Share

Perhatian kecil Pak Aby

Witing tresno jalaran Soko kulino

Cinta tumbuh karena sering bersama

Aku harus segera pergi ke tempat itu batin Lita. Setelah memastikan semua teman-teman sekelasnya sudah pulang, Lita langsung pergi menuju ke ruangan kebanggaan wali kelasnya itu.

Tok tok tok

"Permisi Pak," Lita mengetuk pintu ruangan Pak Aby lalu membukanya sedikit sebelum masuk, terlihat dengan jelas wajah laki-laki yang beberapa jam ini membuatnya semakin penasaran.

"Ya masuk saja, pintunya tidak dikunci," sahut Pak Aby yang masih sibuk mengkoreksi beberapa tugas anak didiknya.

10 menit berlalu Lita hanya berdiri didepan meja wali kelasnya itu.

'Huufft, apa-apaan ini, nggak disuruh apa gitu katanya disuruh bantuin' batin Lita.

Tidak ada ucapan yang keluar dari mulut Pak Aby. Lita hanya mendengus sebal karena dirinya cuman dianggap patung di ruangan itu.

"Eeheem..." Lita sedikit berdehem untuk mengalihkan pandangan Pak Aby, sementara wajahnya dibuat selucu mungkin seperti bakpao.

"Ah iya maaf, kamu ambil bangku didepan rak buku itu bawa ke depan meja saya." Pak Aby langsung memberi perintah pada Lita tanpa melihat wajah Lita yang menggembung itu, kemudian sedikit melirik wajah gadis kecilnya yang sudah pergi beberapa langkah, dalam hatinya dia terkekeh melihat tingkah Lita.

"Dan ini, sebagian sudah saya koreksi kamu selesaikan sisanya." Pak Aby menyodorkan beberapa lembar kertas pada Lita.

"Baik Pak," balas Lita, yang kemudian duduk di bangku yang sudah diambilnya.

'Kenapa aku jadi grogi dan deg-degan gini ya kalau berhadapan langsung dengan Pak Aby' batin Lita.

15 menit berlalu hanya ada suara denting jam, terasa sunyi diatara mereka berdua.

Thing!

Sebuah notif pesan masuk di ponsel Lita mengagetkan mereka berdua. Lita mengambil ponsel disaku roknya, setelah membaca pesan itu Lita meletakkan ponsel itu ditempatnya kembali. Sebenarnya Lita ingin membalas pesan dari Arka, hanya saja dia tidak enak dengan Pak Aby.

From Arka

[Setengah jam lagi aku jemput, aku sudah selesai pelajaran]

"Kenapa tidak dibalas, siapa tahu penting." Pak Aby penasaran dengan pesan yang didapat Lita.

"Tidak penting kok pak, mari kita selesaikan ini. Biar saya bisa cepat pulang Pak!"

Sementara Pak Aby hanya ber-oh ria mendengar jawaban Lita.

"Oh ya kamu sudah makan?"

"Belum Pak."

"Kebetulan sekali kalau begitu, saya bawa bekal lebih. Kita makan dulu sebelum menyelesaikan pekerjaan ini." Pak Aby mengeluarkan kotak makanan yang ukurannya lumayan besar, kemudian mengeluarkan sendok dan piring.

"Tidak Pak terimakasih, saya nanti makan di kantin saja," sahut Lita menolak ajakan Pak Aby, tapi ternyata perutnya tidak bisa diajak berkompromi.

Kruuuwuukk kruuuwuukk kruuuwuukk

"Perut kamu tidak bisa diajak bohong Tata, ayo makan dulu, nanti dilanjutkan lagi." Pak Aby hanya terkekeh melihat tingkah Lita, sementara Lita hanya mengangguk sebagai tanda setuju.

Pak Aby mulai membuka kotak bekal itu, didalamnya berisi nasi dan beberapa lauk pauk. Ada pepes ikan nila, sambal terasi, tempe tahu goreng serta lalapan daun kemangi dan mentimun, menu makan sederhana yang selalu memikat lidahnya itu.

