“Tuan darimana, tadi pagi?” tanya Putri Pimcha tiba-tiba saaat mereka diperjalanan. Pertanyaan yang menarik perhatian Paola dan Putri Risara.
“Mandi..” jawab Bintang singkat.
“Mandi dimana?”
“Di air terjun” ucap Bintang singkat. Tapi langsung menghentikan langkah Paola, Putri Risara dan Putri Pimcha.
“Di mana... Di mana ada air terjun didekat sini. Sudah gerah sekali beberapa hari lom mandi nih” ucap Putri Pimcha lagi. Lagi-lagi Pertanyaan yang menarik perhatian Paola dan Putri Risara.
“Ada disana!” tunjuk Bintang kearah utara.
“Jauh?” tanya Putri Pimcha lagi. Bintang menggeleng.
“Ayo kita kesana tuan” ajak Putri Pimcha lagi.
“Pimcha.. Kita harus cepat kembali ke kerajaan” ucap Putri Risara memperingatkan.
“Membersihkan badan yang gerah terlebih dahulu kan ngak ada salahnya kak Risara. Lagi pula jarak Ayuttha
“Tolong angkat hamba menjadi murid, tuan Bintang” ucap Paola lagi. Bintang bergerak cepat mengangkat sosok Paola dengan kedua tangannya.“Jangan seperti ini nona Paola“ ucap Bintang mengangkat sosok Paola.“Tapi hamba mohon, angkat hamba menjadi murid tuan”“Hamba tak pernah mengangkat seorang murid” ucap Bintang lagi.“Apapun yang tuan minta, akan hamba lakukan, asalkan tuan mau mengangkat hamba sebagai murid” ucap Paola lagi hingga membuat Bintang terdiam.“Apapun...” ulang Bintang lagi. Kali ini Paola yang terdiam.“Ya apapun” ucap Paola akhirnya.“Walaupun jika aku meminta tubuhmu?” tanya Bintang lagi.“Ya, hamba siap melakukan apapun yang tuan minta” ucap Paola dengan mantap.“Aakhhh!” tiba-tiba saja sebuah terikan keras mengejutkan Bintang dan Paola.“Putri Pimcha...” ucap Paola
DI DALAM TENDA, Bintang cukup terkejut melihat kemewahan didalamnya. Dekorasinya benar-benar di buat seperti sebuah kamar yang sangat mewah, sebuah tempat tidur besar dan mewah ada ditengah-tengah tenda tersebut, tapi bukan itu yang menjadi perhatian Bintang saat ini, melainkan sesosok tubuh yang terlihat berbaring manja diatas tempat tidur tersebut, sosok wanita yang Bintang kenali sebagai wanita bertato berambut panjang. “Kemarilah tuan” terdengar suara lembut wanita bertato tersebut. Bintangpun berjalan mendekat peraduan tersebut dan semakin dekat Bintang semakin melihat dengan jelas kalau wanita bertato yang ada diatas peraduan tersebut hanya mengenakan pakaian tidurnya yang sangat tipis transparan, hingga Bintang harus menelan ludah berkali-kali melihat kemolekan tubuh yang terpampang jelas dimatanya. “Duduk disini tuan” ucapnya manja seraya menyuruh Bintang bersandar diperaduan tersebut. “Namaku Kannika..” ucap wanita itu menyebutkan namanya seraya menyandarkan dirinya kedada
“Putri... Putri...” terdengar suara lembut setengah berbisik ditelinga Putri Risara yang tertidur didalam kurungannya.Putri Risara terlihat membuka kedua matanya dan terkejut saat melihat siapa yang ada dihadapannya yang juga berada didalam kurungan bersamanya. Bintang hanya tampak mengenakan pakaian dalamnya yang berwarna putih dan celananya, jubahnya tak terlihat juga pedang pusakanya.“Tt-tuan Bint...” ucapan Putri Risara saat Bintang yang ada dihadapannya menahan gerakan bibirnya dengan jarinya.“Ayo kita tinggalkan tempat ini” ucap Bintang setengah berbisik dan Putri Risara dengan cepat menganggukkan wajahnya.Dengan pelan-pelan, Bintang dan Putri Risara meninggalkan camp tersebut. Cukup jauh keduanya meninggalkan tempat itu. Hingga akhirnya mereka tiba disebuah pematang sawah yang sangat luas. Ditengah-tengah sawah tersebut terlihat sebuah gudang tempat biasanya menyimpan padi yang sudah dipanen.Bintang t
“Braakkk....!” tiba-tiba saja pintu pematang sawah itu terbuka dengan paksa dari luar, hal ini tentu saja membuat Putri Risara sangat terkejut dan bangkit dari rebahannya, dapat dilihatnya diluar dari pintu yang terbuka, hujan dan angin menggila sekuat-kuatnya, tapi bukan itu yang menjadi perhatian Putri Risara ini,melainkan sosok Bintang yang masuk dalam keadaan basah kuyup. Putri Risara segera bangkit dan langsung mendekati Bintang yang baru saja menutup pintu gudang pematang sawah tersebut. Saat Bintang berbalik, secara tak sengaja, sosok Putri Risara sudah tepat berada dihadapannya, begitu sangat dekat hingga suara desah nafas keduanya terasa saling menampar wajah masing-masing, kedua mata saling memandang dengan penuh arti. “Tt-tuan basah kuyup” ucap Putri Risara dengan suara gemetar. “Oh iya maaf, hamba baru bisa kembali karena menunggu hujan reda, tapi hujan tak reda-reda, makanya hamba kembali dalam keadaan basah kuyup seperti ini” ucap Bintang lagi yang terlihat menyerahkan
