“Paman.....bibi.”. sebuah suara mengejutkan keduanya yang langsung berpaling, dari kejauhan terlihat sosok seorang bocah kecil yang tengah berlari kearah mereka.
“Layung”. ucap Bintang dan Nyai Kembangsari hampir bersamaan saat mengenali sosok yang telah mendekat itu. Dan bocah kecil itu terlihat langsung menghela nafasnya karena tadi telah berlari.
“Paman, bibi, bopo menyuruh cepat pulang” ucap Layung lagi.
“Yah, kami memang baru saja mau pulang Layung”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum.
“Anu, itu...kata bopo, ada orang dari desa Tawung Sari yang datang mencari bibi”. ucap Layung lagi hingga mengejutkan Bintang dan Nyai Kembangsari yang kini saling pandang satu sama lain.
“Siapa Layung. ?”
“Layung juga tidak tahu bi, tapi jumlah mereka banyak sekali”. ucap Layung lagi sehingga semakin membuat Nyai Kembangsari dan Bintang heran dan bertanya-tanya, tapi tak mungkin anak sekecil Layung bisa menjelaskan semuanya, maka ;
“Kalau begi
Malam menyelimuti kegelapan alam, alam terlihat begitu sepi dan sunyi, sementara sang rembulan malam itu tampak bersinar dengan terangnnya, bahkan Bintang-Bintangpun tampak bertaburan dengan indah diangkasa raya malam itu seakan ikut menemani sang rembulan. Malam itu memanglah malam Bulan Purnama hingga sinar sang rembulan bersinar cukup terang dari malam-malam biasanya. Suasana yang hening mencekam itu tampak menghiasi dataran sebuah lembah yang cukup curam yang ada disebuah kaki bukit, tak ada sesosok mahlukpun yang terlihat berkeliaran dilembah itu, hanya sesekali suara binatang malam terdengar membahana. Dua ekor kuda terlihat dipacu dengan cepat menembus kegelapan malam mengitari lembah tersebut, penunggangnya adalah dua sosok lelaki, dan salah seorang diantara mereka terlihat langsung menghentikan langkah lari kudanya saat dihadapan mereka terbentang satu jalanan yang begitu terjal dan curam yang tidak mungkin untuk dilewati oleh kuda mereka. Sosok pemuda yang berada t
“Sawungpati, bawa Ki Tayub menjauh, aku akan menyelesaikan urusanku dengan mahluk itu!”. ucap Bintang lagi seraya menyerahkan sosok tubuh Ki Tayub kepada Sawungpati yang ada didekatnya. Tanpa banyak membantah Sawungpati segera memapah tubuh Ki Tayub menjauhi tempat itu, sementara itu Bintang sendiri kini telah kembali berhadapan dengan sosok mahluk penghisap darah. “Kenapa kau lakukan semua ini Sunarya. ?”. ucap Bintang. “Bagaimana kau bisa tahu namaku anak muda ?”. ucap lelaki itu lagi dengan sedikit keras. “Aku hanya menduganya Sunarya, tidak ada orang yang memiliki alasan yang lebih kuat untuk membunuhi orang-orang terdekat Nyai Kembangsari selain dirimu. ?”. “Ha ha ha...!!! kau benar anak muda, takkan kubiarkan seorangpun didunia ini yang ingin memiliki Kembangsari kekasihku itu, siapapun yang berani melakukan hal itu, maka dia harus mati ditanganku”. “Untuk itu kau telah mempersekutukan dirimu dengan iblis” “Benar dan dengan
Tapi untunglah Bintang sudah menduga akan hal itu, maka ; “Huppp”. dengan cepat sosok Bintang melompat tinggi untuk menghindarinya, hingga ; “Duarrr....duarrr...duarrrr”. batu-batu yang ada dibelakang Bintang langsung hancur berantakan saat terkena hantaman sinar merah yang tadi keluar dari 10 jari mahluk penghisap darah tersebut. Untung saja tadi Bintang bergerak cepat menghindar, kalau tidak tentu tubuh Bintangpun akan mengalami hal yang sama dengan batu-batu tersebut. Melihat buruannya lolos, Sunarya kembali menggeram dan kembali memburu kearah Bintang dan lagi-lagi mahluk penghisap darah itu melepakan cahaya-cahaya merah dari kuku runcingnya. “Duarr....duarrrrr.....dduuuaarrrrrrr”. dan kembali batu-batu yang menjadi sasaran kosong oleh mahluk penghisap darah itu hancur berantakan, dan kini terlihat tempat itu benar-benar berubah menjadi hancur lantak akibat serangan-serangan mematikan yang dilepaskan oleh Sunarnya. Sementara itu Bintang masih terus berger
“Gggrrrr...”. kembali terdengar geraman dasyat dari mulut manusia penghisap darah itu, pandangannya terlihat gusar menatap kearah Bintang, sementara itu Bintang hanya tersenyum melihat hal itu dan Bintang segera mencabut pedangnya kembali dari tubuh manusia penghisap darah itu dan kembali memasukkan pedangnya kedalam warangkanya. “Aku akan membiarkanmu hidup jika kau mau bertobat dan meninggalkan kesesatanmu ini Sunarya”. ucap Bintang lagi, tapi bukannya jawaban yang didapatkan oleh Bintang melainkan satu geraman keras yang keluar dari mulut bertaring tersebut. “Sepertinya aku memang sudah tidak mungkin lagi untuk menyadarkanmu Sunarya”. ucap Bintang lagi “Gggrrrrr...”. hanya itu sambutan yang didapatkan oleh Bintang dan terlihat Bintang hanya dapat menarik napas panjangnya. Dan sesaat terlihat wajah mahluk penghisap darah itu terlihat kembali mengadah kearah langit, dan ; “Dlebbbb...”. sosok raut wajah yang tadinya begitu mengerikan, kini telah berubah kermb
