Matahari sudah bersinar cukup tinggi di peraduannya, sinarnya yang tadi hangat kini mulai menyengat. Pemandangan diatas Bukit Batu Bulan sudah terlihat ramai dengan hiruk pikuk para pendekar.
Suasana hiruk pikuk yang begitu riuh diatas puncak Bukit Batu Bulan bukan tanpa alasan, saat ini di arena pertarungan tengah terjadi suatu pertarungan dahsyat antara Biksu Siauw Liem Sie dari Shaolin Utara menghadapi Wang Choyang dari Partai Suci Teratai Putih. Keduanya terlihat sama-sama tak mau mengalah hingga pertarungan berlangsung sengit.
Biksu Siauw Liem Sie terlihat mengandalkan jurus ‘Perisai Lonceng Emas’ yang terkenal untuk pertahanannya, sedangkan Wang Choyang sendiri terlihat menggunakan Jurus ‘Pedang Dewa 6 Nadi’ yang juga tak kalah terkenal di dunia persilatan, sinar-sinar yang keluar dari jari jemari Wang Choyang berterbangan mencari sasaran disetiap lekuk tubuh Biksu Siauw Liem Sie. Biksu Siauw Liem Sie sendiri sesekali men
“Geledek Besar Sembilan Matahari...Heaaa...wussshhh.”. Wang Choyang maju dengan dahsyatnya dengan jurus andalan ditangannya. Biksu Siauw Liem Siepun tak mau kalah, dan ;“Menyongsong Budha di langit Barat...Heaaaa!”. Biksu Siauw Liem Sie melepaskan salah satu jurus dahsyat yang dimiliknya, bayangan budha yang tercipta dari jurus yang digunakan oleh Biksu Siauw Liem Sie ikut melesat kedepan.“Bum..buumm...buuummm..bllaarrrrrr..”. ledakan beruntun terjadi sebelum kedua pukulan dahsyat itu bertemu dan disusul satu ledakan besar dan dahsyat yang membuat tempat itu bergetar dengan hebat bagaikan tengah dilanda gempa besar.“Huak”. Biksu Siauw Liem Sie terlihat langsung memuntahkan darah kental dari bibirnya seraya memegangi dadanya yang terasa nyeri, luka dalam yang diderita oleh Biksu Siauw Liem Sie cukup parah, tapi nasibnya lebih beruntung daripada Wang Choyang yang terlihat terkapar cukup jauh dari
Hampir semua pendekar dunia persilatan yang hadir ditempat itu bangkit berdiri, termasuk 4 dewa penjaga gerbang.“Dewa Mars Pyroeis”. ucap 4 dewa penjaga gerbang hampir bersamaan.Sesosok tubuh tinggi besar dengan bentuk tubuh yang sangat kekar berotot, hal ini dapat terlihat karena sosok tersebut tidak mengenakan pakaian bagian atas, hanya mengenakan kain berwarna kecoklatan untuk menutupi tubuhnya bagian bawah. Di kedua tangannya yang sangat kekar berotot terlihat lilitan kain putih yang membungkur kedua tangannya, sebuah tasbih besar terlihat mengalung di lehernya, wajahnya kurang terlihat jelas karena tertutup oleh sebuah caping jerami, tapi yang paling menakjubkan juga menggetarkan dari sosok ini adalah warna kulitnya yang berwarna kemerahan tidak umum untuk warna kulit seorang manusia pada umumnya. Sosok tinggi besar yang kini berdiri ditengah-tengah arena pertarungan.Sejenak terlihat sosok kemerahan tersebut terlihat m
Semua perhatian langsung tertuju kearah sosok yang ternyata adalah Ketua dari partai Matahari Terbang, sosok lelaki besar berperawakan gagah. Kumis hitamnya yang tebal membuat sosoknya semakin memancarkan aura wibawa yang sangat kuat. Di jagat persilatan dia dikenal dengan nama Raja Matahari Terbang.“Huh! ingin memberi pelajaran, sombong sekali”. Ucap Raja Matahari Terbang tak kalah sombong.Pyroeis si Dewa Mars terlihat menatap tajam kearah sosok Raja Matahari Terbang yang beberapa langkah ada dihadapannya. “Ternyata ada juga yang bernyali ditempat ini, bagus! bagus!”. ucapnya lagi.“Apakah tidak ada yang ingin maju sekalian. biar cepat selesai”. Ucap Pyroeis lagi menatap kearah sekelilingnya dengan angkuhnya.“Aku Raja Matahari Terbang sudah cukup untuk melawanmu manusia sombong”.Raja Matahari Terbang terlihat menghimpun tenaganya, dan merapakatkan kedua tangannya ;“‘Golok
Raja Matahari Terbang sudah turun kembali kebawah dan kini menatap Dewa Mars dengan tatapan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.“Golok Bulan Heaa”“Wussh...wushhh...wushhh”Sesosok tubuh melesat masuk ke arena pertarungan dan langsung melancarkan serangan beruntun dan mematikan kearah Dewa Mars. Begitu cepat sampai-sampai Dewa Mars tak sempat untuk menghindar dan memapaki serangan tersebut, dan ;“Bett..bett..bettt..bettt”. beberapa sinar keperakan membentuk bulan sabit itu dengan telak menghantam tubuh Dewa Mars dari berbagai arah, tapi anehnya sosok Dewa Mars masih dengan tenangnya berdiri tegar ditempatnya, seakan-akan jurus mematikan itu tidak ada arti baginya.Dewa Mars hanya tampak mengibas-ngibaskan tubuhnya yang tadi terkena serangan, seakan ingin membuang debu yang menempel ditubuhnya, sementara itu, sosok yang tadi melepaskan serangan kini sudah berdiri disebelah Raja Matahari Terban
