Pagi itu, seluruh keluarga besar Bintang, eyang putri, eyang Mandalaksana, Begawan Cakra Buana dan murid-muridnya juga termasuk kedua cucu eyang Mandalaksana, Roro Putri dan Roro Ajeng berkumpul diaula utama tempat kediaman Bintang.
“Jadi bagaimana Bintang? Apakah istri-istrimu mengizinkanmu menikah lagi?” tanya eyang Mandalaksana tanpa basa basi lagi. Bintang terdiam dan tampak memandang kearah istri-istrinya.
“Istri-istri hamba telah memberikan izin eyang” ucap Bintang dengan nafas berat.
“Ya... kami mengizinkan suami kami untuk menikah lagi eyang” sambung Putri Samudra lagi. Kali ini wajah eyang Mandalaksana dan eyang putri yang berubah mendengar jawaban Putri Samudra.
“Baiklah kalau memang itu keputusannya, sekarang katakan padaku Bintang, siapa yang kau pilih diantara kedua cucuku ini” ucap eyang Mandalaksana lagi kearah Roro Putri dan Roro Ajeng. Bintang menatap kearah Roro Putri dan Roro Ajeng secara
Roro Putri Srikandi duduk sendiri didepan meja rias yang ada didalam kamar pengantinnya, ditatapnya wajahnya yang cantik dari cermin yang ada dihadapannya, kecantikan Roro Putri yang memang sudah tak terbantahkan lagi, semakin terlihat cantik jelita dengan riasan penganten yang melekat didirinya, tak henti-hentinya bibir Roro mengumbar senyum bahagia mengingat proses ijab kabul yang tadi dilaksanakan. “Akhirnya kang Bintang menjadi suamiku.” ucap Roro Putri pelan, suatu kebahagiaan yang tak mampu oleh Roro dilukiskan dengan kata-kata, sejak hatinya terpaut kepada Bintang, keinginan Roro hanya satu yaitu menjadi istri Bintang dan kini semuanya sudah terwujud dan ini membuat hati Roro begitu bahagia tak terkira. Dengan senyum merona, Roro Putri mulai melepaskan satu demi satu perhiasan yang dikenakannya. “Kreaakkk” tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dari luar. Roro memalingkan wajahnya. “Kakang.” ucap Roro mengenali sosok lelaki tampan yang baru saja memasuki kamarnya. Roro segera ban
Yuki, putriku tercinta, Maaf bila ayah harus memberitahumu tentang hal ini baru sekarang. Sebenarnya ibumu berasal dari keluarga bangsawan dari kerajaan Keshogunan kÕgon dari kekaisaran utara negeri Muromachi. Ibumu memiliki seorang kakak bernama Go-kÕgon yang kemungkinan saat ini telah menjadi kaisar utara. Kakekmu kÕgon pernah mengatakan kalau pamanmu Go-kÕgon memiliki semacam penyakit yang membuatnya tidak akan bisa memiliki keturunan. Oleh karena itulah sebelum ayah dan ibu pergi meninggalkan negeri Muromachi, kakek mu berpesan agar kelak saat kami telah memiliki anak dan telah berumur 18
Lelaki yang mencengkram leher sipemilik rumah makan tampak berpaling dan menatap kearah rombongan orang asing tersebut.“Katakan pada mereka, orang asing jangan sombong disini, atau pulang hanya tinggal nama saja”. ucap lelaki tersebut seraya melemparkan sosok sipemilik rumah makan hingga jatuh terjengkang, tepat didekat rombongan orang asing tersebut.Salah seorang lelaki asing, yang sebelah matanya tertutup kain hitam tampak bangkit berdiri, dengan sangat tenang dia berjalan kearah kelima pendekar yang berada tak jauh dari mereka, saat berada tepat dihadapan lelaki yang tadi melempar sipemilik rumah makan, sosok lelaki bersarung tangan hitam ini tampak berhenti.“Coba katakan sekali lagi, apa yang barusan kamu katakan”. Ucap lelaki bermata satu ini tampak menatap tajam kearah lelaki yang ada dihadapannya, tatapannya yang begitu angker cukup membuat lelaki yang ada dihadapannya bergidik, tapi mana sudi dia memperlihatkan rasa gentarnya.
