Share

Perhatian kecil Pak Aby 2

Hari ini Lita bangun lebih awal untuk mengecek semua perlengkapan yang akan dibawa untuk perkemahan. Kemarin sore sebelum sampai di rumah, dirinya meminta pada Pak Aby untuk mampir ke supermarket untuk membeli beberapa barang yang diperlukannya untuk berkemah.

Sebelum ke sekolah dia mengirim pesan pada Arka bahwa dirinya tidak bisa menemuinya dua hari ini karena akan berkemah. Lita meminta ayahnya untuk mengantarkan ke sekolah karena dia kerepotan membawa barang-barang miliknya, sekalian menghampiri Citra untuk berangkat bersama. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Lita dan Citra bersendau gurau bercanda tentang hal-hal konyol yang tidak penting pun Pramono hanya menjadi pendengar setia dari anak dan sahabatnya itu. Saat sampai disekolahan sudah ada 6 bis pariwisata yang akan membawa pembina Pramuka, dewan penengak dan murid-murid kelas X ke bumi perkemahan. Kelas Lita mendapat jatah bis no 5 sementara bis terakhir diisi oleh pembina dan para penegak. Tidak butuh waktu lama sampai di bumi perkemahan, hanya butuh waktu sekitar 2 jam'an saja.

Suasana di bumi perkemahan nampak hijau nan asri, banyak pohon-pohon Pinus tumbuh berjajar rapi menjulang ke langit biru. Setelah para peserta sampai di bumi perkemahan bus pariwisata meninggalkan mereka semua, di hari pertama itu perkemahan diisi dengan berbagai acara mulai dari membuat tenda, memasak bersama, out Bond, dan tentu saja malamnya diisi dengan acara api unggun lalu diakhiri dengan bernyanyi-nyanyi dan bermain game ala-ala anak Pramuka.

Di hari kedua perkemahan diisi dengan acara jelajah alam, para peserta kelas X sudah diberi sebuah peta oleh para dewan penegak sementara para pembina mengawasi kegiatan itu secara berkeliling. Rute yang dilalui hanya mengelilingi sekitar area bumi perkemahan itu, namun dalam perjalanan menuju garis finis mereka semua dibuat sedikit lama dengan rute yang berkelok-kelok dan disetiap pos pemberhentian mereka diberi tugas untuk mengerjakan beberapa tanya jawab soal kepramukaan. Menjelang sore acara perkemahan pun telah selesai sementara bis-bis yang kemarin mengantar mereka semua sudah berada disana untuk menjemput mereka kembali.

Lita masih mengemasi semua barang-barang miliknya yang dibantu oleh Citra, karena kejadian tadi pagi saat menjelajah alam kakinya terkilir sehingga membuat dirinya sedikit kesulitan untuk melakukan aktifitas, sementara Citra sendiri sudah berkemas sejak tadi sehingga dia bisa membantu Lita.

"Lit, loe yakin nggak mau bareng gue pulangnya?" tawar Citra pada Lita namun hanya dibalas gelengan oleh Lita.

"Enggak cit, gue minta dijemput saja nanti."

"Beneran nggak mau? Ntar biar sekalian dianter sama kak Rendra Lit. Loe kan suka sama tetangga gue itu kan?" Citra membuka tawaran lagi buat Lita, karena dirinya akan pulang bersama Rendra

"Ssstt, apa'an sih loe. Gue cuman kagum plus penasaran doang kok, lagian gue nggak suka apalagi cinta sama dia."

"Di hati gue cuman ada Arka cit," sambung Lita lagi sembari duduk untuk meluruskan kakinya karena terasa lebih sakit saat berdiri.

Hal itu tidak sengaja didengar oleh Pak Aby dari luar tenda. Niat Pak Aby ingin melihat keadaan gadis kecilnya itu, namun ia urungkan karena mendengar percakapan antara Lita dan Citra. Bukan apa-apa Pak Aby hanya merasa moodnya sedikit rusak, dirinya pun memilih kembali ke tempat berkumpulnya para pembina.

"Iya-iya gue tahu, loe suka banget sama Arka!" Citra sedikit menekan kata-katanya pada bagian kata Arka sembari wajahnya sedikit melengos dari hadapan Lita.

Citra akui kalau dia juga menyukai Arka, bahkan sangat menyukai sahabat Lita itu. Citra sering mendekati Arka tanpa sepengetahuan Lita, bila Lita sedang sibuk dengan dunianya maka Citra akan mengantikan posisi Lita pada Arka, pun Arka menerima Citra masuk dalam kehidupannya begitu saja.

"Nah itu loe tau Cit," sahut Lita, dirinya merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. Namun perasaan itu ditepis jauh-jauh.

