''Kenapa? Apa Kau tidak menyukainya? Yaudah kalau tidak suk…'' Belum selesai Zhafar mengucapkan kata-katanya, Erina sudah memotong pembicaraannya.
''Aku suka!!'' Kata-kata Erina berhasil membuat Zhafar tersenyum senang.
''Erina, gomawo. Aku juga tidak peduli apa alasan Kamu tidak suka pemberian dariku, tapi Aku mohon, jagalah sebisamu,'' Zhafar mengatakannya dengan lembut dan dengan tatapan sendunya saat menatap Erina.
''Oppaa… Iya akan Aku pakai dan jaga,'' Erina meyakinkan Zhafar dan disambut senyuman hangat dari Pria itu.
''Gomawo, Erina. Ehm, kajja, kita lanjutkan lagi ke Edinburgh? Gimana?'' Zhafar menawarkan lagi perjalanan mereka dan disambut antusias oleh Erina.
''Okeyy, ayokk,'' Erina berteriak semangat.
.
.
.
Mereka memutuskan untuk menyewa mobil dan mempersiapkan peralatan dadakan yang dibutuhkan. Setelah dirasa cukup, mereka melanjutkan perjalanan menuju Edinburgh.
Jarak dari Urquhart Drumnad
Arthur hanya diam menatapi mereka semua. Jangan lupakan tatapan dingin dan tanpa perasaan yang ia tunjukkan. Bahkan tampangnya terlihat tidak bersahabat walaupun di depannya ada tamu penting Ayahnya, ia sudah tidak peduli. Inilah Arthur sebenarnya! Arthur tidak takut! Kali ini Arthur akan hadapi sendiri! Arthur melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Di ruang keluarga, semua keluarga sudah menunggu Arthur dengan cemas. Mereka semua memperhatikan penampilan dan pergerakan Arthur dengan lamat seolah-olah Arthur adalah sosok asing bagi mereka. Artur pun menghentikan langkahnya. Ia bersandar pada dinding ruangan itu dan bersedekap. Benar-benar bukan gaya seorang Tuan Muda yang penurut. Ia lalu mengambil handphonenya yang lain karena handphonenya yang canggih sudah hancur. Ia sedikit agak marah karena alasan yang mengakibatkan handphonenya hancur juga salah satu dari mereka. Menelephonenya di pagi hari yang tenang. Cih!!!
Tuan Dafa Yeeshai Zeroun merasa Arthur sangatlah sombong dan angkuh. Lantas Beliau pun menantang Arthur secara gentle. ''Kau?!! Berani sekali menghina anakku! Apa yang Kau banggakan, ha?? Maaf Tuan Ansel Arsenio Shaquile, kalau bukan Anda yang meminta, Saya tidak pernah sudi kemari apalagi menghadapi Putra Anda. Terlalu sombong! Dan Kau Arthur Eryk Shaquile, apa yang Kau punyai hingga berani mengatai anakku?'' Tuan Dafa Yeeshai Zeroun pun berapi-api mengatakannya bahkan dirinya hampir ingin menampar Arthur tapi dihalangi oleh Putrinya dan Ayah dari Arthur. ''Pah, jangan begitu! Kumohon, Pah. Deolinda malu, Pah. Ehm, Tuan dan Nyonya Ansel Saya minta maaf atas sikap Ayah Saya,'' Deolinda dengan sopan membungkuk hormat. ''Deolinda!! Apa-apaan Kamu, ha?? Kau sudah dihina masih saja begitu,'' Ayah Deolinda spontan membentak Putrinya. Dan di saat ketegangan terjadi, terdapat suara tepukan tangan yang mengalihkan perhatian mereka semua. &nbs
Selama bertahun-tahun lamanya Arthur berhasil membangun Perusahaannya sendiri dengan usahanya sendiri dan berkembang pesat bahkan mempunyai anak cabang di berbagai Negara. Daebak!!! Namun poin ini yang sangat penting bagi semuanya, bahwa Ayah dari Deolinda merupakan salah satu karyawan Arthur. Beliau ternyata salah satu pejabat di salah satu anak cabang Perusahaannya. Perusahaan Arthur bukan perusahaan Ayahnya Arthur. Dan itu cukup mengejutkan mereka semua yang berada di ruangan. Fakta yang menghempaskan mereka cukup dalam. Terutama bagi keluarga Deolinda. Tuan Dafa Yeeshai Zeroun, Ayah Deolinda semakin menunduk tidak percaya dengan semuanya. Akan tetapi setelah melihat video itu, dirinya semakin yakin bahwa Pria muda di depannya adalah BigBossnya. Selama ini ia tidak mengetahui secara mendalam siapa sebenarnya BigBossnya karena tidak pernah terlihat di kantor. Fakta yang ada adalah Bigbossnya ternyata bekerja di belakang layar dan sel