Sosok Raja Matahari Terbang dan Ratu Bulan terlihat sama-sama terlempar dengan hebat kebelakang, walau berhasil mengendalikan gerak jatuh tubuh mereka, tapi tak urung keduanya langsung jatuh terduduk dan langsung memuntahkan darah segar dari mulut mereka, warna keemasan yang membungkus tubuh mereka telah lenyap, sosok mereka telah kembali ke sosok asli mereka, dari kondisinya jelas kalau kedua tokoh dedengkot jagat persilatan ini tengah menderita luka dalam yang sangat hebat.Sementara itu sosok Dewa Mars masih tampak berdiri gagah ditempatnya, walau masih berdiri tegar, disela-sela bibirnya terlihat darah kental kehitaman merembes keluar, Dewa Mars hanya menyeka dengan tenangnya.“Hebat juga, manusia rendahan seperti kalian bisa melukaiku”. ucap Dewa Mars lagi menatap dengan garang kearah Raja Matahari Terbang dan Ratu Bulan yang sudah tak berdaya.“Serrr”. tiba-tiba saja sosok seorang biksu melesat dan berdiri dihadapan Raja Matahari Te
Suasana hening sesaat ditempat itu, tak ada satupun suara yang terdengar. “Tuittt...tuittttt..”. tiba-tiba saja sebuah suara alunan seruling terdengar membahana ditempat itu, semua perhatian langsung tertuju pada sosok wanita berpakaian serba merah yang kini tampak dengan tenang memasuki arena pertarungan, ditangannya terlihat sebuah seruling yang kini telah menempel dibibir merahnya yang telah mengalunkan suara seruling yang begitu mendayu-dayu. Dari perawakannya, kita tentu sudah mengenal wanita ini. Dia adalah Dewi Seruling Naga Emas. Nama Dewi Seruling Naga Emas yang sudah tak asing lagi sebagai pendekar wanita yang sangat disegani baik lawan maupun kawan. Perkumpulan Seruling Naga Emas yang didirikannyapun sangat terkenal di dunia persilatan, semua muridnyapun wanita.Aneh, semua pendekar yang ada ditempat itu merasa begitu terlena dengan alunan indah dari suara seruling yang tengah dimainkan oleh Dewi Seruling Naga Emas, tapi berbeda dengan Dewa Mars y
Semua pendekar yang ada ditempat itu menatap takjub kearah pertarungan tersebut, memasuki jurus ke-62, gadis bercadar putih melompat mundur, dan ;“Salju Terbang, Heaaa..!”“Wussh..wusshhh..wusshhhh”. gadis bercadar putih melepaskan serangan cepat berbentuk bongkahan-bongkahan es berujung runcing kearah Mahlagha. Mahlagha tahu serangan lawan tak bisa dianggap enteng, maka ;“Cangkang kura-kura..Heaaa”Mahlagha langsung membuat perisai pertahanan dirinya berbentuk cangkang kura-kura hitam, hingga ; “Blepp..bleppp. belep”. bongkahan-bongkahan es berujung runcingpun menghantam cangkang kura-kura pertahanan Mahlagha.Si gadis bercadar terus melepaskan serangan Salju Terbangnya mencoba mencari celah dari pertahanan Mahlagha, tapi Mahlagha benar-benar membuktikan kemampuannya sebagai Dewi Bumi dengan pertahanan yang sangat kuat, cangkang kura-kura hitamn
Kabut tebal menutupi segenap puncak Bukit Batu Bulan, tak seorangpun dapat menebak apa yang telah terjadi, semuanya hanya dapat menanti, berharap dengan penuh kecemasan sang gadis bercadar putih dapat mengalahkan Dewa Mars yang perkasa.Angin yang berhembus kencang, perlahan telah meniup pudar kabut tebal yang meringkupi puncak Bukit Batu Bulan, perlahan-lahan dua sosok tubuh masih terlihat berdiri tegar ditempatnya, yang satu adalah sosok sang gadis bercadar putih yang masih berdiri anggun ditempatnya, sementara disisi lain Pyroeis si Dewa Mars, sang Dewa Gunung yang perkasa juga masih berdiri ditempatnya dengan gagah, seakan tanpa luka apapun ditubuhnya.“Huakkkk”. tiba-tiba saja gadis bercadar putih memuntahkan darah kental kehitaman dari balik tirai cadar yang dikenakannya, tampak jelas luka dalam yang dideritanya seiring dengan jatuh berlututnya sang gadis bercadar.“Kau sungguh hebat mampu mengatasi serangan Energi Gunun