Sementara itu ditempat persembunyian Bintang. “Jurus Tongkat Darah”. ulang Bintang lagi. “Sebaiknya kita segera pergi sekarang kakang, janda cantik itu sudah cukup lama menunggu kita disana”. ucap salah seorang diantara mereka lagi dan lalu ke-4nyapun segera berkelebat pergi meninggalkan tempat itu, sementara itu Bintang dengan sangat hati-hati terus mengikuti ke-4nya, Bintang sangat berharap kali ini penyelidikannya dapat membuahkan hasil. Ke-4nya terlihat berhenti didepan pintu sebuah gubuk kecil. “Masuk saja kang, dia sudah menunggu kakang”. ucap salah seorang diantara mereka lagi dan tanpa menunggu waktu lagi Sebayapun segera memasuki gubuk tua tersebut. Ditempatnya Bintang tentu saja amat penasaran dengan apa yang ada didalam gubuk tua tersebut, berpikir untuk mengetahui apa yang terjadi Bintang segera berkelebat ringan keatas atap gubuk tua tersebut, tapi belum lagi Bintang melubangi atap gubuk tersebut, Bintang dikejutkan oleh suara-suara rintihan-rintiihan dan desahan-desaha
Pada malam harinya kembali Bintang melihat Sebaya pergi meninggalkan Perkumpulan Pengemis dan kali inipun Bintang berniat untuk mengikutinya. Tapi belum lagi Bintang berkelebat pergi.“Kang Bintang”. sebuah suara lembut membuat Bintang menahan langkahnya. Bintang segera berpaling.“Wuni”. ucap Bintang tersenyum saat melihat sosok Sangkawuni yang kini sudah berada dibelakangya.“Kakang belum tidur. ?”. ucap Sangkawuni lagi.“Belum, Wuni sendiri kenapa belum tidur ?”“Aku tak bisa tidur kang”. ucap Sangkawuni lagi.Lalu keduanya kembali berjalan beriringan, tak ada yang membuka suara.“Wuni... Sebenarnya malam ini kakang ingin mengajak Wuni kesuatu tempat”“Kemana kang ?”“Kakang harap Wuni jangan terkejut apalagi sampai bersedih”. ucap Bintang lagi hingga semakin mengejutkan Wuni dan keheranannya.“Wuni tak mengert
“Kita bantu adik sakar, kakang”. ucap salah seorang diantara mereka lagi dan ucapannya langsung disambut anggukan oleh yang satunya lagi, maka : “Hyyatttt..hiyattt.....wuuttttt”. hampir bersamaan keduanya saling melompat menyerang dengan tongkat-tongkat ditangan mereka.Menghadapi ketiga orang pengikut Perkumpulan Pengemis ini memang bukanlah pekerjaan sulit bagi Bintang, tapi juga bukan perjuangan yang mudah bagi Bintang, karena ketiganya ternyata memiliki tingkat ilmu kanuragan yang rata-rata cukup tinggi, hingga mau tak Bintang terpaksa harus menggunakan jurus Kijang Kelananya yang lain.Malam itu benar-benar terjadi satu pertarungan sengit diantara mereka dan pertarungan sudah memasuki jurus ke 42, tapi ketiga lawan Bintang belum mampu untuk mengalahkan Bintang dan ini disadari betul oleh ketiganya, maka saat bersamaan ketiganya melompat mundur kebelakang dan terlihatlah bagaimana ketiganya berusaha mengatur nafas mereka yang terlihat membur
“Sudah jangan menangis lagi, ayo kakang antar Melati pulang”. ucap Bintang dengan lembut dan tersenyum, tanpa menjawab, Melati hanya tersenyum dan mengangguk. Maka pada malam itu Bintang mengantarkan Melati kembali ke tempat Ki Lantuk di desa Lubuksirah.Setelah mengantarkan Melati, malam itu juga Bintang kembali ke Perkumpulan Pengemis, tapi baru saja memasuki halaman Perkumpulan Pengemis, tiba-tiba saja Bintang menghentikan langkahnya dimana puluhan bahkan ratusan anggota Perkumpulan Pengemis langsung bergerak mengepungnya, walau tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi kemudian pandangan Bintang tertuju pada sosok yang baru saja muncul dari dalam bangunan yang ada dihadapannya.“Sebaya”. ucap Bintang perlahan.“Kau tak perlu bersandiwara lagi kisanak, sekarang katakan siapa kau dan apa tujuanmu datang kemari. ?”. ucap Sebaya lagi seraya melangkah kehadapan Bintang.“Aku... Aku tak mengerti maksudmu Sebaya ?&rdqu