# Edinburgh EH2 2 HG, United Kingdom, @ Princes Street Gardens, Pukul 16.00 sore Taman umum yang begitu mengagumkan, terletak di belakang Edinburgh Castle. Dari Taman inilah kita bisa melihat kemegahan dan keindahan Edinburgh Castle. Namun udaranya masih tidak bersahabat, cuaca sedikit mendung dan beberapa salju masih terlihat di sekitar jalanan. Hal ini tidak menghentikan kegiatan dari Pria dan gadis yang masih asyik berjalan menyusuri Taman ini. ''Oppa, apa Kau tidak capek? Kita belum istirahat ‘kan setelah kita mengelilingi Pusat Kota,'' Erina menghentikan langkahnya dan memilih duduk di bangku Taman diikuti oleh Zhafar duduk di sebelah kanannya. Pria itu masih menatap Erina dengan khawatir sedangkan Erina beralih menatap Pria itu dan tersenyum. ''Tidak, asal bersamamu Aku tidak pernah merasa capek, Erina…'' Zhafar mengatakan kejujuran hingga sanggup membuat pipi Erina m
# Di ujung Taman Seorang Pria tampan sedang duduk terdiam di bangkunya. Ia tidak berniat membuka percakapan dengan seseorang di sampingnya. Ia sibuk dengan Hpnya dan tidak menoleh sedikitpun pada seseorang di sampingnya saat seseorang itu berbicara. Seseorang itu merasa geram dan kesal. ''Arthur!'' Panggil seseorang itu dan mendekat ke arah Pria itu. Dan karena kesal dan kecewa, seseorang itu akhirnya melakukan hal nekat yang sudah sejak tadi ditahannya pada Pria tampan itu. Saat Pria itu menoleh, dalam hitungan detik sesuatu menyentuh bibirnya. Dan Pria itu terbelalak tidak percaya apa yang barusan terjadi hingga ia menjatuhkan Hpnya begitu saja. CUP! Gadis itu mencium bibir Arthur dengan agresif. Namun hanya sebentar karena setelah itu ia merasakan sakit di pipi kirinya. Yaa benar, Pria itu menampar pipi gadis gila ini. ''Fu*k!!! What do you do, ha
Apa ini takdir untuknya? Apakah Erina melakukan kesalahan di masa lalunya? Semesta seakan memberikan semua akses dan merestuinya. 1 detik… 5 detik… 1 menit berlalu, Erina masih bergeming di tempat duduknya. Hanya terdiam terpaku menatap seorang Pria yang tidak begitu asing di hidupnya. Fikirannya kembali ke masa lalu, saat ia masih satu kampus dengan Pria di depannya ini. #Flashback On ''Yakh!!! Kau! Seseorang yang sedang duduk disana!'' Suara berat seorang Pria mengagetkan gadis cantik yang masih sibuk dengan handphonenya. Gadis itu juga masih duduk santai di Taman belakang kampusnya, Seoul University. ''Ahh, Naya?'' Gadis cantik itu menunjuk dirinya sendiri. ''Ye. Siapa lagi kalau bukan Kau! Kemarilah!'' Perintah Pria itu tidak sopan terhadap seniornya. ''Yy… Ya…'' Gadis itu menghampiri Pria angkuh itu dengan sedikit takut. Ia berjalan perlahan
''Ssst!!! Diamlah! Kalau Kau tidak bisa diam, akan kubuat Kau diam seketika, Noona!'' Suara bass Pria itu menggelitik perasaan Erina. Erina sedikit pasrah saat hembusan nafas Pria itu juga menggelitik telinganya. Membuat gerah semuanya. Apalagi saat kedua tangan Erina digenggam erat oleh Pria itu, ia tidak bisa kemana-mana. Posisi seperti ini bisa gawat kalau ada yang lihat, apalagi kalau sampai dilihat oleh kawan Erina, orang yang saat ini mengisi hatinya walapun belum resmi pacaran. ''YAKH! Lepasin Aku! Kau gila!!! Akh!'' Erina memberontak dan mencoba melepaskan diri namun nihil. Semakin Erina berusaha melepaskan diri, semakin erat pula genggamannya Pria itu di kedua tangan Erina hingga membuat dirinya meringis kesakitan. ''Noona, Aku ‘kan sudah bilang, jangan berteriak! Kau ini sungguh-sungguh merepotkan, ya selain cantik dan manis. Dan pemberontak tentu saja, hahh. Aku tidak menyangka sama sekali. Benar-benar wajah c
Saat pertama kali Enzo menginjakkan kakinya di Kampus elit ini, ia terkesima dengan seorang gadis cantik yang terlihat dingin itu. Yang selalu sendiri. Tidak pernah sekalipun tersenyum. Dan saat pertama kalinya ia melihat gadis itu tersenyum, dunianya seakan runtuh, pertahanannya juga runtuh. Enzo menyukai gadis ini. Ia berjanji akan mendapatkan gadis ini dan membuatnya selalu tersenyum. Dan saat ini, gadis idamannya berada di dekatnya, di pangkuannya. Enzo tidak pernah menyangka. CUP! Satu kecupan Enzo berikan pada gadis ini. Bibir sexy Pria tampan ini masih menempel pada bibir mungil Erina. Perlakuan tiba-tiba yang dilakukan oleh Enzo sungguh diluar dugaannya. Erina tidak siap. Ia bahkan meresponnya lambat dan pipinya merona malu. Beberapa detik kemudian Erina tersadar dan reflek mendorong tubuh Pria itu. ''Ahh... Aku… hahh, baiklah. Aku… mau…'' Erina akhirnya menjawab juga den