Putri Yuan Ming Zhu tak kuasa untuk melihat yang terjadi, kedua tangan menutupi wajahnya saat sesaat sebelum rantai itu menembus tubuh Bintang. “Trangg....tragggg.”. tapi sesaat sebelum rantai itu mengenai tubuh Bintang, tiba-tiba saja terdengar suara benturan senjata yang menimbulkan percikan bunga api. “Tranggg.....tranggg.”. kejap berikutnya kembali terdengar suara benturan senjata yang juga memercikan bunga api, apa yang terjadi berikutnya sungguh mengejutkan, keempat rantai yang tadi menyerang kearah Bintang tampak telah putus berantakan, kini semua perhatian kembali tertuju kearah Bintang, bahkan Putri Yuan Ming Zhu ikut kembali membuat kedua matanya dan ikut melihat kearah Bintang. Ditempatnya Bintang kini sudah berdiri, tapi ditangan Bintang tampak tergenggam sebilah pedang yang sebelumnya ada dipunggung Bintang. Rupanya dengan pedang inilah tadi Bintang memutuskan rantai yang mengikat kedua kakinya dan dengan gerakan cepat pula Bintang memapas putus
Panglima Sobeki sendiri kini tampak berbalik kearah Putri Yuan Ming Zhu. “Sepertinya tuan putri sudah tidak sabar ya, dulu keinginan hamba untuk menikmati tuan putri masih tertunda, tapi kali ini takkan ada yang menghalangi lagi.”. ucap Panglima Sobeki lagi seraya mendekat kearah Putri Yuan Ming Zhu.Wajah Putri Yuan Ming Zhu berubah pucat, masih teringat dipikirannya beberapa waktu yang lalu saat Panglima Sobeki mencoba untuk menjamah dirinya, saat itu untung saja Bintang sempat menolongnya. Semakin dekat sosok Panglima Sobeki kepadanya, semakin berubahlah pucat paras Putri Yuan Ming Zhu.“Pertarungan kita belum selesai.”. tiba-tiba saja sebuah suara membuat langkah Panglima Sobeki terhenti. Dan dia berbalik, benar saja, dibelakangnya telah berdiri sosok Bintang. Walau dari bibir Bintang mengeluarkan darah yang menandakan kalau Bintang telah menderita luka dalam, tapi Bintang masih mampu berdiri dengan tegap.“Baiklah kalau begitu,
Pagi baru saja datang, bahkan sang mentaripun belum menampakkan dirinya di ufuk timur, tapi semburat cahaya keemasannya sudah memancar terang.Harum semerbak ayam panggang tercium santer, cukup menyengat penciuman, dan hal inipulalah yang rupanya yang membuat sosok Putri Yuan Ming Zhu terbangun. Hidungnya yang indah dan mencung terlihat mengendus-endus harum semerbak yang mengusik penciuamannya. Sang putri jelita terlihat bangkit dari tempat tidurnya, pandangannya terlihat mencari-cari sumber asal bau-bauan tersebut. Sang putri tersenyum saat melihat tak jauh darinya seorang pemuda tengah memanggang seekor ayam diatas pemanggangan api.“Sudah bangun putri. Bagaimana keadaan kakinya, sudah lebih baik?”. ucap Bintang lembut kearahnya. Putri Yuan tersenyum kemudian melihat kearah kedua kakinya sendiri, kedua mata Putri Yuan terlihat berkerut.“Kakiku.”. ucap sang putri dengan wajah ceria saat merasakan kakinya sudah bisa kembali digerakkan,
Malam menyambut pesta kecil yang diadakan di kapal Laksamana Ho-Tian untuk menyambut kepulangan Putri Yuan Ming Zhu yang berhasil diselamatkan oleh Bintang.Malam itu Bintangpun menceritakan tentang bagaimana dia bisa menyelamatkan Putri Yuan Ming Zhu dari tangan Panglima Sobeki, sepanjang cerita, Laksamana Ho-Tian beserta para prajurit terdengar mendengarkannya dengan penuh seksama, ada kekaguman diwajah mereka mendengar cerita Bintang, tapi dengan penuh kerendahan hati Bintang tidak menceritakan tentang bagaimana dia berhasil mengalahkan Panglima Sobeki beserta pasukannya.“Begitu ceritanya laksamana, hamba berhasil membawa kabur tuan putri disaat penglima sobeki dan pasukannya lengah..”. ucap Bintang lagi.“Hmmm... Benar-benar suatu keberuntungan”. ucap Laksamana Ho-Tian lagi dengan wajah berbinar.“Yah. Suatu keberuntungan hamba bisa lolos... Ha ha ha...!”. ucap Bintang tertawa, Laksamana Ho-Tian dan para prajuritpu
Putri Yuan Ming Zhu sendiri terlihat melirik kearah Bintang yang saat itu juga tengah menatap kearahnya hingga beradu pandanglah keduanya, Bintang memang sangat mengagumi kecantikan dan keanggunan sosok Putri Yuan Ming Zhu dan Bintang tak mampu untuk menyembunyikan hal itu dari pandangannya. Tapi Putri Yuan Ming Zhu pun sebenarnya menyimpan perasaan yang sama kepada Bintang.Putri Yuan Ming Zhu terlihat memberikan tanda kepada Bintang untuk mengajaknya keluar, Bintang menganggukkan wajahnya dan mengikuti langkah Putri Yuan keluar. Diluar langit malam tampak membentang dengan luas. Bintang–bintangpun tampak bertaburan dengan terang menemani sang bulan malam itu.“Malam ini begitu indah ya kak”. ucap Putri Yuan lagi Bintang tak menjawab tapi ikut memandangkan pandanganya kearah langit.“Temani Yuan jalan-jalan dipantai yuk kak”. ucap Putri Yuan lagi, lagi-lagi Bintang tak menjawab, tapi menganggukkan wajahnya. Dan dengan ringan Bintan
