MALAM itu di kamar Abigail, terlihat Abigail tengah merias dirinya dengan kecantikan yang maksimal, berkali-kali Abigail mengagumi kecantikan sendiri didepan kaca besar yang ada dihadapannya. Sesekali dengan bibir tersenyum, Abigail tampak mengalihkan pandangannya keatas peraduan dimana tampak sesosok tubuh tengah tertidur.
Sosok itu tak lain adalah Bintang, sejak dari pagi sampai malam Bintang tertidur, walau seharusnya ini menjadi sesuatu kekhawatiran, tapi tidak bagi Abigail sendiri yang baginya merupakan hal yang biasa saja. Desah nafas Bintang yang teratur dalam tidurnyalah yang membuat Abigail tidak khawatir walaupun Bintang belum bangun-bangun sejak pagi tadi. Mungkin dalam pikiran Abigail, Bintang lelah setelah bercumbu dengan dirinya dan Demiros tadi malam hingga pagi.
Abigail tampak bangkit berdiri dan menatap sosok sempurnanya didepan cermin besar yang ada dihadapannya, dengan bibir tersenyum, berkali-kali Abigail tampak memutar-mutar tubuhnya didepan cermin
Kegilaan Bintang semakin menjadi, malam berikutnya giliran 2 murid Dewa Uranus yang tersisa yang menjadi korban Bintang dan yang lebih gilanya lagi, Bintang meminta Oltznagel dan Natalie langsung melayaninya berdua.-o0o-KEGILAAN TERUS TERJADI. Bahkan kejadian ini berlangsung selama berminggu-minggu lamanya. dimana ke-4 istri Bintang telah selesai menjalani latihannya, setiap malam Bintang langsung menggarap ke-4nya dengan penuh nafsu dan kerinduan. Dan hal itu berlangsung setiap malam dan tanpa sepengetahuan istri-istrinya, Bintang juga menggarap sosok-sosok indah selain istri-istrinya. Venus, Mahlagha dan ke-4 murid Dewa Uranus yang juga menjadi korban keganasan Bintang setiap malam.Perubahan sikap Bintang yang berburu nafsu disetiap malamnya sebenarnya cukup memancing keheranan bagi 4 Dewa Penjaga Gerbang dan dewa-dewa pelindung yang lain, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali hanya membiarkan saja hal itu terjadi.
PONDOK pesantren As-Siddiq terlihat ramai seperti biasanya, berbagai aktifitas para santri tampak dilakukan seperti biasanya, ada yang sibuk mengaji, menghafal Al-qur’an, ada yang sholat dimasjid, juga beberapa diantaranya ada juga yang tengah berlatih ilmu kanuragan. Sementara itu dipintu gerbang ponpes tampak beberapa orang santri yang berjaga-jaga.Santri-santri yang menjaga pintu gerbang tampak dikejutkan saat dikejauhan terlihat serombongan orang tengah menuju kearah mereka. Rombongan yang terdiri dari sebuah kereta kuda yang sangat indah bentuknya, juga 2 orang pengawal didepan dan dua orang pengawal dibelakang kereta kuda tersebut.“Cepat beritahukan kak Hamzah” ucap salah seorang santri. Santri yang satu lagi tampak mengangguk dan segera berlari masuk kedalam ponpes. Hamzah adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti Maghribi untuk menjaga keamanan selama Maghribi pergi menjalankan tugas dari Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi. Tak lam
Melihat kakak mereka, Hamzah yang langsung mencium tangan tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim yang tentu saja para santri lain belum mengenalinya, kecuali Hamzah yang memang dulu pernah bertemu sewaktu menunaikan ibadah haji bersama Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi, para santri-santri yang lain langsung ikut mencium tangan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim.“Mari.. Mari silahkan masuk tuan Syekh” ucap Hamzah cepat.“Buka pintu gerbang!” ucap Hamzah cepat dan keras hingga para santri langsung membuka lebar-lebar pintu gerbang pondok pesantren tersebut, karena mereka yakin orang yang sangat dihormati oleh Hamzah bukanlah orang sembarangan.“Mari.. Mari silahkan masuk tuan Syekh” ucap Hamzah cepat. Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim tampak tersenyum lembut lalu dengan pelan melangkah masuk, diikuti oleh rombongan yang ikut bersamanya.Di pintu pondok pesantren, tampak seorang lelaki yang juga sudah tua, kira-kira sudah berumur
Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim memang bersaudara saat menuntut ilmu bersama-sama dengan seorang ulama besar di kota madinah. Persaudaraan ini pula yang mengikat hubungan keduanya, walaupun tak ada ikatan darah, tapi hubungan persaudaraan dalam iman lebih kental dari hubungan darah.Secara khusus Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim melakukan pertemuan pribadi, sepertinya ada sesuatu hal yang sangat serius untuk dibicarakan.“Uhuk.. Uhuk..!” Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim membuka pembicaraan dengan batuk dirinya. Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dengan cepat mengusap-usap punggung sahabatnya ini mencoba meringankan beban sakit batuk yang diderita oleh Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim yang rupanya sejak dari datang tadi sudah berusaha ditahan-tahannya.“Sudah berapa lama kau menderita sakit seperti ini saudaraku?” tanya Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi pelan.&ldqu
