendiri.

Sama halnya dengan Luwi, yang sempat kaget mendapati Reyhan yang kini sudah berdiri mematung dihadapannya. Luwipun mendongakkan kepalanya menatap Reyhan.

Reyhan memayungi tubuh Luwi. Lalu mengulurkan tangannya. Mengajak Luwi untuk bangkit.

Meski Reyhan tidak berkata apapun, tapi sesungguhnya hati itu menangis. Dia menyesal karena datang terlambat. Dan lebih menyesal lagi setelah melihat kondisi Luwi sekarang.

Luwi menyeka air matanya sebelum dia menyambut uluran tangan sang Kakak. Darah dari lubang hidungnya kembali mengalir. Dan hal itu nyaris membuat air mata Reyhan menetes. Meski berhasil dia tahan.

Reyhan mengambil sapu tangan di saku jaket panjangnya. Dan mengelap darah di hidung Luwi. Membuat Luwi tersentak hingga memundurkan wajahnya.

"Hidungmu berdarah. Biar aku bersihkan," ucap Reyhan pelan.

Luwi tersenyum. "Tak apa, Kak. Nanti juga berhenti sendiri. Ayo kita pulang," Luwi berusaha menahan sakit di sekujur tubuhnya dan mulai melangkah pergi. Dia tidak ingin Reyhan menjadi lebih khawatir.

Reyhan berjalan mengikuti langkah Luwi dibelakang. Tatapannya tak sama sekali beralih dari punggung Luwi. Wanita itu terus berjalan pelan sambil menundukkan kepalanya.

Duniamu seperti ambigu bagiku, Luwi. Duniamu penuh dengan senyum palsu. Tapi jiwamu setegar karang di lautan. Yang tak sama sekali goyah diterpa ombak. Dan perlu kamu ketahui, justru hal itu yang perlu di waspadai. Karang itu boleh terlihat kokoh bahkan ketika badai datang dia tetap berdiri di tempat semula. Tapi lihatlah, lambat laun, sedikit demi sedikit, karang itu akan terkikis. Menghadirkan lubang-lubang kecil pada bagian-bagian tertentu yang terasa lebih rapuh. Hingga pada akhirnya, karang itu akan kalah juga. Dan seperti itulah dirimu sekarang. Seberapa kuatpun kamu berusaha menutupi penderitaanmu dariku, aku akan tetap melihatnya. Terlebih aku mampu merasakannya.

Aku berjanji padamu Luwi, aku juga berjanji pada diriku sendiri, terlebih kepada Gibran. Aku akan mengembalikan senyuman nyata di wajahmu. Aku akan mengembalikan apa-apa yang seharusnya menjadi hak kalian. Akan aku temukan laki-laki itu, laki-laki yang sudah menghamilimu. Aku akan membuat dia menyesali perbuatannya karena sudah menyia-nyiakan dirimu dan Gibran. Dia harus bertanggung jawab atas semua kemalangan yang terjadi menimpa dirimu dan Gibran selama ini. Laki-laki itu harus bertanggung jawab!

Reyhan berbicara sendiri di dalam hatinya. Dia terlampau sedih melihat keadaan sang adik yang bahkan masih berusaha bersikap seolah dirinya baik-baik saja. Padahal justru sebaliknya.

Dan tiba-tiba langkah Luwi terhenti. Luwi yang sedari tadi diam karena dia masih terus mencoba menahan sakit pada bagian punggung kirinya. Hingga membuatnya melupakan sejenak kejadian yang baru saja menimpanya, ralat, kejadian yang baru saja dia lakukan lebih tepatnya. Sepertinya Luwi sudah melupakan hal itu. Hingga akhirnya dia berhambur ke arah Reyhan dengan ekspresi yang sangat panik.

"Kak, kita harus cepat-cepat pergi dari sini sekarang. Tadi, saat Max hendak memperkosaku, aku memukul kepalanya dengan botol minuman sampai kepalanya berdarah. Sekarang dia pasti akan mencariku. Dia pasti akan membunuhku, Kak. Bawa aku pergi dari sini, Kak. Aku mohon,"

Reyhan sempat diam untuk sesaat. Otaknya berusaha mencerna kalimat yang baru saja dikatakan Luwi.

"Baiklah, kalau begitu, kamu ikut aku sekarang!" ucap Reyhan kemudian.

Reyhan menggamit lengan Luwi dan mereka berlari menerjang badai salju malam itu. Dengan perasaan yang kian berkecamuk.

*****

Kasian ga sih sama Luwi?

Kuy di vote dan koment aja dulu...

Salam herofah...

Komen (3)
goodnovel comment avatar
yenyen
kasian lah
goodnovel comment avatar
Intan Fadiyah Rahayu
hik hik ku menangis thor
goodnovel comment avatar
black love
bikin luwi nanti jadi orang sukses dong thor ...wlopun tanpa bantuan hardin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status