“Sudah jangan menangis lagi, ayo kakang antar Melati pulang”. ucap Bintang dengan lembut dan tersenyum, tanpa menjawab, Melati hanya tersenyum dan mengangguk. Maka pada malam itu Bintang mengantarkan Melati kembali ke tempat Ki Lantuk di desa Lubuksirah.
Setelah mengantarkan Melati, malam itu juga Bintang kembali ke Perkumpulan Pengemis, tapi baru saja memasuki halaman Perkumpulan Pengemis, tiba-tiba saja Bintang menghentikan langkahnya dimana puluhan bahkan ratusan anggota Perkumpulan Pengemis langsung bergerak mengepungnya, walau tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi kemudian pandangan Bintang tertuju pada sosok yang baru saja muncul dari dalam bangunan yang ada dihadapannya.
“Sebaya”. ucap Bintang perlahan.
“Kau tak perlu bersandiwara lagi kisanak, sekarang katakan siapa kau dan apa tujuanmu datang kemari. ?”. ucap Sebaya lagi seraya melangkah kehadapan Bintang.
“Aku... Aku tak mengerti maksudmu Sebaya ?&rdqu
“Baiklah kang, kalau tidak salah di kebun kelapa ini ada sebuah gudang kelapa yang sudah lama tak digunakan, ayo kang”. ucap Sangkawuni lagi seraya kembali menggebah kudanya untuk mencari gudang kelapa tersebut, Bintang hanya mengikutinya dari belakang, setelah seberapa lama akhirnya mereka menemukan juga gudang kelapa tersebut, setelah menambatkan kedua kuda mereka, Bintang dan Sangkawuni segera memasuki gudang kelapa tersebut, ternyata didalamnya tidak terdapat banyak kelapa kering milik para petani dan untunglah gudang kelapa itu dipenuhi oleh tumpukan jerami yang mungkin juga biasa digunakan oleh pak tani untuk beristirahat didalam gudang tersebut.Bintang segera membuatkan api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka, sementara itu diluar, rintik demi rintik hujan mulai berjatuhan dan akhirnya mengguyur dengan lebatnya.***Hujan semakin lebat mengguyur bumi, digudang kelapa tempat Bintang dan Sangkawuni berteduh, terl
Keduanya terus tenggelam dalam suatu lumatan hangat dan indah dan penuh perasaan. Bintang dan Sangkawuni terlihat saling berdekapan dan berciuman erat, larut dalam galau emosi dan birahi yang sekian lama tak tertahankan. Cukup lama keduanya saling tenggelam dalam lumatan hangat dan indah bibir keduanya.Sangkawuni terlihat memperbaiki tubuhnya yang kini duduk di pangkuan Bintang. Sementara kedua bibir mereka terus saja berciuman, semakin dalam dan semakin membara. Entah sadar atau tidak, secara perlahan tapi pasti, Bintang mulai melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Sangkawuni, dan satu demi satu pakaian tersebut mulai terlepas dari tempatnya, Sangkawunipun tak tinggal diam, sebisanya berusaha melepaskan satu persatu pakaian Bintang, sementara itu keduanya terus bergumul dalam paduan birahi yang tak terbilang. Tak sadar lagi keduanya bagaimana masing-masing kehilangan kain penutup tubuh satu persatu, sampai akhirnya mereka hanya tinggal mengenakan kain penutup tubuh ya
Cerita yang disampaikan oleh Sebaya tentang apa yang terjadi dalam beberapa hari ini tentu saja sangat mengejutkan bagi guru besar Sangkawaru sendiri, apalagi saat dia mendengar kalau Jaka Laksono sebenarnya hanyalah penipu dan kini dia telah menculik Sangkawuni.“Kurang ajar”. hanya itu yang terdengar dari kemarahan guru besar Sangkawaru.“Tapi guru tidak usah khawatir, aku sudah mengutus murid-murid untuk mencari dimana keberadaan mereka”. ucap Sebaya lagi.“Tapi jangan kau bunuh mata-mata itu, aku ingin tahu siapa dia, dan apa maksudnya melakukan semua ini.”. ucap guru besar Sangkawaru.“Baik guru”. ucap Sembaya dengan tatapan penuh arti.***Malam kembali datang menyelimuti kegelapan malam. Seorang anggota Perkumpulan Pengemis terlihat datang menghadap kepada guru besar Sangkawaru.“Maaf guru, kedatangan saya kemari karena ingin menyampaikan surat in
