“Kenapa pintu nya tidak bisa di buka?” Gumam Bella, lalu berbalik badan melihat pak Toni.
“Kenapa terburu buru ? mari kita bersenang senang dulu.” Ucap pak Toni.
“Aku bilang aku akan kembali ke kantor, kalau masih saja memaksaku aku akan...!” bernada tinggi, dengan ucapan nya menggantung.
“Akan apa..?” Tanya pak Toni penasaran.
“Aku akan berteriak..!” Ancam Bella.
“Silahkan kamu berteriak sekeras mungkin. Asal kamu tahu kamar ini kedap suara, hahaha..!” Ucap pak Toni tertawa puas memenuhi kamar. Bella menatap nya dengan sinis.
“Kenapa kau menatap ku seperti itu, berteriak saja aku mau mendengar mu berteriak.” Ucap pak Toni lagi. Ia berdiri menarik paksa tangan Bella dan mendorong nya ke atas kasur.
“Kamu lupa perjanjian kita..? jangan berani menolak ku, atau kamu akan menerima akibatnya.” Ancam pak Toni yang mulai geram dengan sikap Bella.
“Aww... ! sakit !.” Ucap Nayla mendorong Pelan tubuh Indra, karena Indra memakai sepatu sebab itu tidak merasakan kalau sedang menginjak kaki Nayla.“Kenapa..?” Tanya Indra melihat Nayla mendorong tubuhnya dan melihat Nayla seperti sedang menahan sakit.“Kamu sengaja ya ? menginjak kakiku..” Celetuk Nayla melihat wajah Indra seperti tidak bersalah, Mendengar perkataan Nayla Indra langsung melihat kaki Nayla terlihat memerah dan sedikit kotor.“Maaf ! Aku tidak sengaja, aku benar tidak melihat kakimu..! Apakah ini terasa sakit..?” Ucap Indra khawatir dan merasa bersalah ia berjongkok untuk mengusap kaki Nayla sedikit memerah. Melihat Indra berjongkok di depannya ia menjadi tidak nyaman.“Indra cepat berdiri jangan seperti ini, aku baik baik saja.” Ucap Nayla. Ia mengambil tangan Indra untuk berdiri, laku Indra menutup bagasinya dan mereka masuk ke dalam mobil.“Apakah masih terasa sak
“Iya aku bersedia, tapi aku ingin kita menikah dengan sederhana saja.” Ucap Nayla. Indra mendengar Nayla bersedia menikah dengan nya ia tersenyum lalu hendak mencium kening Nayla namun Nayla menghindar.“Jangan seperti ini, nanti ada yang melihat pintu rumah terbuka lebar. Nanti saja kamu boleh sepuas nya menciumku kalau kita sudah halal.” Ucap Nayla dengan malu-malu. Mendengar perkataan Nayla, Indra mengacak rambut Nayla dengan tersenyum bangga kepada calon istrinya.“Baik lah sayang.” Ucap Indra, ia kembali membenarkan posisi duduknya.“Aku boleh minta tolong sama kamu yang.” Ucap Indra, tanpa melihat Nayla.“Tolong apa..?” Tanya Nayla penasaran.“Aku minta tolong kamu berhenti bekerja di perusahaan papa, disana ada wanita ular itu. Aku tidak mau terjadi apa apa padamu.” Ucap Indra enggan menyebut namanya.“Wanita ular..?” Ucap Nayla bingung. Ia belum menge
Sebelum ia melangkah keluar, ia melihat dekat kasur ada helm berwarna hitam.“helm siapa..?” Tanya Nayla bingung, sebab dirinya dan Indra tidak membawa helm waktu pindah rumah.“Itu punya ku !” sahut Indra, ia mengambil helm tersebut dan membawanya keluar kamar. Ia terburu buru masuk ke kamar saat mendengar Nayla menangis di dalam kamar hingga membuat dirinya lupa melepaskan helm di kepalanya. Nayla mengikuti belakang Indra ke luar kamar.“Kamu menjual mobilmu..?” tanya Nayla penasaran.“Iya, aku menjual mobilku dan aku membeli motor bekas.” Sahut indra meletakkan helm di damping kursi. Nayla mengangguk mengerti semua itu keputusan Indra.“Apa kamu mau melihat motornya..?” Tanya Indra.“Nanti saja ! aku mau mencuci muka ku terlebih dahulu.!” Sahut Nayla, ia berbalik menuju kamar mandi. Indra duduk di kursi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Jadi kapan lu akan membuka usaha..?” Tanya Andrew.“Nanti setelah gua nikah dengan Nayla, sekarang gua fokus mengurus surat pernikahan dulu, karena cukup lama untuk mengurus surat tersebut.” Ucap Indra.“Memang nya lu mau nikah dimana ? apa mau gue sewakan gedung untuk lu sebagai hadiah dari gue.” Ucap Andrew menawarkan ia tahu saat ini keuangan sahabat nya itu walaupun Indra tidak memberitahunya.“Gue nikah di kua saja, dan mengadakan syukuran di rumah Nayla. Lu jangan lupa datang, nanti gue kasih tahu tanggalnya. Terima kasih banyak tawaran lu bro.” Ucap Indra.“Beres itu, baiklah ! kalau lu butuh bantuan lu kasih tahu gua jangan sungkan, lu sudah gua anggap seperti saudara gue sendiri walaupun kadang menyebalkan .” Ucap Andrew menggandeng bahu Indra.“Sialan lu.. ! tapi terima kasih banyak bro, kalau gua butuh bantuan pasti gua hubungi lu.” Sahut Indra.“Oh iya
