“Kesaktian Budha Tiada Tara.... Heaaa... wusshh...wushh!” sosok Tuan Muda Hararaya langsung melesat kebawah dengan jurus yang sangat luar biasa dahsyatnya, bayangan Budha raksasa yang langsung melesat dengan tapak yang mengeluarkan semburat cahaya kuning keemasan, begitu besarnya wujud sang Budha sampai-sampai ingin menutupi cakrawala langit. Bagaikan seekor rajawali yang tengah menukik deras kebawah, sosok Tuan Muda Hararaya melesat dengan kecepatan yang sangat luar biasa dengan diiringi kedahsyatan jurus tingkat ke-8 dari kepalan Budha, jurus Kesaktian Budha Tiada Tara.
Di bawah, sosok Bintang masih belum terlihat dari dalam lubang yang terbentuk karena tadi terhantam tubuh Bintang hingga tubuh Bintang melesat kedalam tanah dan menimbulkan lobang yang cukup besar. Sementara itu serangan Tuan Muda Hararaya sudah semakin mendekat dan terus mendekat. Sebelum sosok Tuan Muda Hararaya masuk kedalam lubang tersebut, ; “Perisai Bintang.
Cabut senjatamu Ksatria Pengembara! atau kau akan menyesal”. Ucap Tuan Muda Hararaya lagi dengan suara keras. Bintang sendiri semakin bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang, haruskah dia mengadu jiwa dengan Tuan Muda Hararaya.“Kakak! jangan sampai kalah”. Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar ditelinga Bintang, sebuah suara yang tentu saja Bintang sangat mengenalinya.“Adik kim”. ucap Bintang lagi. Rupanya Putri Kim Si Hyang telah mengirimkan suaranya lewat ajian Sutra Batin yang pernah Bintang ajarkan padanya. Sejenak Bintang menolehkan pandangannya kearah sebuah bukit yang berada cukup jauh dari tempatnya berada sekarang. Bintang dapat mendeteksi suara Putri Kim Si Hyang berada di bukit itu.“Kim mohon kakak jangan sampai kalah... Kim takkan bisa hidup kalau kakak sampai tewas ditangan Tuan Muda Hararaya” kembali terdengar suara Putri Kim Si Hyang lagi dengan suara terisak. Ucapan Putri Kim Si Hy
Malam itu adalah malam bulan purnama, terangnya sinar bulan yang bersinar malam itu membuat kota raja Wijayanagara terang benderang, jalanan kotaraja sudah tampak sepi, sesekali beberapa orang prajurit terlihat meronda memantau suasana kota. Di istana wijayangara sendiri, semua orang sudah kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Di salah satu kamar, terlihat sepasang muda-mudi yang tengah berdiri didepan sebuah jendela yang terbuka, keduanya terlihat tengah menatap keindahan bulan purnama malam itu, yang saat itu adalah sosok seorang dara berparas cantik nan jelita dengan pipi merona merah yang terlihat mengenakan pakaian putih yang berlapis dengan pakaian sutra berwarna biru. Rambutnya yang panjang terlihat ditatanya membentuk poni dengan begitu indah ditambah sebuah mahkota emas kecil bertahtakan diatas kepalanya dan dihiasi dengan butiran-butiran mutiara yang berkilau bila diterpa cahaya, sepasang anting mutiara tersampir indah dikedua belah telinganya,
ISTANA DEWA, negeri para dewa, tepatnya di istana tertinggi yang ada dipuncak bukit dewa. Sesosok tubuh terlihat melangkah menaiki tangga Istana Dewa. Menilik dari sosoknya jelas kalau sosok ini tampak mengenakan pakaian baju jirah besi yang menutupi tubuhnya yang terbuat dari emas. Sebuah jubah panjang membentuk sayap juga terlihat dipunggungnya. Saat dilihat lebih dekat, ternyata sosok berjubah emas ini adalah sosok seorang gadis muda. Wajahnya terlihat begitu anggun dan cantik menawan, jirah emas yang dikenakan ditubuhnyapun tak mampu menutupi keindahan dan kemolekan tubuh yang dimilikinya. Langkahnya terlihat begitu tenang menaiki satu demi satu tangga batu yang menjadi penghubung di Istana Dewa tersebut. Begitu sampai di puncak bangunan, sosok molek ini tidak menghentikan langkahnya yang terus berjalan memasuki bangunan tersebut.Langkahnya baru terhenti saat tiba disebuah ruangan besar yang penuh dengan gemerlap keemasan, dimana bahan bangunan ruangan itu lebih banyak t
Malam menyelimuti alam, kegelapan menghampar membentang disepanjang cakrawala langit. Rembulan bersinar redup malam itu, tapi Bintang-Bintang bertaburan memenuhi angkasa. Sebuah nyala api unggun terlihat menerangi disalah satu sudut hutan.Bila kita menilik lebih dekat, didekat api unggun terlihat sesosok tubuh tengah duduk seraya menatap nyala api unggun yang ada dihadapannya, walau hanya diterangi oleh nyala api, tapi kecantikan dan kejelitaan wajahnya terlihat dengan jelas, sosok ini tampak mengenakan pakaian berwarna hijau pupus yang menutupi tubuhnya sampai ke paha, hingga pahanya yang putih terlihat begitu indah dan mulus, Rambutnya panjang terurai hingga sebatas pinggang terlihat dikuncir seperti ekor kuda, tapi yang luar biasa adalah warna rambutnya yang tidak berwarna hitam seperti gadis pada umumnya, melainkan berwarna merah menyala. Dipunggungnya terlihat tersampir sebuah busur panah dan anak panahnya. Siapakah gadis muda ini sebenarnya, pada cerita sebelumnyapun (