Pun Lita yang tadinya menolak untuk makan, langsung menelan Saliva karena melihat menu kesukaannya itu.

'Bagaimana Pak Aby tahu menu kesukaanku, ah mungkin hanya kebetulan beliau membawa bekal dengan menu ini' gumam Lita dalam hatinya.

"Kenapa, apa kamu tidak suka dengan menu ini?" Pak Aby memandang Lita dengan serius, menatap lebih dalam bola mata kecoklatan yang dimiliki gadisnya kecilnya itu.

"Ah tidak Pak, saya suka kok. Mari kita makan!" seru Lita langsung mencomot tempe lalu memakannya sembari mengalihkan pandangnya kearah jendela agar tidak bertatapan langsung dengan wali kelasnya.

"Pak... Kenapa bapak panggil saya dengan nama itu?" Tanya Lita tiba-tiba yang semakin penasaran dengan wali kelasnya yang tampan tersebut.

"Nggak apa-apa, saya kangen saja."

"Kangen? Maksud bapak apa?"

'Ah kenapa Pak Aby aneh sekali ya, apa benar yang dikatakan ibu kalau Pak Aby ini teman mainku waktu kecil?' Batin Lita yang masih diikuti rasa penasaran dan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berkeliling dipikirannya mengenai Pak Aby.

"Ah tidak, lupakan tentang tadi. Sudah lanjutkan makannya, tidak baik makan sambil berbicara."

Lita hanya mengangguk, lantas melanjutkan makannya. Suasana hening kembali yang terdengar hanya suara denting sendok dan piring yang beradu.

"Pak Aby boleh saya bertanya?" Suara Lita memecah keheningan.

"Ya tentu saja, kamu mau tanya apa?"

"Sejak kapan Pak Aby dekat dengan ibu saya?" tanya Lita yang berharap Pak Aby memberikan jawaban yang memuaskan.

"Sejak saya masih kecil."

"Oh ya, tapi kenapa Pak Aby tidak pernah terlihat disekitar ibu saya," balas Lita bertanya semakin intens lagi.

"Karena saya sejak SMP berada di asrama. Sudah lanjutkan makanya, supaya cepat selesai pekerjaannya," titah Pak Aby.

Lita hanya hanya ber-oh ria mendengar jawaban Pak Aby, pun dibenaknya masih penasaran dengan sosok laki-laki yang ada didepannya itu.

Mereka melanjutkan makan, setelah selesai baru melanjutkan mengoreksi tugas yang tadi sempat tertunda, dalam waktu singkat pekerjaan itu akhirnya selesai juga.

Lita meregang ototnya beberapa kali, tapi entah kenapa kepalanya tiba-tiba pening kembali. Lita yang sudah siap-siap berdiri merasakan tubuhnya hilang keseimbangan, untung saja Pak Aby dengan sigap menangkap tubuh ramping gadisnya itu. Seketika mata mereka beradu pandang kembali, Lita merasakan detak jantungnya seakan ingin melompat, berlari-lari.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Pak Aby yang nampak khawatir .

"Ah iya Pak, maaf. Kepala saya hanya sedikit pusing, sebaiknya saya pulang saja," ucap Lita.

"Ya sudah, mari saya antar," timpal Pak Aby.

"Tidak usah Pak, saya bisa pulang sendiri." Lita menolak tawaran Pak Aby. Tapi ternyata kepalanya semakin tidak bisa diajak kerja sama, dia hilang keseimbangan lagi hampir terjatuh seketika. Lagi-lagi Pak Aby menangkap tubuh gadis kecilnya itu.

"Sebaiknya kamu rebahan dulu, setelah reda kamu saya antar pulang."

"Tapi Pak-"

"Tidak ada kata tapi." Pak Aby langsung membopong tubuh Lita bak bridal style menuju sofa yang ada diruangnya.

"Pak turunkan saya Pak! Kalau ada yang melihat bagaimana?!" Pekik Lita sedikit kesal dan terkejut dengan tindakan gurunya tersebut

"Sudah saya turunkan, istirahatlah dulu. Nanti saya antar pulang, saya bereskan pekerjaan saya dulu." Pak Aby menurunkan tubuh Lita di sofa empuk berwarna merah marun, kemudian mengelus puncak kepala Lita dengan lemabut lalu melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya yang masih berantakan.