SORE ITU, akhirnya Bintang dan Putri Risara tiba di istana Ayutthaya, datangnya Putri Risara langsung disambut dengan juraan hormat para prajurit Ayutthaya dipintu gerbang. Keduanya tampak memasuki pintu gerbang dan berjalan menuju istana. Serombongan orang tampak keluar dari dalam istana bersiap menyambut kedatangan Putri Risara.Wajah-wajah yang siap menyambut kedatangan Putri Risara tiba-tiba berubah.“Kepung dia!” tiba-tiba seorang lelaki memberikan perintah yang langsung membuat ratusan orang prajurit yang ada ditempat itu langsung bergerak mempung Bintang dan Putri Risara. Dari pakaiannnya lelaki itu adalah seorang panglima.“Panglima Maracha, ada apa ini?” tanya seorang laki-laki gagah yang mengenakan mahkota emas.“Ampun gusti raja.. Dia adalah orang yang dulu telah menyelamatkan putri Gwang!” ucap lelaki yang rupanya adalah Panglima Maracha.Bintang memang pernah berurusan dengan prajurit Ayutthaya saat
Gusti raja Ayutthaya benar-benar menyambut Bintang seperti layaknya seorang tamu agung, berbagai suguhan makanan-makanan begitu banyak dipersiapkan, bahkan tarian dari wanita-wanita cantik Ayutthayapun disuguhkan untuk Bintang.“Aku sudah mendengar tentang keperkasaanmu tuan Bintang, kaulah orang pertama yang mampu menahan peluru meriam yang dahsyat” ucap gusti raja lagi.“Itu biasa saja gusti” ucap Bintang lagi, tapi ucapan Bintang membuat wajah gusti raja berubah.“Hal seperti itu dikatakannya biasa. Apakah sehebat itu, tuan Bintang ini” batin gusti raja. “Kalau saja aku bisa menjodohkannya dengan putriku, Pimcha, ini akan merupakan suatu keuntungan besar bagi Ayutthaya” batin gusti raja lagi.“Oh ya tuan Bintang, sekali lagi aku ingin mengucapkan terima kasih kepada tuan, karena telah menyelamatkan putri-putriku dari organisasi terlarang, Tatto Iblis” ucap gusti raja lagi.“Tidak
“Pinjam pedangmu” ucap Bintang lagi.Paola menyerahkan pedangnya kepada Bintang.Bintang lalu menyalurkan aura pedangnya ke pedang Paola yang ada ditangannya, dan ; “Weeesshhh....” pedang itu langsung mengeluarkan aura keemasan. Dihadapannya Paola tampak terpana kaget.“Cosmo keemasan” ucap Paola lagi tanpa sadar.“Maksudmu, seperti ini?” tanya Bintang lagi kepada Paola. Dan tanpa menjawab Paola mengangguk.“Dalam tataran cosmo. Biasanya cosmo aura yang disalurkan kesuatu benda akan berwarna hitam kelam, dan warna keemasan adalah aura tertinggi dari semua warna aura yang ada” ucap Paola lagi menjelaskan kepada Bintang. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu, lalu Bintang kembali menarik kembali aura pedangnya, sehingga pedang Paola kembali seperti semula.“Hamba ingin belajar cara menyalurkan cosmo kesemua benda, termasuk ke senjata api hamba ini” ucap Paola seraya me
Di aula kerajaan terlihat Bintang memang tengah menunggu, Bintang sedikit bangun kesiangan karena malam tadi terus mengajarkan Paola tehnik penyaluran aura kepada benda. Bintang bermaksud untuk pamit hari ini kepada gusti raja, hal ini Bintang lakukan untuk cepat menemukan dimana keberadaan Bunny.Tak lama kemudian gusti rajapun datang bersama beberapa penasehat kerajaan, sementara itu Putri Pimcha terlihat tengah mengintip untuk mencuri dengar pembicaraan gusti raja dan Bintang.Bintang tampak menjura hormat kepada gusti raja, hanya saja Bintang tidak menghormat seperti orang-orang pada umumnya yang bersujud untuk menyembah raja mereka, Bintang hanya merapatkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat bagi gusti raja.“Silahkan duduk tuan Bintang” ucap gusti raja mempersilahkan Bintang untuk duduk.“Ada apa tuan Bintang ingin bertemu denganku?” tanya gusti raja lagi“Hamba bermaksud mohon pamit h