“Sepertinya kau benar-benar ingin mengadu jiwa denganku Pranggoro.”“Kau tak memberiku pilihan lain Sebaya”. ucap Pranggoro.“Tak perlu sungkan Pranggoro”. ucap Sebaya lagi dengan tenangnya, sementara itu Pranggoro sendiri terlihat mulai mengangkat tongkatnya didepan dadanya dan ; “Bleezghhh.”. dari tongkat ditangannya, terlihat aliran-aliran cahaya hijau.“Tongkat Pengemis Pelebur Sukma heaa.....wusshhh....”. Pranggoro melesat kedepan dengan tongkat yang sudah mengeluarkan cahaya hijau tersebut kearah Sebaya. Ditempatnya Sebaya justru masih berdiri dengan tenangnya, hingga saat serangan itu sudah semakin dekat.“Hiyatt....bleppp....bbrusshh.”. tiba-tiba saja Sebaya menghentakkan kakinya ketanah dan bersamaan dengan itu, tongkatnya yang tertancap ditanah langsung melesat keatas, tapi yang mengejutkan adalah tongkat itu kinipun telah mengeluarkan cahaya, hanya saja tidak seperti cahaya
“Tak perlu mengungkit masa-masa yang lalu guru, kedatanganku kemari adalah untuk meminta baik-baik padamu untuk menyerahkan jabatan guru besar di Perkumpulan Pengemis ini kepadaku!!”.“Jangan pernah bermimpi Sebaya, kau takkan pernah mendapatkannya.”. ucap guru besar Sangkawaru lagi dengan tegas.“Kalau begitu aku terpaksa harus menyingkirkan guru”. ucap Sebaya lagi.“Apa kau kira kau sanggup untuk melakukan itu Sebaya”.“Kita lihat saja guru.”. ucap Sebaya lagi seraya mempersiapkan tongkat ditangannya.“Ayo guru, jangan sungkan-sungkan, ingat bagaimana rasanya ketika aku menikmati tubuh putri guru seperti seorang wanita murahan”. ucap Sebaya tertawa.“Akan kubunuh kau dengan tanganku sendiri Sebaya.”. ucap guru besar Sangkawaru lagi menggeram penuh kemarahan.“Hyatttt.....wuuttt.....weeessshhh.”. segelombang angin dasyat menyertai serangan
Tiba-tiba saja Bintang menghentikan langkah kaki kudanya, Sangkawuni yang ada disebelahnya ikut menghentikan langkah kaki kudanya seraya menatap kearah Bintang.“Ada apa kang ?”. tanyanya.“Waspadalah Wuni, sepertinya kita tidak sendiri ditempat ini”. ucap Bintang lagi hingga kontan saja membuat Sangkawuni terperanjat kaget, sejenak pandangannya diedarkannya kearah sekelilingnya, tapi tak ada sesuatupun yang mencurigakan selain padang ilalang yang tumbuh subur ditempat itu.Bintang kembali memacu kudanya dengan perlahan, walaupun bingung, Sangkawuni yang ada dibelakangnya tetap mengikuti gerakan Bintang dengan kembali memacu kudanya.Baru sepenanakan nasi mereka memacu kuda, tiba-tiba saja pandangan Sangkawuni dikejutkan saat didepan sana dia melihat sosok-sosok yang tengah berdiri menghadang mereka dan Sangkawuni lebih terkejut lagi saat dari arah yang berlawananpun bermunculan sosok-sosok lelaki yang berpakain compang camping hin
“Sebaiknya kau menyerah saja kisanak, tidak ada gunanya kau melawan.”. ucap Sasongko lagi hingga cukup membuat Bintang menjadi serba salah, tapi kemudian Bintang tak dapat berbuat apa-apa saat beberapa orang pengikut Perkumpulan Pengemis mendekatinya, bahkan ; “Dakk......akhhh”. Bintang langsung tak sadarkan diri saat satu pukulan keras menghantam tengkuknya.“Apa yang harus kita lakukan sekarang kang Sasongko ?”. ucap yang lain lagi.“Aku akan membawa den ayu Sangkawuni kembali ke perkumpulan, sedangkan kalian bawa pemuda ini terus ke bukit Sibayak”. ucap Sasongko lagi memberi perintah yang langsung disambut anggukan oleh para pengikutnya. Maka pada malam itu juga mereka membawa sosokBintang yang sedang tak sadarkan diri itu menuju ke Bukit sibayak.***Pagi baru saja datang, bahkan raut mentaripun belum terlihat diufuk timur, hanya biasa keemasannya yang terlihat menghampar mene
“Hati-hati kang!!”. ucap Ayuandira memperingatkan, Bintang hanya tersenyum sesaat kearahnya dan segera berkelebat kearah luar goa tersebut.“Kenapa kita tidak membantu kang Bintang saja kang. Orang-orang Perkumpulan Pengemis diluarkan sangat banyak, bagaimana kalau kang Bintang tak bisa mengalahkan mereka ?”. ucap Ayuandira lagi kepada Jaka Laksono.“Saat ini tidak ada yang bisa kita lakukan Ayuandira, tenaga kita belum pulih, bahkan mungkin kita nanti malah menyusahkan Bintang, lebih baik kita sekarang berdoa saja agar Bintang bisa menghadapi mereka”. ucap Jaka Laksono lagi, Ayuandira hanya mendesah napas panjang mendengar hal itu.“Jangan khawatir Ayuandira, kakang yakin menghadapi orang-orang seperti mereka bukanlah sesuatu yang sulit bagi Bintang, apa kau lupa cerita romo tentang bagaimana Bintang seorang diri dengan gagah berani menghadapi orang-orang gerombolan Kapak Merah yang jumlahnya begitu amat banyak, kakang