Purnama datang, sinarnya terang menerangi alam mayapada, bintangpun ikut bertaburan menemaninya, tapi angin bertiup kencang malam itu, ini dapat kita lihat dari kibaran tenda-tenda yang tersusun rapi diatas padang gurun yang luas.
Di salah satu tenda, terlihat sesosok tubuh yang terikat diatas sebuah tempat pembaringan, tapi hanya kedua tangannya yang terikat, anehnya sosok tubuh itu tampak tidak banyak berbuat apa-apa, hanya kepalanya saja sesekali yang terlihat bergerak kesana kemari. Dari sosok dan wajahnya yang tertutup oleh sebuah cadar dapat dipastikan kalau sosok itu adalah seorang gadis.
Entah apa yang terjadi, tapi terlihat sekujur wajah gadis itu tampak mengeluarkan cucuran keringat.
“Percuma saja putri, tenaga dalam tidak akan bisa melenyapkan racun Tu bù shénjīng sōngchí (pelemas syaraf kaki) dan selama satu minggu ini tubuh tuan putri tidak akan bisa digerakkan.”. tiba-tiba saja sebuah suara terdeng
Apa yang terjadi ? tak jauh dari tempat itu, satu sosok bayangan biru berkelebat menembus kegelapan malam. Begitu cepatnya sampai sulit untuk melihat bayangan sosok tersebut diantara kegelapan malam.Malam terus berjalan, seiring dengan berkelebatnya sosok bayangan biru itu meintasi gurun pasir tersebut, tak lama kemudian sosok bayangan biru itu berhenti diantara bebukitan terjal yang ada dihadapannya.Kini barulah terlihatlah sosok raut wajah dari sosok bayangan biru tersebut, raut wajah yang amat kita kenal yang tak lain adalah Bintang.Apa yang terjadi pada tenda perbekalan pasukan mongol itu memanglah bagian dari rencana Bintang untuk menyelamatkan sang putri, begitu semua perhatian tertuju keluar, Bintang segera berkelebat masuk dan membawa sosok sang putri kedalam pangkuannya.Sang putri sendiri sejak dari dibawa dari dalam tenda, hanya mampu memejamkan matanya karena begitu cepatnya kelebatan orang yang membawanya, dia merasakan dirinya seperti dib
Pagi baru saja datang. Bahkan sinar mentaripun belum terlihat diufuk timur. Bahkan udara masih berhembus kencang pagi itu, masih terasa dingin menyejukkan kulit. “Panglima! Kami berhasil mendapatkannya”. sebuah suara keras membuat Putri Yuan Ming Zhu terbangun dari tidurnya. Dan alangkah terkejutnya sang putri saat dia tersadar kalau saat ini dia sudah berada diatas tandu dengan tangan terikat.Ke-4 orang yang menggotongnya terlihat berjalan keluar dari goa. “Lepaskan! Lepaskan aku!”. Putri Yuan Ming Zhu hanya bisa berteriak tanpa bisa berbuat apa-apa, karena tangannya terikat, sementara kedua kakinya masih tidak bisa untuk digerakkan.Begitu berada diluar, terlihatlah belasan orang prajurit telah menunggu, salah seorang diantaranya adalah Panglima Sobeki.“Ha ha ha...! Akhirnya berhasil hamba dapatkan kembali sang putri”. ucap Panglima Sobeki tertawa keras, tapi ; “Serrrrrr”. satu bayangan biru berkelebat cepat, d
Putri Yuan Ming Zhu tak kuasa untuk melihat yang terjadi, kedua tangan menutupi wajahnya saat sesaat sebelum rantai itu menembus tubuh Bintang. “Trangg....tragggg.”. tapi sesaat sebelum rantai itu mengenai tubuh Bintang, tiba-tiba saja terdengar suara benturan senjata yang menimbulkan percikan bunga api. “Tranggg.....tranggg.”. kejap berikutnya kembali terdengar suara benturan senjata yang juga memercikan bunga api, apa yang terjadi berikutnya sungguh mengejutkan, keempat rantai yang tadi menyerang kearah Bintang tampak telah putus berantakan, kini semua perhatian kembali tertuju kearah Bintang, bahkan Putri Yuan Ming Zhu ikut kembali membuat kedua matanya dan ikut melihat kearah Bintang. Ditempatnya Bintang kini sudah berdiri, tapi ditangan Bintang tampak tergenggam sebilah pedang yang sebelumnya ada dipunggung Bintang. Rupanya dengan pedang inilah tadi Bintang memutuskan rantai yang mengikat kedua kakinya dan dengan gerakan cepat pula Bintang memapas putus