Tersentuh hati Bintang melihat hal itu, dengan keberaniannya, Bintang mengangkat wajah Putri Yuan dan menatap kearahnya, dengan lembut pula Bintang menghapus air mata yang mengalir diwajah indah sang putri.“Nona Yuan jangan bersedih, besok kita kembali menemui ayah nona, dan hamba akan membantu untuk berjuang bersama mengusir tentara mongol dari negeri nona.”. ucap Bintang lagi mantap, ucapan Bintang kali ini cukup membuat wajah Putri Yuan Ming Zhu berubah, ditatapnya Bintang dengan tatapan penuh arti seakan ingin mencari kebenaran dari ucapan Bintang.“Kakak mau membantu kami melawan tirani Kaisar Shun-Ti.?”. tanya Putri Yuan lagi.“Yah. Asalkan nona Yuan mau berjanji satu hal pada hamba”. ucap Bintang lagi.“Katakan saja kakak, Yuan pasti akan menuruti apa kata kakak”. Ucap Putri Yuan lagi“Hamba ingin mulai sekarang nona Yuan jangan bersedih lagi apalagi sampai menangis”. ucap Bintang
Matahari baru saja menyinari alam, sinar kuning keemasan terlihat memancar dengan penuh keagungan, dikejauhan terdengar suara kokok ayam jantan berkumandang diiringi suara kicau burung yang saling bersahut-sahutan diantara dedahanan.Sebuah kapal tampak tersandar ditepian sebuah pantai, diatas geladak kapal terlihat sudah berdiri beberapa sosok tubuh. Sebagaimana dikisahkan dalam cerita sebelumnya (Gerombolan Bajak Laut Panji Tengkorak) dimana Bintang yang menerima perintah untuk ikut bersama raden santang untuk menjemput Ayu Larasati dinegeri Malaya, justru ditengah perjalanan kapal rombongan Bintang dicegat oleh gerombolan bajak laut Panji Tengkorak, setelah melepaskan rombongan raden santang beserta rombongannya, Bintang menggantikan kebebasan dirinya sebagai balasannya, tapi Panji Tengkorak justru membantu Bintang untuk melarikan diri dari pulau gerombolan bajak laut mereka.Di tengah perjalanan Bintang justru bertemu dengan Laksamana Ho-Tian yang saat itu
Dua sosok yang berada disebelah kanan, yang berada paling depan, sosok yang mengenakan pakaian layaknya seorang jenderal, dia bernama Jenderal Zeigan atau yang lebih dikenal sebagai si dewa api. Sesuai julukannya, sang jenderal ini terlihat memiliki rambut yang berwarna merah menyala.Di sebelahnya, juga duduk sesosok yang juga berpakaian sama dengannya, hanya saja yang berbeda adalah rambutnya, dimana sosok yang berada disebelah jenderal Zeigan ini memiliki rambut berwarna putih, seputih salju. Dia bernama jenderal Yinzhen atau yang lebih dikenal dengan sebutan si Dewa Salju.Lalu dua orang yang berada disebelah kiri, juga adalah dua jenderal kepercayaan Kaisar Shun-Ti, yang berada paling depan bernama Jenderal Tou Ba Gui atau yang lebih dikenal dengan sebutan si Dewa Badai Gurun dan yang terakhir adalah Jenderal Gong Oljeytu atau yang lebih dikenal dengan sebutan si Dewa Racun.Itulah nama ke-4 jenderal kebanggaan Kaisar Shun-Ti, bersama ke-4 jenderalnya, Kais
Malam menyelimuti kegelapan malam, sang bulanpun tampak bersinar redup malam itu, awan mendung tampak menyelimuti sang bulan, tapi sang Bintang masih tetap setia menemani. Angin bertiup perlahan, menghembur layar sebuah kapal besar yang melaju perlahan menembus ombak.Seorang pemuda berjubah biru terlihat berdiri dianjungan kapal, sebilah pedang terlihat tersampir dipunggungnya. Mata sang pemuda terlihat menatap jauh kedepan, tatapannya kosong seakan tengah memikirkan sesuatu. Bila menilik lebih dekat, sosok itu adalah Bintang adanya.Saat ini bayangan masa lalunya terlintas dipemikirannya, bayangan wajah-wajah wanita yang pernah hadir dalam hidupnya membayang dipelupuk matanya, tapi diantara semua wajah cantik itu seraut wajah cantik jelita muncul dipikiran Bintang.“Putri Yuan Ming Zhu...”. ucap Bintang perlahan. Saat ini Bintang tengah dilanda kebingungan dan kalut akan pikirannya. Janjinya pada Putri Yuan Ming Zhu untuk selalu bersama dan menjaga