Acara berkemas pun selesai, beberapa peserta kemah sudah menaiki bis masing-masing sama seperti saat mereka berangkat. Lita masih tertatih-tatih berjalan menuju bis yang ditumpanginya, sementara Citra sudah naik duluan kedalam bis. Citra membiarkan sahabatnya itu berjalan sendirian untuk memberikan pelajaran padanya, Citra merasa cemburu terhadap Lita.

Sementara Pak Aby yang melihat Lita dari kejauhan merasa iba terhadap gadis kecilnya, rasanya dirinya ingin mengendong Lita lagi sama seperti kemarin lusa namun niat itu pun diurungkan olehnya. Lagi-lagi karena moodnya yang sudah rusak dari tadi ditambah dirinya tidak ingin diberitakan yang tidak-tidak oleh teman seperjuangannya kalau dirinya mendekati muridnya sendiri.

Lita sudah duduk di dalam bis, ia memilih duduk di bangku depan dekat dengan sang supir supaya bisa selonjoran karena kakinya terasa sakit saat ditekuk. Sementara Citra memilih diam membisu menikmati perjalanan pulang.

Bis-bis sudah sampai disekolahan lagi, banyak mobil-mobil jemputan yang sudah meunggu di sekitar depan gerbang sekolahan, namun Lita sama sekali tidak melihat mobil milik ayahnya. Satu persatu pembina, dewan penengak dan murid-murid kelas X menghampiri mobil jemputannya untuk pulang ke rumah.

Sementara Lita masih menunggu ayahnya, ia duduk di sebuah bangku yang berada di bawah pohon beringin di area depan gerbang sekolah.

"Mungkin ayah masih di jalan," batin Lita.

"Lit, ayo bareng kita aja." Citra berteriak dari dalam mobil berwarna silver milik keluarga Citra yang berhenti dihadapan Lita, di dalam mobil itu juga ada Rendra.

"Loe duluan aja cit, hati-hati ya di jalan," sahut Lita menolak tawaran Citra. Tetapi Citra hanya mengangguk saja, pun bersamaan dengan mobil yang melaju meninggalkan Lita sendirian.

Lita menghubungi nomor milik ayahnya beberapa kali, namun tidak ada jawaban sama sekali begitu pula dengan nomor sang ibu.

"Oh ya telfon Arka saja," batin Lita

Lita pun langsung memencet nomor milik sahabatnya itu.

Tut Tut Tut

Ternyata tidak dijawab, Lita mengulangi panggilan itu beberapa kali tapi ternyata sama saja hasilnya nihil. Lita pun terlihat pasrah dengan keadaannya itu.

"Huufft hampir petang, mana mau hujan lagi. Lebih baik aku naik bis." Lita bermonolog sendiri.

Namun hampir setengah jam menunggu bis umum, tidak ada satupun yang lewat karena suasana di area sekolahan pun sudah sepi. Lita hanya mendengus sebal, apalagi awan hitam di langit semakin berkumpul sebagai tanda hujan akan segera turun. Dan benar saja hujan itu mulai membasahi bumi, Lita menikmati setiap tetes hujan yang tak sengaja mengenai dirinya.

Tin tin tin...

Tin tin tin...

Bunyi klakson mobil sport warna hitam berulang kali terdengar oleh Lita yang masih santai duduk. Lita hafal betul dengan mobil yang berhenti di hadapannya itu, Lita enggan diantar pulang lagi oleh wali kelasnya. Dia merasa sangat merepotkan Pak Aby beberapa hari terakhir ini.

"Ayo naik!" seru Pak Aby berteriak dari dalam mobil.

"Tidak Pak, terimakasih. Saya nunggu bis saja," sahut Lita sedikit berteriak takut kalau suaranya kalah dengan rintik hujan.

Pak Aby yang tidak habis pikir dengan sikap Lita pun dirinya memilih untuk turun dari dalam mobil. Memakai sebuah payung ia menghampiri gadis kecilnya.

"Ayo, ini hampir malam Lit. Kamu nggak takut keluarga kamu khawatir dan saya tidak mau kamu sakit, saya..." ucapan Pak Aby sedikit menggantung pada akhir kalimatnya, tentu saja dirinya sangat khawatir melihat keadaan Lita seperti itu.

Lita pun tidak punya pilihan lain, karena hari hampir malam. Dengan keadaan yang sudah hampir basah kuyup Lita berjalan menuju ke mobil Pak Aby dengan tertatih-tatih sembari dipayungi oleh Aby dari belakang. Mobil pun dilajukan dengan kecepatan yang sedang-sedang saja.

Lagi-lagi Lita merasa dirinya selalu saja merepotkan wali kelasnya.

"Pak, em teri... terima..kasih ya. Ma..ma..maaf se...selalu me...merepotkan Pak... Pak Aby." Lita membuka obrolan saat mobil sudah mulai melaju, tapi dirinya begitu kedinginan sehingga berucap pun bibirnya nan mungil itu bergetar tak beraturan.

