“Tidak ada orang dirumah kang”. ucap Sekarwangi lagi seraya mengangkat kedua bahunya. “Mungkin bopo dan kakangmu sedang keluar Sekar” “Yah, mungkin saja kang, tapi sudah sore begini kenapa belum pulang”. ucap Sekarwangi lagi. “Sebaiknya kita tunggu saja Sekar”. Sekarwangi hanya tampak mengangguk dengan tersenyum. Mentaripun akhirnya tenggalam diiringi dengan munculnya sang rembulan di angkasa, disusul dengan bermunculannya satu demi satu bintang-bintang diangkasa hingga semakin menambah indahnya malam itu. Sementara disebuah kamar, terlihat sosok seorang pemuda yang baru saja merebahkan dirinya dipembaringan lembut yang ada dikamar tersebut. Melihat raut wajahnya dia tak lain adalah Bintang. Setelah menunggu sekian lama rupanya sesepuh Sigila Tuak dan kakak seperguruan Sekarwangi yang bernama Buntal itu belum juga muncul. Oleh karena itulah Bintang memutuskan untuk menginap untuk semalam sekedar menemani Sekarwangi ditempat itu. Dan ma
Bahkan saat Nyai Kembangsari mendekatkan wajahnya dan melumat dengan lembut Bibir Bintang, barulah Bintang tersadar akan keadaannya, begitu tersadar Bintang dengan cepat melepaskan lumatan bibirnya dengan mendorong lembut kedua pundak Nyai Kembangsari menjauh. “Bb...benarkah ini kau Nyai....?”. ucap Bintang seakan tak percaya, ditanya seperti itu wanita yang dikenal Bintang dengan sebutan Nyai Kembangsari itu hanya tampak tersenyum. “Kenapa kakang, apakah kakang tidak percaya dengan pandangan kakang” “Tapi nyaikan sudah...” “Sudah mati maksud kakang”. sambung Nyai Kembangsari lagi cepat dan tersenyum. Tapi Bintang tak dapat menjawab pertanyaan itu. “Aku memang sudah mati kang, saat ini hanya besarnya cintaku kepada kakanglah yang membuatku masih bisa menemui kakang walaupun dialam mimpi”. “Aa...alam mimpi”. ulang Bintang lagi terkejut. “Benar kakang, saat ini kakang sedang bermimpi, dan aku sangat merindukanmu kakang, aku sanga
“Dia adalah wanita yang dulunya sangat aku cintai Sekar”. tapi sebelum langkahnya menjauh, terdengar suara Bintang diarah belakangnya, hal ini membuat langkah Sekarwangi terhenti dan berpaling kearah Bintang yang terlihat tertunduk. Sekarwangi dapat melihat bagaimana perubahan wajah sedih diwajah Bintang, entah kenapa Sekarwangi merasakan perasaan bersalah dihatinya, perlahan kembali didekatinya Bintang dan kembali duduk dihadapan Bintang. “Dulu aku dan dia memang memiliki hubungan yang sangat dekat Sekarwangi, bahkan kami sudah merencanakan untuk menikah”. jelas Bintang lagi. “Ta...tapi kenapa kakang menyebutnya dengan sebutan Nyai, bukankah”. Sekarwangi tak melanjutkan ucapannya karena biasanya kalau sebutan Nyai itu untuk wanita yang sudah berumur. “Ya, usianya memang jauh lebih tua dariku Sekar, tapi mungkin disitulah yang membuatku begitu amat mencintainya, dia adalah wanita yang bisa membuatku bahagia Sekar.....tapi sayang sebelum semua itu terwujud, dia telah lebih dulu menin
Fajar baru saja menyingsing saat sosok seorang pemuda tampak tengah berlatih ilmu kanuragan disebuah dataran padang rumput yang membentang luas diatas sebuah lembah yang tampak dipenuhi dengan tumbuhan bambu. Dan diantara lebatnya pohon-pohon bambu satu kelebatan bayangan putih berkelebat cepat menaiki lembah itu. Dari gerakannya yang begitu cepat dapat dipastikan kalau sosok bayangan putih itu pastilah memiliki ilmu kanuragan yang tidak rendah, hal ini jelas terlihat dari ilmu peringan tubuh yang dimilikinya. Kelebatan bayangan putih itu terhenti saat langkahnya tiba didepan sebuah bangunan besar yang ada dipuncak lembah tersebut. Dan barulah dapat terlihat sosok utuh dari sosok bayangan putih tersebut. Sosok seorang pemuda yang bertubuh gemuk, rambutnya terlihat terurai panjang dengan ikat kepala merah, tapi yang paling menarik dari sosok pemuda itu adalah sesuatu yang ada ditangannya kanannya yaitu tampak sebuah Bumbung Tuak yang sesekali ditegaknya kemulutnya, sebagian wajahnya te