Di istana Blambang Sewu, ke-8 orang asing ini langsung di bawa menghadap gusti prabu Blambang Sewu yang saat itu sedang berkumpul dengan patih dan pembesar-pembesar istananya. Melihat kehadiran orang-orang asing tersebut tentu saja menjadi perhatian besar bagi mereka, termasuk pangeran Blambang Sewu yang saat itu matanya terus menatap takjub kearah sosok Mi hee yang memang begitu cantik dan menggoda.“Salam hormat saya gusti prabu, pangeran, mahapatih, patih” ucap senopati langsung menjura hormat.“Ada apa senopati, siapa orang asing yang kau bawa itu?” tanya seorang laki-laki tua yang penuh wibawa, dia adalah Mahapatih Ranggowo.“Mereka telah mengacau di pelabuhan Blambang Sewu mahapatih, 5 begal arit hitam telah menjadi korban mereka” ucap senopati menjelaskan.Salah seorang dari ke-8 orang tersebut tampak maju kedepan dan langsung menjura hormat. “Maafkan atas tindakan kami yang berlebihan tuan, tapi sungguh ka
Tak ingin kecolongan, Mahapatih Ranggowo bergerak menghindari serangan Iblis Tangan Besi dan langsung memberikan serangan balasan yang tak kalah cepat.“Degg” tapi serangan Mahapatih Ranggowo berhasil ditahan Iblis Tangan Besi dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.“Wuuwtt,.wuuttttt.”“Wussshhhhhhh” lagi-lagi Iblis Tangan Besi melancarkan serangan dahsyatnya. Kali ini Mahapatih Ranggowo langsung melompat menjauh karena tak ingin terkena serangan tersebut.“Wuuttttt,wssshhhhh” tapi rupanya Iblis Tangan Besi tak membiarkan hal itu terjadi begitu saja, Iblis Tangan Besi bergerak kedepan memburu sosok Mahapatih Ranggowo.“Buukkkk.” untung saja Mahapatih Ranggowo bergerak cepat menahan pukulan Iblis Tangan Besi dengan kedua lengannya, tapi walaupun begitu sosok Mahapatih Ranggowo tetap terpental jauh dibuatnya, Mahapatih Ranggowo berusaha mengendalikan gerak dirinya yang terseret keb
Di suatu tempat yang jauh, tepatnya disebuah pantai kecil yang tampak beberapa perahu nelayan ditambatkan disana, juga beberapa perahu penyeberangan juga tampak tertambat disana. Lalu lalang para nelayan dan para pendekar juga terlihat disana. Semua sibuk dengan urusan masing-masing, hingga sampai kehadiran sepasang pemuda pemudi yang menarik perhatian mereka.Kedua pemuda pemudi ini tampak menunggangi kuda mereka dengan pelan, karena cukup ramainya orang dipantai tersebut. Saat tiba ditepian pantai, keduanya menghentikan langkah kaki kuda mereka. Sosok keduanya tampak begitu menarik perhatian banyak orang, karena yang satu adalah sosok seorang pemuda tampan berusia 28 tahunan dengan penampilan yang rapi dan penuh wibawa, sedangkan yang wanita yang berusia kira-kira 22-23 tahunan tampak begitu anggun dan menawan, kecantikan wajahnya begitu alami, tersembul diantara kerudung selendang yang dikenakannya, tapi tetap tak mampu menyembunyikan kecantikan wajahnya. Hidung mancung, d
PAGI baru saja datang, kicau burungpun sudah ramai terdengar menyambut datangnya matahari pagi. Disalah satu kamar ditempat kediaman Bintang, Yuki tampak baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya sejak tadi malam. Beranjak bangun dari tempat peraduannya, langkah pertama yang dituju Yuki adalah jendela kamarnya.“Kreaaakkkk” Yuki membuka jendela kamarnya dan terlihatlah pemandangan indah taman bunga yang bermekaran, Yuki terlihat menarik nafasnya panjang-panjang, seakan ingin menikmatinya segarnya udara pagi itu.“Sett,tapp” tiba-tiba saja sebuah benda melesat dengan cepat dan menancap tepat didaun jendela kamar tersebut, hal ini tentu saja mengejutkan Yuki saat melihat sebuah benda yang telah menancap didaun jendelanya, sebuah shuriken berbentuk Bintang persegi 5. selembar kertas juga ikut menancap diujung senjata rahasia tersebut.Yuki dengan cepat mengedarkan pandangannya untuk mencari-cari siapa pelaku yang telah melemparkan senjata ra
“Kalau boleh hamba tau, bagaimana keadaan luka didada jenderal Kojiro sekarang?” tanya Ahisma tiba-tiba dan lagi-lagi wajah Hyuga berubah.“Luka didada, maaf tuan putri, ayah tidak ada luka didada, tapi dimata”. Ucap Hyuga menjelaskan yang sebenarnya, dan terlihat Ahisma tersenyum.“Maaf, tadi hamba hanya ingin memastikan apakah benar tuan Hyuga adalah putra Jenderal Kojiro” ucap Ahisma lagi hingga membuat wajah Hyuga kembali berubah. Hyuga tahu kalau putri Ahisma raya dari Wijayanagara terkenal akan kecerdasan dan kecerdikannya dari ayahnya Jenderal Miyamoto Kojiro. Belum ada sejarah kerajaan didunia ini yang mampu menaklukkan kerajaan Wijayanagara di india, dan itu semua berkat kecerdasan dan kecerdikan putri Ahisma raya.“Maaf, apakah tuan Hyuga membawa surat utusan untuk menjemput putriku Yuki, ?” tanya Setyo Pinangan tiba-tiba, sebagai seorang mantan patih, tentu Setyo Pinangan sangat faham dengan urusan hal y