“Kisanak, jika kisanak tidak keberatan, sudikah kisanak ikut dengan kami”. ucap wanita anggun itu lagi tiba-tiba kepada Bintang, dan Bintang terlihat berpikir sejenak.
“Baiklah gusti......aku akan ikut dengan kalian”. ucap Bintang akhirnya, dan terlihat senyum kepuasan diwajah wanita anggun itu.
Maka merekapun melanjutkan perjalanan mereka menuju Kadipaten Pandan Arum.
***
Matahari baru saja menampakkan dirinya diufuk timur. Sementara itu ditempat kediaman Gusti Adipati Pandan Arum terlihat belasan orang prajurit yang berjaga dengan ketatnya disepanjang penjuru rumah itu. Sementara itu :
“Tok ! Tok ! Tok ! ”. sebuah ketukan terdengar beruntun dipintu sebuah kamar besar. “Tok ! .Tok ! Tok ! Tok ! ”. kembali ketukan itu terdengar, kali ini lebih panjang dan lama.
“Kreakkkk...”. kali ini pintu itu terbuka, dan terlihatlah sosok seorang laki-laki tegap dengan wajah wibawa keluar, dikepalanya terlihat sebuah mahkota emas. Dia
Sepeninggalan rombongan mantan istrinya itu, terlihat Gusti Adipati Pandan Arum menarik napas panjang dan dalam. Dan hal ini sempat terlihat oleh Bintang. “Ampunkan hamba gusti adipati, sepertinya ada sesuatu yang amat berat yang kini tengah dipikirkan oleh Gusti adipati ?”. ucap Bintang sedikit mengejutkan Gusti Adipati Pandan Arum yang seakan baru menyadari kalau Bintang saat itu masih berada didekatnya. “Oh, maaf Raden, aku sampai lupa kalau Raden masih ada disini”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum. “Tidak apa-apa gusti, hamba memakluminya” “Kau benar Raden, saat ini aku memang tengah memikirkan bagaimana bisa mendapatkan uang sebanyak itu..... sebagaimana Raden ketahui kadipaten Pandan Arum ini baru saja berdiri, dan belum banyak sumber-sumber kekayaan alam dikadipaten ini yang bisa dimanfaatkan dengan baik” “Ampun gusti, kalau gusti adipati tidak keberatan, hamba ingin mendengar lebih banyak mengenai Gerombolan Bayangan Setan ini”. ucap Bin
“Apa....!! lari, Ha ha ha...! kalian ini bergurau atau tidak punya pikiran hah !!!”. ucap Bintang tertawa, sindiran itu jelas membuat merah wajah ke-8 sosok Gerombolan Bayangan Setan itu. “Apa maksud ucapanmu Ksatria Pengembara ?” “Kalau kami yang memberikan peti uang ini dulu kepada kalian, tentu kalian memiliki kesempatan untuk meninggalkan kami, tapi kalian yang terlebih dahulu memberikan Gusti Ayu Pandansuri kepada kami, mana mungkin aku bisa melarikan peti uang ini sendirian......bukankah itu tidak masuk akal.”. ucap Bintang lagi hingga membuat ke-8 sosok Gerombolan Bayangan Setan ini kembali saling pandang, apa yang dikatakan oleh Bintang memang masuk diakal. “Sudah kang, kita turuti saja permainannya, ketua bisa marah kalau malam ini kita gagal membawa upeti, lagipula kalau mereka macam-macam”. ucap salah satu dari ke-8 sosok Gerombolan Bayangan Setan itu terlihat mengedipkan matanya seakan ada sesuatu rencana yang tengah mereka rencanakan, dan hal ini
Disebuah kamar indah, seperti layaknya kamar seorang putri adipati, terlihat diatas sebuah pembaringan indah, sesosok tubuh wanita muda berparas cantik tengah terbaring tak sadarkan diri. Di kiri dan kanannya tampak pula beberapa orang wanita setengah baya yang tengah menungguinya, takkala rombongan Gusti Adipati Pandan Arum tiba dikamar itu, kedua wanita setengah baya itu segera menjura hormat, tapi Gusti Adipati Pandan Arum justru terlihat langsung menghampiri sosok wanita cantik yang tengah terbaring diatas pembaringan tersebut. Dan kini barulah Gusti Adipati Pandan Arum menyadari kalau ada sesuatu yang aneh pada keadaan Pandansuri putrinya. Sosok Patih Ganggar terlihat ikut mendekati sosok Gusti Ayu Pandansuri dan terlihat Patih Ganggar memeriksa keadaan Gusti Ayu Pandansuri dan keningnya berkerut. “Ada apa paman patih ? ada apa dengan putriku ?”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum lagi cepat. “Tidak ada yang aneh pada diri Gusti Ayu gusti” “Tapi kena
“Kanda...., bagaimana nasib Pandansuri kanda”. ucap istrinya kembali terisak pilu menyadari keadaan putrinya yang semakin sulit untuk disembuhkan. Gusti Adipati Pandan Arum terlihat bingung. “Bagaimana menurutmu paman patih”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum lagi. “Maafkan saya gusti, tapi saya sendiri juga bingung mengenai masalah ini, sampai saat ini tidak ada seorangpun yang tahu dimana markas Gerombolan Bayangan Setan itu berada” ucap Patih Ganggar lagi hingga semakin membuat Gusti Adipati Pandan Arum bingung. “Maaf gusti....”. Bintang terlihat ikut angkat bicara hingga kini perhatian mereka kembali tertuju kearah Bintang. “Mbah Suro, tadi mbah mengatakan kalau Gusti Ayu Pandansuri masih bisa mendengar apa yang kita semua bicarakan.” “Benar raden, Mantra Pulung Batu hanya bisa mengunci raga seseorang, tapi semua indra ditubuhnya masih berfungsi dengan baik....”. “Kalau begitu, apakah kalau kita menggunakan suara batin, Gusti Ayu Pand