“Kang Buntal hentikan!!” untunglah sebelum semuanya terjadi, sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu, suara yang membuat pemuda bertubuh gemuk itu menghentikan serangannya dengan tiba-tiba dan langsung bersalto kebelakang untuk menarik kembali serangannya. Begitu dia sudah kembali berdiri diatas kedua kakinya, raut wajahnya segera beralih kearah sosok gadis yang tadi berteriak kepadanya, sosok gadis bertopeng perak yang tak lain adalah Sekarwangi. “Kenapa kau hentikan seranganku adik, aku masih sanggup untuk menghajarnya”. ucap pemuda itu lagi yang disebut Sekarwangi dengan sebutan Buntal. “Dia bukan musuhku kang”. ucap Sekarwangi lagi hingga membuat raut wajah pemuda bernama Buntal ini berubah. Sementara itu Bintang sendiri sudah cukup mengetahui saat Sekarwangi menyebutnya dengan sebutan Buntal. Beberapa waktu yang lalu Sekarwangi pernah menceritakan tentang kakak seperguruannya yang bernama Buntal yang juga tinggal di Lembah Bambu. “Lalu apa yang kalian lakukan tadi
Lembah Bambu terlihat berdiri dengan anggunnya, terlihat jelas dikejauhan, sejauh mata memandang hanya pohon-pohon bambu yang terlihat tumbuh lebat dilembah itu, nama Lembah Bambu sudah cukup dikenal oleh masyarakat awam terlebih oleh orang-orang dunia persilatan, karena siapa yang tak kenal dengan majikan Lembah Bambu yang namanya begitu tersohor di delapan penjuru angin, SIGILA TUAK. Sebuah nama tua yang begitu disegani lawan maupun kawan. Bahkan nama Sigila Tuak dianggap sejajar dengan nama-nama besar seperti 3 Datuk dan sesepuh Raja Penidur yang saat ini menjadi tokoh yang tak terkalahkan didunia persilatan khususnya ditanah Jawa. Kebesaran nama Sigila Tuak pulalah yang membuat nama Lembah Bambu begitu terkenal di rimba persilatan, hingga tak sembarang orang yang berani menjejakkan kakinya dilembah itu kalau benar-benar tidak memiliki urusan yang penting dengan Sigila Tuak, karena Sigila Tuak paling tidak suka tempatnya dirambah atau didatangi oleh orang. Sementa
Bintang tak menunggu lama, jarak yang harus ditempuh ke Lembah Obat cukup jauh perjalanannya, karena itu dengan untuk mempersingkat perjalanannya Bintang menggunakan aji Mambang Bayunya. Tapi tentu saja saat melewati beberapa desa Bintang harus kembali berjalan seperti biasanya. Dua hari sudah berlalu semenjak Bintang meninggalkan Lembah Bambu dan selama 2 hari itu pula Bintang beberapa kali berpapasan dengan orang-orang dari Perkumpulan Pengemis yang ternyata saat ini memang tengah ada dimana-mana, hal inilah yang membuat keyakinan Bintang semakin bertambah kalau memang ada sesuatu yang tengah terjadi saat ini di Perkumpulan Pengemis. Dan hari ini langkah Bintang tiba disebuah desa yang terlihat cukup ramai penduduknya. Dan seperti desa-desa sebelumnya yang telah dilewatinya, kali inipun Bintangpun dapat melihat betapa banyaknya para pengemis yang ada didesa itu. Langkah Bintang terhenti saat tiba didepan sebuah warung yang terlihat cukup ramai pengunjungnya.
“Apakah dia Satria. ?”. batin Bintang lagi mencoba untuk meyakinkan dirinya. Sementara itu pemuda belia berambut putih itu tak sadar kalau saat ini ada seseorang yang terus memperhatikan gerak-geriknya yang tengah memilah-milah beberapa daun untuk dimasukkan kedalam bakul yang dibawanya. Hingga langkah pemuda ini terhenti saat dihadapannya ada dua buah kuntum bunga besar yang berbeda warna, yang satu tampak berwarna hitam pekat sedangkan yang satu lagi berwarna merah darah, berkali-kali tangan pemuda ini terlihat berpindah-pindah dari kuntum bunga yang merah, tapi kemudian berpindah lagi ke kuntum bunga yang hitam, dari sikapnya jelas sepertinya pemuda belia ini tengah bingung untuk memilih. “Yang hitam hanya untuk membuang racun yang sudah menyatu dalam darah tapi akibatnya bisa sangat fatal, sedangkan yang merah untuk menetralkan racun yang ada didalam tubuh...”. tiba-tiba saja sebuah suara mengejutkan pemuda belia ini, dengan serta merta wajahnya berpaling. Dan ke