“Nama hamba Kun Yu dan ini adik saya Kun Huan. Kami adalah Pelindung kanan dan kiri dari Sekte Budha Hidup, kalau boleh kami tahu, siapakah nama nona?”. Ucap rahib yang bernama Kun Yu ini lagi seraya memperkenalkan dirinya untuk membuat diri mereka berkesan dihadapan sang gadis.“Sekte Budha Hidup...”. batin Putri Virgo sempat tertegun mendengar nama Sekte Budha Hidup, Sekte Budha Hidup adalah sebuah aliran besar yang ada didaerah selatan yang nama besarnya juga sampai kenegerinya, negeri para dewa, tapi walaupun begitu Putri Virgo tetap tenang dan tidak menampakkan wajah terkejutnya. Mendengar sebutan Pelindung kanan dan kiri, Putri Virgo yakin kedua orang yang ada dihadapannya ini bukanlah orang sembarangan. Melihat sikap dingin sang gadis, membuat Kun Yu semakin gemas dan penasaran. Seakan-akan nama besar Pelindung kiri dan kanan Sekte Budha Hidup tidak dipandang sama sekali. Kun Yu yakin gadis menawan yang ada dihadapannya ini adalah orang pe
2 minggu berlalu sudah semenjak peristiwa besar yang terjadi di India, peristiwa yang sangat menggegerkan dunia persilatan dengan berhasil dikalahkannya pewaris Tapak Budha oleh Ksatria Pengembara.Istana Wijayanagara. Para pejabat dan petinggi negara tengah berkumpul di aula utama istana.“Jadi keinginanmu sudah bulat untuk pergi tuan Bintang?” ucap seorang laki-laki gagah dengan pakaian kebesarannya, mahkota emas dikepalanya menandakan kalau dia adalah maharaja Wijayanagara yang agung. Di hadapannya tampak pula duduk bersila sosok seorang pemuda tampan berjubah biru dan sosok seorang gadis jelita berpakaian biru pula. Mereka tak lain adalah Bintang dan putri Kim si hyang adanya.“Benar maharaja. Sudah saatnya hamba bersama istri hamba melanjutkan perjalanan. Hamba minta maaf kalau selama hamba disini telah banyak merepotkan”. Ucap Bintang seraya menjura hormat kepada semua yang ada ditempat itu.“Jangan berkata beg
Mega merah terlihat membentang disepanjang ufuk barat, mataharipun tampak bersandar teduh disudut pandangan. Sekelompok burung terlihat terbang bergerombol pulang ke sarang. “Hiaa...hiaaa”. terdengar suara keras membahana disusul dengan terlihatnya seekor kuda yang dipacu cepat melintasi jalan setapak. Kuda ini tampak ditunggangi oleh seorang gadis gagah berparas cantik nan jelita, mengenakan pakaian putih yang berlapis biru. Rambutnya yang panjang terlihat ditatanya membentuk poni dengan begitu indah ditambah sebuah mahkota emas kecil bertahtakan diatas kepalanya dan dihiasi dengan butiran-butiran mutiara yang berkilau bila diterpa cahaya, sepasang anting mutiara tersampir indah dikedua belah telinganya, dilehernya yang jenjang dan indah itu tersampir sebuah kalung berlian bermata biru, dihidung kanannyapun terlihat sebuah berlian menghias begitu berkilau bila diterpa sinar, bibirnya yang tipis merah merekah begitu menggoda untuk setiap lelaki yang memandangnya, sosokny
Sebuah bangunan tua dan besar berdiri kokoh ditengah-tengah padang gurun pasir yang luas, matahari baru saja tenggelam di ufuk barat, tapi mega-mega merah masih terpapar jelas dikejauhan. Angin mulai berhembus kencang menerbangkan debu-debu yang mulai menutupi pandangan. Hal ini pula mungkin yang membuat bangunan besar yang ternyata adalah sebuah penginapan itu mulai dipadati oleh orang-orang yang menjauhkan diri dari keganasan badai gurun pasir dimalam hari. Letaknya yang strategis membuat penginapan ini selalu ramai oleh para pengembara yang sekedar numpang menginap sebelum keesokan harinya meneruskan perjalanan. Menyelinap masuk kedalam, ternyata penginapan tua itu didalamnya cukup luas, bangunan itu terdiri dari beberapa lantai keatas, sementara dibagian bawahnya tersedia tempat makan yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang rata-rata berasal dari kalangan pendekar. Ini terlihat jelas dari pakaian yang mereka kenakan juga senjata yang mereka bawa. Semua terlihat sibuk d