Lita termangu menatap punggung wali kelasnya dari belakang, dia berfikir bisa-bisanya Pak Aby melakukan hal seperti itu padanya. Sembari menunggu Pak Aby membereskan pekerjaannya Lita memilih untuk memejamkan matanya, berharap bisa menghilangkan rasa pening dikepalanya.

Tak butuh waktu lama Pak Aby membereskan meja kerjanya yang berantakan. Di usianya yang baru 23 tahun dia sudah menorehkan berbagai prestasi di bidang pendidikan bahkan dia sekarang sedang melanjutkan kuliah S2 nya disalah satu universitas di Yogyakarta, pun banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya, hanya saja dia terlalu sulit untuk mengantikan nama Jelaita dengan gadis lain dalam hatinya.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya Pak Aby menghampiri Lita yang masih tertidur dengan pulas, mengamati setiap pahatan wajah yang dibuat sedemikian rupa oleh Sang Pencipta pada gadis kecilnya itu, dari dulu dia tak pernah merasa bosan bila memandangi wajah cantik itu, walaupun Pak Aby lama tidak bertemunya dia selalu menyimpan foto kenangan mereka semasa kecil. Tidak ingin menganggu gadis kecilnya itu Pak Aby melangkah kearah jendela memandang kearah keluar, yang memperlihatkan lembayung senja mulai datang.

Lita merasakan dirinya sudah cukup lama tertidur, dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Samar-samar terlihat siluet cahaya kemerahan yang berasal dari celah jendela, serta bayang-bayang seseorang yang terperangkap dalam siluet itu. Beberapa detik kemudian Lita baru sadar kalau dia berada diruangan Pak Aby, Lita pun bangkit dari tidurnya.

"Pak Aby..." lirih Lita memanggil Pak Aby.

"Sudah bangun, sudah mendingan?" Pak Aby berbalik berjalan menghampiri Lita.

"Sudah Pak, ayo kita pulang! Saya takut ibu khawatir karena saya pulang sore lagi."

"Baik lah, mobil saya ada diparkiran." Pak Aby berjalan lebih dulu meninggalkan Lita, Lita pun mengekor wali kelasnya itu dari belakang.

Mereka sampai di parkiran, disana hanya ada beberapa mobil yang masih terparkir. Setelah menemukan mobil miliknya Pak Aby membukakan pintu depan untuk Lita, mereka duduk berdampingan. Pak Aby hanya fokus menyetir sementara Lita diam menikmati perjalanan.

~~~

Di rumah Lita. Arka nampak gelisah menunggu sahabatnya, sudah hampir 4 jam menunggu namun tak nampak sama sekali batang hidung gadis cantik itu bahkan pesan dan panggilannya pun tidak dijawab sama sekali. Bukan apa-apa Arka hanya ingin memastikan Lita tidak marah dan benci karena perlakuannya kemarin malam pada Lita.

"Bu, sepertinya Lita masih ada jam tambahan di sekolahan. Ini sudah terlalu lama, aku pulang saja ya Bu!" pamit Arka sambil berkeluh-kesah pada Hastina.

"Beneran nggak mau nungguin Lita?"

"Hem sepertinya tidak Bu, aku pulang ya bu.

Katakan pada Lita besok aku tunggu ditempat biasa di jam seperti biasa ya bu." Arka berpesan lalu berpamitan dan bersalaman pada Hastina dengan takzim.

"Baik lah Ar, hati-hati dijalan sayang".

Arka hanya mengangguk, sembari memakai helm lalu menyalakan motor maticnya. Baru keluar dari gerbang rumah Lita, dari kaca spion dia melihat mobil sport warna hitam masuk ke area rumah itu. Arka panasaran siapa yang bertamu ke rumah Lita mengunakan mobil mewah itu, Arka pun hanya berlalu menuju jalan pulang menepis rasa penasarannya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status