“lalu kamu mau aku memanggil mu apa..?” Tanya Nayla.“Terserah kamu ! senyaman nya kamu panggil apa.!” Sahut Indra.“Baiklah, nanti aku pikirkan.” Ucap Nayla sambil tersenyum simpul.“Baru mau berpikir..?” Celetuk Indra.“Iya...Iya sayang..” Sahut Nayla tersenyum malu.“Nah begitu kan manis.” Goda Indra, melihat Nayla dari kaca spionnya.“Tadi kamu mau tanya apa..?” Tanya Indra.“Tidak jadi..!” sahut Nayla.“Kenapa..? jangan ada yang kamu sembunyikan, sebentar lagi kita menikah ! Aku tidak mau masih ada rahasia di antara kita.” Ucap Indra.“Tidak ada yang aku sembunyikan ! tadi aku hanya ingin bertanya, kamu nanti mau buka usaha apa.?” Tanya Nayla.“Belum tahu ! rencana mau buka warung mie ayam, tapi aku masih memikirkannya, untuk sekarang aku hanya fokus bekerja di tempat Andre
“Kamu hati hati di jalan !.” Ucap Nayla. “Iya kak, nanti Ikbal main ke rumah kakak.” Ucap Ikbal. “Baiklah ! Kalian hati hati di rumah.” Indra beranjak lalu memakai helmnya, Nayla dan Ikbal melihat kepergian Indra. Setelah Indra tak terlihat mereka berdua masuk, Nayla langsung menuju kamar mandi ingin membersihkan badannya.Sementara di kantor, Setelah pak Toni tak terlihat, Bella langsung membuang berkas yang pak Toni berikan kepadanya. “Kamu pikir aku tidak tahu otak licikmu tua Bangka..!” Ucap Bella dengan tersenyum licik setelah merobek dan membuang berkas tersebut , ia berjalan menuju lift hendak menuju ke ruangan nya. “Ibu Bella, di tunggu pak Wibowo di ruangan nya.” Ucap Malika, ia melihat baru datang menuju ruangannya. Bella mengangguk lalu menuju ruangan pak Wibowo. Tok..tok..tok. Bella mengetuk ruangan pak Wibowo, lalu membuka nya. “Siang om..! kata Malika om mencari saya..?” Tanya Bella. Bella langsung masuk dan
Bella mengikuti dari belakang lalu berhenti dari kejauhan setelah melihat Indra berbelok ke dalam gang yang sempit. Dirinya masih di dalam mobil tidak lama terlihat motor Indra keluar dari gang tersebut namun hanya dirinya sendiri tanpa membonceng Nayla.“Jadi disini rumah perempuan itu.” Gumam Bella, ia melihat Indra sudah tidak terlihat lagi lalu membuka pintu mobil nya dan berjalan menuju rumah Nayla. Namun di saat di depan rumah Nayla tampak Bella seperti kebingungan.“Yang mana rumah perempuan itu?” Gumam Bella, seperti kebingungan namun ia berjalan ke salah satu rumah paling ujung lalu mengetuk pintu tersebut.Tok..tok.. tak lama pintu tersebut terbuka tampak pria setengah baya keluar.“Iya, cari siapa yah?” Tanya pria tersebut.“Saya mau mencari Nayla!” Sahut Bella, dirinya mengetahui nama Nayla dari pak Doni.“Oh, rumah Nayla yang ini Bu!” Sahut pria tersebut menunjuk rumah
“Apa dia tidak salah kirim alamat.?” Gumam Bella berdecap kesal, melihat sekeliling, ia keluar dari mobil dan menghubungi seseorang.Tut..Tut..tut.“Halo ! aku sudah tiba di alamat yang kamu kirim, aku hanya menemukan bekas gudang yang sudah tidak terawat dan sangat sepi tidak ada seorang pun daerah sini.” Ucap Bella.“Kamu sudah di alamat yang benar ! tunggu saja anak buahku akan menjemputmu.” Sahutnya, lalu menutup teleponnya. Bella kembali masuk ke dalam mobil, tak lama ada seorang yang mengetok kaca mobilnya. Bella menurunkan sedikit kaca mobilnya.“Saya anak buahnya bos Burhan, saya di tugaskan menjemput anda.” Ucap nya, Bella mengangguk lalu mengambil tasnya. Ia mengikuti pria tersebut ia masuk melalui samping gedung yang sudah terawat tersebut, disana ada sebuah pintu untuk masuk ke dalam gedung. Bella merinding dan memegang tekuk lehernya, di tambah Suasana di malam hari hingga membuat Bella semakin me