“Sepertinya kau benar-benar ingin mengadu jiwa denganku Pranggoro.”
“Kau tak memberiku pilihan lain Sebaya”. ucap Pranggoro.
“Tak perlu sungkan Pranggoro”. ucap Sebaya lagi dengan tenangnya, sementara itu Pranggoro sendiri terlihat mulai mengangkat tongkatnya didepan dadanya dan ; “Bleezghhh.”. dari tongkat ditangannya, terlihat aliran-aliran cahaya hijau.
“Tongkat Pengemis Pelebur Sukma heaa.....wusshhh....”. Pranggoro melesat kedepan dengan tongkat yang sudah mengeluarkan cahaya hijau tersebut kearah Sebaya. Ditempatnya Sebaya justru masih berdiri dengan tenangnya, hingga saat serangan itu sudah semakin dekat.
“Hiyatt....bleppp....bbrusshh.”. tiba-tiba saja Sebaya menghentakkan kakinya ketanah dan bersamaan dengan itu, tongkatnya yang tertancap ditanah langsung melesat keatas, tapi yang mengejutkan adalah tongkat itu kinipun telah mengeluarkan cahaya, hanya saja tidak seperti cahaya
“Tak perlu mengungkit masa-masa yang lalu guru, kedatanganku kemari adalah untuk meminta baik-baik padamu untuk menyerahkan jabatan guru besar di Perkumpulan Pengemis ini kepadaku!!”.“Jangan pernah bermimpi Sebaya, kau takkan pernah mendapatkannya.”. ucap guru besar Sangkawaru lagi dengan tegas.“Kalau begitu aku terpaksa harus menyingkirkan guru”. ucap Sebaya lagi.“Apa kau kira kau sanggup untuk melakukan itu Sebaya”.“Kita lihat saja guru.”. ucap Sebaya lagi seraya mempersiapkan tongkat ditangannya.“Ayo guru, jangan sungkan-sungkan, ingat bagaimana rasanya ketika aku menikmati tubuh putri guru seperti seorang wanita murahan”. ucap Sebaya tertawa.“Akan kubunuh kau dengan tanganku sendiri Sebaya.”. ucap guru besar Sangkawaru lagi menggeram penuh kemarahan.“Hyatttt.....wuuttt.....weeessshhh.”. segelombang angin dasyat menyertai serangan
Tiba-tiba saja Bintang menghentikan langkah kaki kudanya, Sangkawuni yang ada disebelahnya ikut menghentikan langkah kaki kudanya seraya menatap kearah Bintang.“Ada apa kang ?”. tanyanya.“Waspadalah Wuni, sepertinya kita tidak sendiri ditempat ini”. ucap Bintang lagi hingga kontan saja membuat Sangkawuni terperanjat kaget, sejenak pandangannya diedarkannya kearah sekelilingnya, tapi tak ada sesuatupun yang mencurigakan selain padang ilalang yang tumbuh subur ditempat itu.Bintang kembali memacu kudanya dengan perlahan, walaupun bingung, Sangkawuni yang ada dibelakangnya tetap mengikuti gerakan Bintang dengan kembali memacu kudanya.Baru sepenanakan nasi mereka memacu kuda, tiba-tiba saja pandangan Sangkawuni dikejutkan saat didepan sana dia melihat sosok-sosok yang tengah berdiri menghadang mereka dan Sangkawuni lebih terkejut lagi saat dari arah yang berlawananpun bermunculan sosok-sosok lelaki yang berpakain compang camping hin
“Sebaiknya kau menyerah saja kisanak, tidak ada gunanya kau melawan.”. ucap Sasongko lagi hingga cukup membuat Bintang menjadi serba salah, tapi kemudian Bintang tak dapat berbuat apa-apa saat beberapa orang pengikut Perkumpulan Pengemis mendekatinya, bahkan ; “Dakk......akhhh”. Bintang langsung tak sadarkan diri saat satu pukulan keras menghantam tengkuknya.“Apa yang harus kita lakukan sekarang kang Sasongko ?”. ucap yang lain lagi.“Aku akan membawa den ayu Sangkawuni kembali ke perkumpulan, sedangkan kalian bawa pemuda ini terus ke bukit Sibayak”. ucap Sasongko lagi memberi perintah yang langsung disambut anggukan oleh para pengikutnya. Maka pada malam itu juga mereka membawa sosokBintang yang sedang tak sadarkan diri itu menuju ke Bukit sibayak.***Pagi baru saja datang, bahkan raut mentaripun belum terlihat diufuk timur, hanya biasa keemasannya yang terlihat menghampar mene
“Hati-hati kang!!”. ucap Ayuandira memperingatkan, Bintang hanya tersenyum sesaat kearahnya dan segera berkelebat kearah luar goa tersebut.“Kenapa kita tidak membantu kang Bintang saja kang. Orang-orang Perkumpulan Pengemis diluarkan sangat banyak, bagaimana kalau kang Bintang tak bisa mengalahkan mereka ?”. ucap Ayuandira lagi kepada Jaka Laksono.“Saat ini tidak ada yang bisa kita lakukan Ayuandira, tenaga kita belum pulih, bahkan mungkin kita nanti malah menyusahkan Bintang, lebih baik kita sekarang berdoa saja agar Bintang bisa menghadapi mereka”. ucap Jaka Laksono lagi, Ayuandira hanya mendesah napas panjang mendengar hal itu.“Jangan khawatir Ayuandira, kakang yakin menghadapi orang-orang seperti mereka bukanlah sesuatu yang sulit bagi Bintang, apa kau lupa cerita romo tentang bagaimana Bintang seorang diri dengan gagah berani menghadapi orang-orang gerombolan Kapak Merah yang jumlahnya begitu amat banyak, kakang