"Iya tidak apa-apa, saya senang membantu kamu."

"Apa kamu sangat kedinginan," sambung Pak Aby lagi.

Namun Lita hanya menggeleng saja. Tapi nyatanya Pak Aby tahu benar kalau Lita mengalami kedinginan. Laju mobil pun semakin Pak Aby percepat agar segera sampai di rumah Lita, namun ditengah perjalanan Lita mendadak bergetar hebat dirinya sudah tidak mampu lagi menahan rasa dingin yang masuk ke dalam tubuhnya.

"Lit, kamu kenapa? Badan kamu panas sekali." Pak Aby memegang dahi Lita dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain fokus mengemudi.

Lita yang semakin terlihat pucat pun tidak memberi jawaban sama sekali, dirinya sudah tidak tahan dengan keadaanya sendiri.

Akhirnya Pak Aby memilih membelokan mobilnya ke arah rumah sakit, membawa Lita untuk diperiksa tanpa meminta persetujuan dari Lita. Jarak rumah sakit dan rumah Lita tidaklah jauh, sehingga hanya dalam hitungan menit Pak Aby sudah sampai di tempat itu. Pak Aby langsung menurunkan Lita dari mobil, berjalan sambil memapah Lita masuk ke ruang IGD.

"Dokter, suster! tolong periksa pasien ini!" seru Pak Aby membaringkan Lita disalah satu brankar yang ada di ruangan itu. Sementara dokter yang berjaga langsung memeriksa Lita yang dibantu oleh dua orang suster.

"Sebaiknya bapak tunggu di ruang tunggu ya Pak," ucap seorang suster sambil mengantar Pak Aby menuju pintu keluar IGD.

Pak Aby pun menunggu Lita di depan ruang IGD, ia mencoba menghubungi kedua orang tua Lita namun tidak ada jawaban satu pun akhirnya Pak Aby mengirim pesan pada ayah Lita bahwa anaknya dirawat di rumah sakit dekat kediamannya.

Setelah cukup lama, dokterpun keluar dari ruang IGD yang diikuti oleh para suster sembari mendorong ranjang tempat Lita berbaring tadi menuju ke ruang rawat inap

"Gimana dok keadaannya?" tanya Pak Aby mengikuti dokter yang berjalan menuju ruang rawat Lita.

"Semuanya baik-baik saja Pak, untung anda segera membawa pasien kemari kalau tidak, mungkin bisa berakibat fatal pada kakinya. Kakinya sudah saya obati dan perban karena mengalami sedikit keretakan, bahkan ini seharusnya sudah ditangani dari kemarin. Dan untuk demamnya nanti akan berangsur turun, saya sudah memberi Paracetamol." Dokter menjelaskan panjang lebar saat mereka semua sudah ada didalam ruang rawat inap yang di tempati Lita.

"Baiklah dok, terimakasih banyak," ucap Pak Aby tak henti-hentinya memandangi wajah pucat Lita. Sementara Lita merasa tidak enak karena sudah sangat merepotkan Pak Aby.

"Saya permisi dulu, nanti kalo ada apa-apa segera panggil suster dan nanti juga akan ada suster yang mengontrol kondisi pasien," ujar sang dokter dan para suster berlalu meninggalkan ruang

"Baik dok," balas Pak Aby, sementara Lita hanya mengangguk saja.

"Pak, terimakasih banyak. Ohh ya orang tua saya...", Ucapan Lita menggantung begitu saja, ia tahu bahwa orang tuanya pasti sedang sibuk dengan restoran.

"Saya sudah mengirimkan pesan kepada mereka, karena saya telfon beberapa kali tapi tidak ada jawaban sama sekali," terang Pak Aby sembari duduk di kursi samping ranjang tempat Lita berbaring

"Emhh begitu ya Pak." Lita mengalihkan pandangan kearah jendela yang masih tertutup dengan gorden. Ada rasa kecewa dalam hatinya.

"Kamu sebaiknya istirahat dulu, saya carikan kamu makanan dulu." Pak Aby bangkit dari kursinya kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Lita seorang diri di dalam ruangan itu.

"Hidupku begini banget ya. Ohh ya ponselku kemana, ah iya masih di mobil Pak Aby," batin Lita saat Pak Aby sudah berada diambang pintu.

Sementara Pak Aby keluar mencari makanan, di sepanjang lorong rumah sakit dirinya merasa lega karena Lita sudah ditangani oleh dokter dengan baik, dan keadaannya pun sudah membaik. Pun hatinya ketar-ketir, tidak seharusnya Pak Aby membawa Lita ke rumah sakit yang sama di mana seseorang yang selama ini dia jaga sedang menjalani perawatan. Pak Aby takut kalau Lita akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap dirinya kalau sampai melihat orang tersebut.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status