Panglima Sobeki sendiri kini tampak berbalik kearah Putri Yuan Ming Zhu. “Sepertinya tuan putri sudah tidak sabar ya, dulu keinginan hamba untuk menikmati tuan putri masih tertunda, tapi kali ini takkan ada yang menghalangi lagi.”. ucap Panglima Sobeki lagi seraya mendekat kearah Putri Yuan Ming Zhu.Wajah Putri Yuan Ming Zhu berubah pucat, masih teringat dipikirannya beberapa waktu yang lalu saat Panglima Sobeki mencoba untuk menjamah dirinya, saat itu untung saja Bintang sempat menolongnya. Semakin dekat sosok Panglima Sobeki kepadanya, semakin berubahlah pucat paras Putri Yuan Ming Zhu.“Pertarungan kita belum selesai.”. tiba-tiba saja sebuah suara membuat langkah Panglima Sobeki terhenti. Dan dia berbalik, benar saja, dibelakangnya telah berdiri sosok Bintang. Walau dari bibir Bintang mengeluarkan darah yang menandakan kalau Bintang telah menderita luka dalam, tapi Bintang masih mampu berdiri dengan tegap.“Baiklah kalau begitu,
Pagi baru saja datang, bahkan sang mentaripun belum menampakkan dirinya di ufuk timur, tapi semburat cahaya keemasannya sudah memancar terang.Harum semerbak ayam panggang tercium santer, cukup menyengat penciuman, dan hal inipulalah yang rupanya yang membuat sosok Putri Yuan Ming Zhu terbangun. Hidungnya yang indah dan mencung terlihat mengendus-endus harum semerbak yang mengusik penciuamannya. Sang putri jelita terlihat bangkit dari tempat tidurnya, pandangannya terlihat mencari-cari sumber asal bau-bauan tersebut. Sang putri tersenyum saat melihat tak jauh darinya seorang pemuda tengah memanggang seekor ayam diatas pemanggangan api.“Sudah bangun putri. Bagaimana keadaan kakinya, sudah lebih baik?”. ucap Bintang lembut kearahnya. Putri Yuan tersenyum kemudian melihat kearah kedua kakinya sendiri, kedua mata Putri Yuan terlihat berkerut.“Kakiku.”. ucap sang putri dengan wajah ceria saat merasakan kakinya sudah bisa kembali digerakkan,
Malam menyambut pesta kecil yang diadakan di kapal Laksamana Ho-Tian untuk menyambut kepulangan Putri Yuan Ming Zhu yang berhasil diselamatkan oleh Bintang.Malam itu Bintangpun menceritakan tentang bagaimana dia bisa menyelamatkan Putri Yuan Ming Zhu dari tangan Panglima Sobeki, sepanjang cerita, Laksamana Ho-Tian beserta para prajurit terdengar mendengarkannya dengan penuh seksama, ada kekaguman diwajah mereka mendengar cerita Bintang, tapi dengan penuh kerendahan hati Bintang tidak menceritakan tentang bagaimana dia berhasil mengalahkan Panglima Sobeki beserta pasukannya.“Begitu ceritanya laksamana, hamba berhasil membawa kabur tuan putri disaat penglima sobeki dan pasukannya lengah..”. ucap Bintang lagi.“Hmmm... Benar-benar suatu keberuntungan”. ucap Laksamana Ho-Tian lagi dengan wajah berbinar.“Yah. Suatu keberuntungan hamba bisa lolos... Ha ha ha...!”. ucap Bintang tertawa, Laksamana Ho-Tian dan para prajuritpu
Putri Yuan Ming Zhu sendiri terlihat melirik kearah Bintang yang saat itu juga tengah menatap kearahnya hingga beradu pandanglah keduanya, Bintang memang sangat mengagumi kecantikan dan keanggunan sosok Putri Yuan Ming Zhu dan Bintang tak mampu untuk menyembunyikan hal itu dari pandangannya. Tapi Putri Yuan Ming Zhu pun sebenarnya menyimpan perasaan yang sama kepada Bintang.Putri Yuan Ming Zhu terlihat memberikan tanda kepada Bintang untuk mengajaknya keluar, Bintang menganggukkan wajahnya dan mengikuti langkah Putri Yuan keluar. Diluar langit malam tampak membentang dengan luas. Bintang–bintangpun tampak bertaburan dengan terang menemani sang bulan malam itu.“Malam ini begitu indah ya kak”. ucap Putri Yuan lagi Bintang tak menjawab tapi ikut memandangkan pandanganya kearah langit.“Temani Yuan jalan-jalan dipantai yuk kak”. ucap Putri Yuan lagi, lagi-lagi Bintang tak menjawab, tapi menganggukkan wajahnya. Dan dengan ringan Bintan
Tersentuh hati Bintang melihat hal itu, dengan keberaniannya, Bintang mengangkat wajah Putri Yuan dan menatap kearahnya, dengan lembut pula Bintang menghapus air mata yang mengalir diwajah indah sang putri.“Nona Yuan jangan bersedih, besok kita kembali menemui ayah nona, dan hamba akan membantu untuk berjuang bersama mengusir tentara mongol dari negeri nona.”. ucap Bintang lagi mantap, ucapan Bintang kali ini cukup membuat wajah Putri Yuan Ming Zhu berubah, ditatapnya Bintang dengan tatapan penuh arti seakan ingin mencari kebenaran dari ucapan Bintang.“Kakak mau membantu kami melawan tirani Kaisar Shun-Ti.?”. tanya Putri Yuan lagi.“Yah. Asalkan nona Yuan mau berjanji satu hal pada hamba”. ucap Bintang lagi.“Katakan saja kakak, Yuan pasti akan menuruti apa kata kakak”. Ucap Putri Yuan lagi“Hamba ingin mulai sekarang nona Yuan jangan bersedih lagi apalagi sampai menangis”. ucap Bintang