Mendengar ocehan adiknya ia hanya tersenyum. Setelah selesai sarapan Nayla mendengar ponselnya berdering di kamar, ia bergegas ke kamar ingin melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini. Ia melihat panggilan video masuk tertera nama Indra di layar ponselnya.
“Halo selamat pagi sayang.” Ucap Indra di layar ponselnya.
“Pagi juga kamu lagi dimana..? apakah sudah berangkat ke Bandung.?” Tanya Nayla.
“Aku tidak jadi pergi ke Bandung, aku akan bekerja disini dan aku juga sudah mendapat kontrakan nanti sore aku akan pindah ke sana..!” Ucap Indra.
“Bekerja disini..? bukan nya kamu akan bekerja di Bandung..!” Ucap Nayla penasaran.
“Iya sayang, aku sudah menemukan pekerjaan disini. Dan tidak jadi pergi ke sana karena aku tidak sanggup berpisah jauh darimu.” Gombal Indra.
“Iya baiklah, apakah di tempat baru mu tinggal sudah mempunyai peralatan dapur lain dan sebagainya..?” Tanya N
“Iya Tante, terima kasih banyak Tante sudah berkenan datang ke rumah saya.” Ucap Nayla. Saat ini Nayla di Landa kebingungan, mamanya Indra seperti sudah mengetahui banyak tentang dirinya. “jangan panggil saya Tante nak, lebih bagus kalau kamu panggil mama saja sama seperti Indra.” Ucapnya mengambil teh nya dan meminumnya kembali. “Iya ma_ah.” Ucap Nayla canggung. “mulai sekarang kamu adalah anak saya juga. Apakah Indra sudah menghubungimu.?” Tanya mamanya Indra, Nayla mengangguk. “Apa mama mau berbicara dengannya ?” Ucapnya ia tahu hubungan Indra dan orang tuanya sedang tidak baik-baik saja, Nayla melihat mata sang ibu yang sangat merindukan anaknya. “Tidak nak..! Indra pasti sekarang masih sangat marah sama Mama dan Papa. Mama tidak bisa menceritakannya kepadamu, tapi yang jelas Mama dan Papa tidak pernah melupakannya apalagi tidak menganggapnya anak. Semua itu ada alasannya nak, suatu saat nanti mama akan memberitahu mu tapi tidak untuk seka
“Malika..! saya ada urusan sebentar, kalau pak Wibowo menanyakan saya kamu bilang saya keluar sebentar.” Ucapnya kepada asistennya. Malika mengangguk mengerti.“Baik Bu, pak Wibowo sedang ada pertemuan sekaligus makan siang bersama kliennya di restoran xx Bu.” Ucap Malika.“Oke baiklah aku akan pergi sebentar.” Pamit Bella langsung pergi menuju lift.“Kenapa dia tidak mengajakku, apa pak tua Bangka ini sengaja atau jangan jangan dia sudah mengetahui rencana ku, aku harus segera bertindak.” Batin Bella lalu menekan tombol lift. Melihat kepergian Bella, Malika langsung mengirim pesan kepada pak Wibowo melaporkan bahwa Bella keluar, Pak Wibowo langsung memerintahkan anak buahnya agar mengikuti Bella, tanpa sepengetahuan Bella.Bella berjalan menuju parkiran mobilnya, belum sempat masuk ke mobil seseorang membunyikan klakson mobil. Ia melihat kearah mobil tersebut dan melihat pak Toni di dalam yang telah menurun
“Kenapa pintu nya tidak bisa di buka?” Gumam Bella, lalu berbalik badan melihat pak Toni.“Kenapa terburu buru ? mari kita bersenang senang dulu.” Ucap pak Toni.“Aku bilang aku akan kembali ke kantor, kalau masih saja memaksaku aku akan...!” bernada tinggi, dengan ucapan nya menggantung.“Akan apa..?” Tanya pak Toni penasaran.“Aku akan berteriak..!” Ancam Bella.“Silahkan kamu berteriak sekeras mungkin. Asal kamu tahu kamar ini kedap suara, hahaha..!” Ucap pak Toni tertawa puas memenuhi kamar. Bella menatap nya dengan sinis.“Kenapa kau menatap ku seperti itu, berteriak saja aku mau mendengar mu berteriak.” Ucap pak Toni lagi. Ia berdiri menarik paksa tangan Bella dan mendorong nya ke atas kasur.“Kamu lupa perjanjian kita..? jangan berani menolak ku, atau kamu akan menerima akibatnya.” Ancam pak Toni yang mulai geram dengan sikap Bella.