ALUNAN ayat-ayat suci Al-qur’an terdengar menggema didalam sebuah kamar. Gema alunan ayat-ayat suci itu berasal dari 6 orang laki-laki yang tampak mengenakan pakaian putih dan sorban putih dikepalanya, ke-6nya tampak duduk mengelilingi sebuah ranjang tidur dimana diatasnya tampak sesosok tubuh tengah tertidur pulas. Tak jauh dari ke-6nya tampak 4 tetua yang tengah berdiri mengawasi. Juga 4 orang wanita cantik yang juga tampak tengah mengawasi apa yang sedang terjadi.Sosok yang terbaring diatas tempat pembaringan yang sedang tampak tertidur pulas tak lain adalah Bintang adanya. 4 tetua yang ada dikamar tersebut juga tak lain adalah 4 Dewa Penjaga Gerbang, sedangkan 4 wanita cantik jelita yang juga ada diruangan itu tak lain adalah Roro, Liu-xue, Gwang dan Babby. Sedangkan 6 orang yang tengah melantunkan ayat-ayat suci Al-qur’an tak lain adalah Maghribi dan para santri.Entah sudah berapa lama Maghribi dan para santri melantunkan ayat-ayat
Perjuangan Bintang hitam untuk menghancurkan perisai cangkang kura-kura terus berlanjut. Tapi sampai saat ini tak ada hasilnya, hebatnya lagi, walaupun beberapa kali Bintang hitam melepaskan pukulan dahsyatnya hingga menimbulkan ledakan didalam cangkang kura-kura, tapi diluar cangkang kura-kura, suara ledakan itu sedikitpun tak terdengar, sepertinya cangkang kura-kura kedap suara baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.Sementara itu Maghribi dan para santri terus membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an, anehnya suara lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an itu seakan mampu menembus perisai cangkang kura-kura, padahal suara ledakan yang terjadi didalam cangkang kura-kura tidak terdengar dari luar, Bintang hitam terlihat semakin menderita dengan berusaha menutupi kedua kupingnya, tubuh Bintang hitam terlihat berguling-guling kesana kemari hingga ranjang peraduan yang menjadi tempat Bintang hitam terkurung oleh cangkang kura-kura terlihat langsung hanc
PONDOK PESANTREN AS-SIDDIQSyekh Muhammad Karim Al Qusyairi dan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim masih melakukan pembicaraan berdua, walaupun sore mulai datang menjelang.“Sebelum menghadap Allah SWT, ada satu keinginanku yang sampai saat ini belum tersampaikan saudaraku” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim. Hingga membuat Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi sedikit terkejut mendengarnya.“Katakan padaku, saudaraku. Insya Allah akan ada jalan” ucap Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi lagi.“Sebagai seorang ayah. Aku masih memiliki tanggung jawab kepada putriku, Sabina” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim berhenti sejenak.“Maksudmu, tanggung jawab untuk menikahkan putrimu Sabina, saudaraku?” tanya Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi lagi, Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim terlihat menganggukkan kepalanya.“Benar saudaraku. Tanggung jawabku didunia sebagai pertanggung jawabanku dihadapan Allah SWT&r
Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi sendiri seakan baru menyadari kalau ditempatnya itu ada 4 wanita cantik. Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi terlihat menatapi mereka satu persatu.“Mereka adalah istri-istri Bintang, abi” ucap Maghribi menjelaskan hingga membuat Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi mengangguk mengerti.Ke-4 istri Bintang segera menjura hormat kepada Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dengan mengatupkan kedua tangan mereka.Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim sendiri tampak berjalan mendekati Bintang dan Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi. Begitu berada didekat keduanya.“Bintang” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim berubah saat memeriksa keadaan Bintang.“Kau mengenal Bintang saudaraku?” tanya Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi lagi.“Tentu saja saudaraku. Bahkan akulah yang menikahkan Bintang dan Nyonya Im” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim seraya menatap kearah Im Ji Hye yang saat itu han