Malam itu Nyai Kembangsari tampil dengan pakaian indahnya yang semakin memperlihatkan sosoknya yang anggun dan cantik juga memperlihatkan akan kebangsawan dirinya, sesaat Nyai Kembangsari terlihat menatap kearah Bintang yang saat itu berada tak jauh darinya, dan bibir Nyai Kembangsari terlihat tersenyum saat melihat Bintang juga sangat menikmati pertunjukan yang ada dihadapannya. Dan saat itupun Bintang tanpa sengaja tengah berpaling kearahnya, dan Bintangpun melemparkan senyumnya kearah Nyai Kembangsari yang saat itu juga tengah tersenyum kepadanya. Sesaat terlihat Nyai Kembangsari berpaling kearah Ki Tayub yang saat itu juga berada tak jauh darinya. “Ki Tayub, aku ingin beristirahat dulu dikamarku, biarkan saja pesta ini berlangsung sampai subuh ki...”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Baik Nyai....”. ucap Ki Tayub lagi menganggukkan wajahnya. Dan Nyai Kembangsari terlihat berdiri dan sebelum dia beranjak meninggalkan tempat itu, Nyai Kembangsari sempat berpaling kearah Bintang yang sa
Pagi itu semuanya berakhir, kemeriahan yang terjadi ditempat kediaman Nyai Kembangsari berakhir setelah selama 3 hari 3 malam meriah dengan pesta besar yang sangat meriah. Dan hari itu semua orang terlihat ikut membantu membereskan barang-barang dan peralatan-peralatan dari pesta tersebut. Sementara itu dikamarnya masing-masing, terlihat sosok Nyai Kembangsari dan Bintang masih sama-sama terlelap, keduanya masih terkapar lemas setelah malam tadi kembali bergelut memacu birahi, bahkan malam tadi mereka melakukannya lebih lama dari malam-malam sebelumnya, karena keduanya menyadari, malam itu merupakan malam terakhir pesta kemeriahan yang diadakan ditempat kediaman Nyai Kembangsari, itu berarti merupakan malam terakhir bagi mereka untuk bercumbu tanpa diketahui oleh orang lain hingga kedua-duanya bergelut hingga sampai subuh datang menjelang. Dan saat siang sudah datang menghampar, baru sosok Nyai Kembangsari terlihat keluar dari kamarnya, dan terlihat kini sosok Nyai Kembangsa
“Nyai...”. suara lembut Bintang terdengar menyapa ditelinganya dan hal ini cukup menyadarkan Nyai Kembangsari dari lamunannya dan baru disadarinya kalau saat ini Bintang tengah memeluk dirinya dari belakang dan ; “Kakang”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum melihat keberadaan Bintang didekatnya, dibiarkannya Bintang yang kini telah menciumi dengan hangat lehernya yang jenjang dan indah itu, Nyai Kembangsari hanya mampu memejamkan kedua matanya menikmati kecupan bibir Bintang pada lehernya. “Ada apa Nyai, sepertinya ada sesuatu yang Nyai pikirkan ?”. ucap Bintang lagi seraya membalik sosok Nyai Kembangsari hingga kini sosok keduanya saling berhadapan. “Ah, tidak apa-apa kakang, tidak ada yang kupikirkan”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum seraya bangkit berdiri, dipeluknya dengan erat leher Bintang dan ditariknya dengan kuat hingga kini kedua-duanya saling melumat satu sama lain, Bintangpun memberikan balasan yang tak kalah hangatnya pada kecupan bibir Nyai Kembangsari yang saat itu telah
Beberapa hari berlalu tanpa terasa, kehidupan berjalan seperti biasanya, matahari sudah terlihat mulai condong kebarat, sinarnya sudah tidak lagi terasa panas menyengat seperti siang tadi, sementara itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari sendiri. Terlihat sosok Bintang dan Ki Tayub yang tengah beristirahat setelah seharian Bintang membantu Ki Tayub untuk memandikan kuda-kuda Nyai Kembangsari. Kedua terlihat begitu menikmati hembusan angin yang begitu terasa nikmat membelai tubuh mereka, sejenak terlihat wajah Ki Tayub menatap kesana kemari seperti tengah mencari sesuatu. Lalu kemudian tatapannya kembali diarahkannya kepada Bintang.“Raden....”. ternyata suara pelan dari Ki Tayub terdengar menyapa Bintang yang ada disebelahnya, Bintang segera berpaling mendengar hal itu dan kini Bintang dapat melihat sosok Ki Tayub yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu yang amat rahasia padanya. “Ada apa ki. ?”.“Anu...raden....hemm”. terlihat Ki Tayub menjadi gugup sendiri. “Jangan takut ki, katakan