“Putri... Putri...” terdengar suara lembut setengah berbisik ditelinga Putri Risara yang tertidur didalam kurungannya.
Putri Risara terlihat membuka kedua matanya dan terkejut saat melihat siapa yang ada dihadapannya yang juga berada didalam kurungan bersamanya. Bintang hanya tampak mengenakan pakaian dalamnya yang berwarna putih dan celananya, jubahnya tak terlihat juga pedang pusakanya.
“Tt-tuan Bint...” ucapan Putri Risara saat Bintang yang ada dihadapannya menahan gerakan bibirnya dengan jarinya.
“Ayo kita tinggalkan tempat ini” ucap Bintang setengah berbisik dan Putri Risara dengan cepat menganggukkan wajahnya.
Dengan pelan-pelan, Bintang dan Putri Risara meninggalkan camp tersebut. Cukup jauh keduanya meninggalkan tempat itu. Hingga akhirnya mereka tiba disebuah pematang sawah yang sangat luas. Ditengah-tengah sawah tersebut terlihat sebuah gudang tempat biasanya menyimpan padi yang sudah dipanen.
Bintang t
“Braakkk....!” tiba-tiba saja pintu pematang sawah itu terbuka dengan paksa dari luar, hal ini tentu saja membuat Putri Risara sangat terkejut dan bangkit dari rebahannya, dapat dilihatnya diluar dari pintu yang terbuka, hujan dan angin menggila sekuat-kuatnya, tapi bukan itu yang menjadi perhatian Putri Risara ini,melainkan sosok Bintang yang masuk dalam keadaan basah kuyup. Putri Risara segera bangkit dan langsung mendekati Bintang yang baru saja menutup pintu gudang pematang sawah tersebut. Saat Bintang berbalik, secara tak sengaja, sosok Putri Risara sudah tepat berada dihadapannya, begitu sangat dekat hingga suara desah nafas keduanya terasa saling menampar wajah masing-masing, kedua mata saling memandang dengan penuh arti. “Tt-tuan basah kuyup” ucap Putri Risara dengan suara gemetar. “Oh iya maaf, hamba baru bisa kembali karena menunggu hujan reda, tapi hujan tak reda-reda, makanya hamba kembali dalam keadaan basah kuyup seperti ini” ucap Bintang lagi yang terlihat menyerahkan
SORE ITU, akhirnya Bintang dan Putri Risara tiba di istana Ayutthaya, datangnya Putri Risara langsung disambut dengan juraan hormat para prajurit Ayutthaya dipintu gerbang. Keduanya tampak memasuki pintu gerbang dan berjalan menuju istana. Serombongan orang tampak keluar dari dalam istana bersiap menyambut kedatangan Putri Risara.Wajah-wajah yang siap menyambut kedatangan Putri Risara tiba-tiba berubah.“Kepung dia!” tiba-tiba seorang lelaki memberikan perintah yang langsung membuat ratusan orang prajurit yang ada ditempat itu langsung bergerak mempung Bintang dan Putri Risara. Dari pakaiannnya lelaki itu adalah seorang panglima.“Panglima Maracha, ada apa ini?” tanya seorang laki-laki gagah yang mengenakan mahkota emas.“Ampun gusti raja.. Dia adalah orang yang dulu telah menyelamatkan putri Gwang!” ucap lelaki yang rupanya adalah Panglima Maracha.Bintang memang pernah berurusan dengan prajurit Ayutthaya saat
Gusti raja Ayutthaya benar-benar menyambut Bintang seperti layaknya seorang tamu agung, berbagai suguhan makanan-makanan begitu banyak dipersiapkan, bahkan tarian dari wanita-wanita cantik Ayutthayapun disuguhkan untuk Bintang.“Aku sudah mendengar tentang keperkasaanmu tuan Bintang, kaulah orang pertama yang mampu menahan peluru meriam yang dahsyat” ucap gusti raja lagi.“Itu biasa saja gusti” ucap Bintang lagi, tapi ucapan Bintang membuat wajah gusti raja berubah.“Hal seperti itu dikatakannya biasa. Apakah sehebat itu, tuan Bintang ini” batin gusti raja. “Kalau saja aku bisa menjodohkannya dengan putriku, Pimcha, ini akan merupakan suatu keuntungan besar bagi Ayutthaya” batin gusti raja lagi.“Oh ya tuan Bintang, sekali lagi aku ingin mengucapkan terima kasih kepada tuan, karena telah menyelamatkan putri-putriku dari organisasi terlarang, Tatto Iblis” ucap gusti raja lagi.“Tidak
“Pinjam pedangmu” ucap Bintang lagi.Paola menyerahkan pedangnya kepada Bintang.Bintang lalu menyalurkan aura pedangnya ke pedang Paola yang ada ditangannya, dan ; “Weeesshhh....” pedang itu langsung mengeluarkan aura keemasan. Dihadapannya Paola tampak terpana kaget.“Cosmo keemasan” ucap Paola lagi tanpa sadar.“Maksudmu, seperti ini?” tanya Bintang lagi kepada Paola. Dan tanpa menjawab Paola mengangguk.“Dalam tataran cosmo. Biasanya cosmo aura yang disalurkan kesuatu benda akan berwarna hitam kelam, dan warna keemasan adalah aura tertinggi dari semua warna aura yang ada” ucap Paola lagi menjelaskan kepada Bintang. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu, lalu Bintang kembali menarik kembali aura pedangnya, sehingga pedang Paola kembali seperti semula.“Hamba ingin belajar cara menyalurkan cosmo kesemua benda, termasuk ke senjata api hamba ini” ucap Paola seraya me