“Den ayu... Den ayu raden”. ucap wanita yang disebut mbok Diyah itu dengan suara bergetar, penasaran dengan apa yang dimaksud oleh mbok Diyah, Sebaya bersama beberapa orang kepercayaannya langsung memasuki pintu kamar tersebut, dan ;“Aaaahhhh”. beberapa orang terlihat langsung terkejut, bahkan tak terkecuali Sebaya sendiri, wajahnya langsung memucat, Sebaya benar-benar seperti melihat sambaran halilintar yang dahsyat didepan wajahnya, satu pemandangan yang benar-benar membuat jantungnya terasa berhenti berdetak. Bahkan beberapa orang yang bersamanya langsung keluar dari kamar itu karena tak kuasa menyaksikan pemandangan yang ada dihadapannya.Apa yang terjadi ?Sosok seorang gadis yang tak lain adalah Sangkawuni terlihat tergantung disalah satu tiang yang ada dikamar tersebut, Sangkawuni telah mengakhiri hidupnya dengan jalan menggantung dirinya dengan seutas tali.“Sangkawuni ! Sangkawuni !! Sangkawuni...!!!”. S
“Anak muda, tadi kau menyebut nama guru besar Duwandaru dan guru besar Sangkawaru dengan sebutan paman, siapa kau ini sebenarnya. ?”. ucap salah satu tetua itu lagi.“Nama hamba Jaka Laksono dan ini adik hamba Ayuandira, kami berdua adalah putra putri dari romo Suwandaru”. ucap Jaka Laksono dengan lantang. Ucapan Jaka Laksono ini jelas langsung membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah.“Dasar pembohong licik, dulu kau juga mengaku-ngaku seperti itu tapi nyatanya kalian semua hanyalah mata-mata yang ingin menghancurkan Perkumpulan Pengemis”. bentak Sebaya lagi dengan keras.“Kau tak perlu bersandiwara lagi Sebaya, Sangkawuni bisa membuktikan kalau kau adalah dalang dari semua ini”. ucap Bintang tiba-tiba hingga kembali membuat wajah Sebaya berubah. Kini para tetua Perkumpulan Pengemispun ikut menatap kearahnya.“Benar, sejak tadi kami tak melihat Sangkawuni, dimana dia Sebaya. ?”. tanya s
“Kita semua ini bersaudara, kenapa kita harus saling bertempur.”. ucap gusti Patih Suwandaru lagi dengan keras.“Sebaya, sekarang katakan apa maumu. ?”. ucap gusti Patih Suwandaru lagi, ucapan mengalah gusti Patih Suwandaru jelas mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu, sementara Sebaya hanya tersenyum penuh kemenangan.“Aku hanya ingin diberi kesempatan untuk menjadi guru besar di Perkumpulan Pengemis ini gusti patih. Aku yakin ditanganku Perkumpulan Pengemis akan menjadi semakin kuat dan akan sangat disegani keberadaannya dirimba persilatan”. ucap Sebaya lagi dengan yakinnya.“Huh !! kau salah Sebaya, ditanganmu justru Perkumpulan Pengemis ini akan semakin hancur”. ucap salah seorang tetua lagi tak kalah keras.“Kalian jangan terlalu meremehkan kesaktianku, aku bisa membuktikan kalau aku mampu untuk menjadi guru besar di Perkumpulan Pengemis”. ucap Sebaya tak kalah sengit.Suasana
“Keparat”. maki Sebaya dengan amarahnya.“Crabbb.”. Sebaya terlihat langsung memendamkan hulu tongkatnya ketanah, sesaat kemudian terlihat Sebaya langsung memejamkan kedua matanya dengan mulut berkomat kamit.Semua perhatian kini tertuju kearah Sebaya, menantikan apa yang akan dilakukan oleh Sebaya, dan ;“Creaabbb.....werrrr...”. tiba-tiba saja tongkat yang sejak tadi tertanam dihadapan Sebaya melenting keudara, bahkan bersamaan dengan itu sosok Sebayapun ikut melesat keudara dan menangkap tongkatnya dengan tangan kanannya.“Tongkat Darah.”. ucap Gusti Patih Suwandaru dengan wajah berubah. Ucapan Gusti Patih Suwandaru rupanya cukup terdengar oleh para tetua Perkumpulan Pengemis yang saat itu berada tak jauh dari Gusti Patih Suwandaru.“To....ongkat Darah....”. ulang salah satu tetua lagi dengan suara bergetar.“Maksud gusti patih itu adalah jurus Tongkat Darah milik Pengemis