“Kanda”. sebuah suara lembut terlihat menyadarkan sosok Gusti Adipati Pandan Arum yang saat itu terlihat tengah termenung. “Dinda”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum tersenyum saat melihat siapa yang kini ada disebelahnya. “Ada ada kanda ?” “Kanda hanya tidak tahu bagaimana harus mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu satu hari dinda”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum terlihat sedih. “Lalu apa yang harus kita lakukan kanda ?” “Dinda jangan khawatir, walau bagaimanapun akan kanda jual semua kekayaan kanda demi keselamatan Pandansuri”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum lagi. Dan kemudian terlihat Gusti Adipati Pandan Arum mengedarkan pandangannya kearah Patih Ganggar, Mbah Suro yang berada tak jauh darinya, tapi kemudian wajah Gusti Adipati Pandan Arum terlihat berubah. “Paman, dimana Raden Bintang ?”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum saat menyadari kalau Bintang tidak lagi berada diantara mereka, ucapan Gusti Adipati Pandan Arum ini tent
Malam akhirnya datang, kegelapan kembali menyelemuti bumi, rembulan sudah tampak ditempatnya, disusul dengan munculnya satu persatu sang Bintang yang seperti biasanya dengan setia menemani sang rembulan. Sementara itu ditempat persembunyiannya, Bintang terlihat tengah menikmati ayam panggang buatannya seraya terus memperhatikan kearah dinding batu yang berada beberapa tombak dihadapannya. Cukup lama Bintang menunggu ditempat persembunyiannya, hingga ; “Ggghrrrrr...”. suara gemuruh tiba-tiba saja terjadi, dan Bintang yang berada ditempatnya tentu saja terkejut, dikegelapan malam Bintang dapat melihat dinding batu yang diduganya sebagai markas Gerombolan Bayangan Setan terlihat bergeser dari tempatnya, dan dari dalam dinding batu yang terbuka itu Bintang dapat melihat dengan jelas ke-8 sosok tubuh yang mengenakan pakaian serba hitam dan topeng setan terlihat keluar. “Kena kalian”. batin Bintang lagi tersenyum melihat hal itu dan Bintang kini dapat melihat salah seorang
“Ho ho ho...! tak kusangka Ksatria Pengembara yang terkenal itu hanyalah nama kosong belaka”. terdengar ejekan dari si Bayangan Setan lagi, sementara itu ditempatnya Bintang terlihat mulai bangkit. “Aku belum kalah Bayangan Setan” “Bagus, bagus aku senang melihat semangatmu Ksatria Pengembara, aku beri kau kesempatan untuk menyerangku agar kau tidak mati penasaran”. ucap si Bayangan Setan lagi terlihat mempersilahkan Bintang untuk melancarkan serangannya. Merasa diremehkan, Bintang segera mempersiapkan jurusnya, jurus Tendangan Tanpa Bayangannya, dan ; “Hyyattt.....wuutt....wuuttt..” sosok Bintang berkelebat kedepan dengan jurus andalannya. Ditempatnya terlihat wajah dibalik Topeng Setan itu cukup terperanjat melihat serangan yang kini dilancarkan oleh Bintang, tapi sesaat kemudian bibirnya terlihat tersenyum. “Huppp”. dengan gerakan yang tak kalah cepat, sosok si Bayangan Setan bergerak menghindari serangan Bintang yang cepat luar biasa, tapi
Dari Pertarungan yang terjadi antara Bintang dan si Bayangan Setan, kini kita melompat ke tempat kadiaman Gusti Adipati Pandan Arum yang saat itu tengah dilanda kegalauan dan kebingungan, karena Gusti Adipati Pandan Arum hanya mampu mengumpulkan satu peti keping uang emas, padahal Gusti Adipati Pandan Arum harus menyediakan dua peti uang emas untuk menebus kesehatan putri kesayangannya, Gusti Ayu Pandansuri. “Bagaimana ini kanda, kalau tidak memenuhi permintaan mereka, bagaimana dengan Pandansuri”. ucap wanita yang bekas istrinya itu terlihat begitu sangat khawatir. “Tenanglah dinda, kanda akan memikirkan jalan keluarnya”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum lagi terlihat berfikir. “Bagaimana ini paman ?” “Maaf gusti, hamba juga bingung memikirkan hal ini”. ucap Patih Ganggar lagi hingga semakin membuat Gusti Adipati Pandan Arum semakin bingung dan kalut. Disaat seperti itulah tiba-tiba saja seorang prajurit kadipaten datang menghadap. “Sembah horm