Di aula kerajaan terlihat Bintang memang tengah menunggu, Bintang sedikit bangun kesiangan karena malam tadi terus mengajarkan Paola tehnik penyaluran aura kepada benda. Bintang bermaksud untuk pamit hari ini kepada gusti raja, hal ini Bintang lakukan untuk cepat menemukan dimana keberadaan Bunny.Tak lama kemudian gusti rajapun datang bersama beberapa penasehat kerajaan, sementara itu Putri Pimcha terlihat tengah mengintip untuk mencuri dengar pembicaraan gusti raja dan Bintang.Bintang tampak menjura hormat kepada gusti raja, hanya saja Bintang tidak menghormat seperti orang-orang pada umumnya yang bersujud untuk menyembah raja mereka, Bintang hanya merapatkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat bagi gusti raja.“Silahkan duduk tuan Bintang” ucap gusti raja mempersilahkan Bintang untuk duduk.“Ada apa tuan Bintang ingin bertemu denganku?” tanya gusti raja lagi“Hamba bermaksud mohon pamit h
Begitu masuk, Bintang kembali terdiam, Bintang masih ingat betul apa yang telah terjadi antara dirinya dan Putri Risara ditempat itu.“Kenapa tuan?” sapa Putri Pimcha hingga menyadarkan Bintang.“Oh tidak apa-apa” ucap Bintang cepat.Bintang segera membuatkan api unggun kecil untuk menghangatkan tubuh mereka. Bintang sendiri tampak segera melepaskan jubah pakaiannya dan juga pedang Bintang angkasanya. Sementara Putri Pimcha tampak masih membiarkan pakaian bangsawannya lengkap ditubuhnya, karena tak mungkin dia melepaskannya didepan Bintang, karena hanya pakaian dalam yang ada dibalik pakaian kebangawanannya, hanya duduk didekat api unggun yang dibuat Bintanglah yang membuat Putri Pimcha mendapatkan kehangatan hingga basah pakaiannya tidak begitu kentara dirasakannya.Keduanya duduk saling berhadapan, hanya terhalang api unggun kecil ditengah-tengah keduanya. Sesekali guntur bergema, halilintar menyambar dan hujan turun semakin leba
Putri Pimcha yang melihat Bintang melamun, secara perlahan mulai memberanikan dirinya untuk merebahkan kepalanya kepundak Bintang, melihat Bintang yang hanya diam saja saat dia melakukan hal itu, Putri Pimcha semakin menekan kepalanya kepundak Bintang. Entah kenapa ada perasaan bahagia di hati Putri Pimcha bisa merebahkan kepalanya dipundak Bintang.Putri Pimcha terus menatap kearah Bintang dari samping, dan Putri Pimcha memang harus mengakui kalau sosok Bintang telah menarik perhatiannya, sosok Bintang sangat berbeda dari setiap laki-laki yang selama ini dikenalnya, tapi semua lelaki yang dikenalnya belum ada yang menarik hatinya, terkadang Putri Pimcha cemburu melihat kemesraan yang diperlihatkan oleh Putri Risara bersama kekasihnya yang besok akan menjadi tunangannya, bahkan beberapa kali Putri Pimcha memergoki Putri Risara memadu asmara dengan kekasihnya.Umur Putri Pimcha saat ini sudah mencapai 22 tahun dan memang sudah sangat pantas untuk menikah, tapi selama it
Beberapa saat kemudian, Putri Pimcha tersadar dari puncak kenikmatan klimaknya. Putri Pimcha, yang notabene masih benar-benar Putri Pimcha, main peluk-cium dengan seorang laki-laki yang memang ia kagumi sejak awal meski belum kenal begitu lama.Dengan posisi masih berpelukan seperti sebelumnya, Bintang menunduk, mencium pipi Putri Pimcha sekilas.“Kak Bintang..” desis lirih Putri Pimcha sambil mengangsurkan wajahnya. Bintang yang berpengalaman segera paham, bahwa Putri Pimcha telah pasrah. Dengan lembut, ia kembali mengulum bibir merah merekah Putri Pimcha dengan penuh perasaan. Mempermainkan lidah di dalam rongga mulut Putri Pimcha dengan liar, lalu keluar ke dagu, leher, dan belakang telinga Putri Pimcha.“Oooohhhhh....” Kembali Putri Pimcha mengerang tertahan. Ada rasa geli yang mengalirkan listrik ke seluruh syaraf di tubuhnya. Ia menggigit bibir, menahankan desiran dalam aliran darah di sekitar kuduk yang meremangkan bulu-bulu halus di sana.Sementara dengan Putri Pimcha sendiri,