“Aww... ! sakit !.” Ucap Nayla mendorong Pelan tubuh Indra, karena Indra memakai sepatu sebab itu tidak merasakan kalau sedang menginjak kaki Nayla.“Kenapa..?” Tanya Indra melihat Nayla mendorong tubuhnya dan melihat Nayla seperti sedang menahan sakit.“Kamu sengaja ya ? menginjak kakiku..” Celetuk Nayla melihat wajah Indra seperti tidak bersalah, Mendengar perkataan Nayla Indra langsung melihat kaki Nayla terlihat memerah dan sedikit kotor.“Maaf ! Aku tidak sengaja, aku benar tidak melihat kakimu..! Apakah ini terasa sakit..?” Ucap Indra khawatir dan merasa bersalah ia berjongkok untuk mengusap kaki Nayla sedikit memerah. Melihat Indra berjongkok di depannya ia menjadi tidak nyaman.“Indra cepat berdiri jangan seperti ini, aku baik baik saja.” Ucap Nayla. Ia mengambil tangan Indra untuk berdiri, laku Indra menutup bagasinya dan mereka masuk ke dalam mobil.“Apakah masih terasa sak
“Iya aku bersedia, tapi aku ingin kita menikah dengan sederhana saja.” Ucap Nayla. Indra mendengar Nayla bersedia menikah dengan nya ia tersenyum lalu hendak mencium kening Nayla namun Nayla menghindar.“Jangan seperti ini, nanti ada yang melihat pintu rumah terbuka lebar. Nanti saja kamu boleh sepuas nya menciumku kalau kita sudah halal.” Ucap Nayla dengan malu-malu. Mendengar perkataan Nayla, Indra mengacak rambut Nayla dengan tersenyum bangga kepada calon istrinya.“Baik lah sayang.” Ucap Indra, ia kembali membenarkan posisi duduknya.“Aku boleh minta tolong sama kamu yang.” Ucap Indra, tanpa melihat Nayla.“Tolong apa..?” Tanya Nayla penasaran.“Aku minta tolong kamu berhenti bekerja di perusahaan papa, disana ada wanita ular itu. Aku tidak mau terjadi apa apa padamu.” Ucap Indra enggan menyebut namanya.“Wanita ular..?” Ucap Nayla bingung. Ia belum menge
Sebelum ia melangkah keluar, ia melihat dekat kasur ada helm berwarna hitam.“helm siapa..?” Tanya Nayla bingung, sebab dirinya dan Indra tidak membawa helm waktu pindah rumah.“Itu punya ku !” sahut Indra, ia mengambil helm tersebut dan membawanya keluar kamar. Ia terburu buru masuk ke kamar saat mendengar Nayla menangis di dalam kamar hingga membuat dirinya lupa melepaskan helm di kepalanya. Nayla mengikuti belakang Indra ke luar kamar.“Kamu menjual mobilmu..?” tanya Nayla penasaran.“Iya, aku menjual mobilku dan aku membeli motor bekas.” Sahut indra meletakkan helm di damping kursi. Nayla mengangguk mengerti semua itu keputusan Indra.“Apa kamu mau melihat motornya..?” Tanya Indra.“Nanti saja ! aku mau mencuci muka ku terlebih dahulu.!” Sahut Nayla, ia berbalik menuju kamar mandi. Indra duduk di kursi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Jadi kapan lu akan membuka usaha..?” Tanya Andrew.“Nanti setelah gua nikah dengan Nayla, sekarang gua fokus mengurus surat pernikahan dulu, karena cukup lama untuk mengurus surat tersebut.” Ucap Indra.“Memang nya lu mau nikah dimana ? apa mau gue sewakan gedung untuk lu sebagai hadiah dari gue.” Ucap Andrew menawarkan ia tahu saat ini keuangan sahabat nya itu walaupun Indra tidak memberitahunya.“Gue nikah di kua saja, dan mengadakan syukuran di rumah Nayla. Lu jangan lupa datang, nanti gue kasih tahu tanggalnya. Terima kasih banyak tawaran lu bro.” Ucap Indra.“Beres itu, baiklah ! kalau lu butuh bantuan lu kasih tahu gua jangan sungkan, lu sudah gua anggap seperti saudara gue sendiri walaupun kadang menyebalkan .” Ucap Andrew menggandeng bahu Indra.“Sialan lu.. ! tapi terima kasih banyak bro, kalau gua butuh bantuan pasti gua hubungi lu.” Sahut Indra.“Oh iya
“lalu kamu mau aku memanggil mu apa..?” Tanya Nayla.“Terserah kamu ! senyaman nya kamu panggil apa.!” Sahut Indra.“Baiklah, nanti aku pikirkan.” Ucap Nayla sambil tersenyum simpul.“Baru mau berpikir..?” Celetuk Indra.“Iya...Iya sayang..” Sahut Nayla tersenyum malu.“Nah begitu kan manis.” Goda Indra, melihat Nayla dari kaca spionnya.“Tadi kamu mau tanya apa..?” Tanya Indra.“Tidak jadi..!” sahut Nayla.“Kenapa..? jangan ada yang kamu sembunyikan, sebentar lagi kita menikah ! Aku tidak mau masih ada rahasia di antara kita.” Ucap Indra.“Tidak ada yang aku sembunyikan ! tadi aku hanya ingin bertanya, kamu nanti mau buka usaha apa.?” Tanya Nayla.“Belum tahu ! rencana mau buka warung mie ayam, tapi aku masih memikirkannya, untuk sekarang aku hanya fokus bekerja di tempat Andre