“Baiklah kang, kalau tidak salah di kebun kelapa ini ada sebuah gudang kelapa yang sudah lama tak digunakan, ayo kang”. ucap Sangkawuni lagi seraya kembali menggebah kudanya untuk mencari gudang kelapa tersebut, Bintang hanya mengikutinya dari belakang, setelah seberapa lama akhirnya mereka menemukan juga gudang kelapa tersebut, setelah menambatkan kedua kuda mereka, Bintang dan Sangkawuni segera memasuki gudang kelapa tersebut, ternyata didalamnya tidak terdapat banyak kelapa kering milik para petani dan untunglah gudang kelapa itu dipenuhi oleh tumpukan jerami yang mungkin juga biasa digunakan oleh pak tani untuk beristirahat didalam gudang tersebut.Bintang segera membuatkan api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka, sementara itu diluar, rintik demi rintik hujan mulai berjatuhan dan akhirnya mengguyur dengan lebatnya.***Hujan semakin lebat mengguyur bumi, digudang kelapa tempat Bintang dan Sangkawuni berteduh, terl
Keduanya terus tenggelam dalam suatu lumatan hangat dan indah dan penuh perasaan. Bintang dan Sangkawuni terlihat saling berdekapan dan berciuman erat, larut dalam galau emosi dan birahi yang sekian lama tak tertahankan. Cukup lama keduanya saling tenggelam dalam lumatan hangat dan indah bibir keduanya.Sangkawuni terlihat memperbaiki tubuhnya yang kini duduk di pangkuan Bintang. Sementara kedua bibir mereka terus saja berciuman, semakin dalam dan semakin membara. Entah sadar atau tidak, secara perlahan tapi pasti, Bintang mulai melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Sangkawuni, dan satu demi satu pakaian tersebut mulai terlepas dari tempatnya, Sangkawunipun tak tinggal diam, sebisanya berusaha melepaskan satu persatu pakaian Bintang, sementara itu keduanya terus bergumul dalam paduan birahi yang tak terbilang. Tak sadar lagi keduanya bagaimana masing-masing kehilangan kain penutup tubuh satu persatu, sampai akhirnya mereka hanya tinggal mengenakan kain penutup tubuh ya
Cerita yang disampaikan oleh Sebaya tentang apa yang terjadi dalam beberapa hari ini tentu saja sangat mengejutkan bagi guru besar Sangkawaru sendiri, apalagi saat dia mendengar kalau Jaka Laksono sebenarnya hanyalah penipu dan kini dia telah menculik Sangkawuni.“Kurang ajar”. hanya itu yang terdengar dari kemarahan guru besar Sangkawaru.“Tapi guru tidak usah khawatir, aku sudah mengutus murid-murid untuk mencari dimana keberadaan mereka”. ucap Sebaya lagi.“Tapi jangan kau bunuh mata-mata itu, aku ingin tahu siapa dia, dan apa maksudnya melakukan semua ini.”. ucap guru besar Sangkawaru.“Baik guru”. ucap Sembaya dengan tatapan penuh arti.***Malam kembali datang menyelimuti kegelapan malam. Seorang anggota Perkumpulan Pengemis terlihat datang menghadap kepada guru besar Sangkawaru.“Maaf guru, kedatangan saya kemari karena ingin menyampaikan surat in
“Sepertinya kau benar-benar ingin mengadu jiwa denganku Pranggoro.”“Kau tak memberiku pilihan lain Sebaya”. ucap Pranggoro.“Tak perlu sungkan Pranggoro”. ucap Sebaya lagi dengan tenangnya, sementara itu Pranggoro sendiri terlihat mulai mengangkat tongkatnya didepan dadanya dan ; “Bleezghhh.”. dari tongkat ditangannya, terlihat aliran-aliran cahaya hijau.“Tongkat Pengemis Pelebur Sukma heaa.....wusshhh....”. Pranggoro melesat kedepan dengan tongkat yang sudah mengeluarkan cahaya hijau tersebut kearah Sebaya. Ditempatnya Sebaya justru masih berdiri dengan tenangnya, hingga saat serangan itu sudah semakin dekat.“Hiyatt....bleppp....bbrusshh.”. tiba-tiba saja Sebaya menghentakkan kakinya ketanah dan bersamaan dengan itu, tongkatnya yang tertancap ditanah langsung melesat keatas, tapi yang mengejutkan adalah tongkat itu kinipun telah mengeluarkan cahaya, hanya saja tidak seperti cahaya