Sepagi ini bapak sudah mengayuh sepedanya yang sudah rusak untuk pergi ke kota. Saat matahari masih belum muncul, bahkan langit masih sangat gelap. Suasana desa masih sunyi, belum ada suara orang-orang menyapu halamannya. Dua minggu lagi adalah ulang tahunku yang ke 17, bapak menjajikanku sebuah kado yang tidak akan aku duga sama skali. Berkali-kali aku menolak untuk diberikan kado oleh beliau, akan tetapi bapak selalu berkata “Bapak akan kasih kado buat kamu, kakak harus terima pemberian bapak”.
Bapak, sosok laki-laki cinta pertamaku yang tidak pernah menyakiti hatiku, walaupun aku selalu mengelak, tapi beliau selalu menganggapku sebagai putri sematawayangnya yang masih belajar merangkak. Belum di izinkan untuk pergi jauh sendirian ataupun hanya sekedar tidak diizinkan untuk memiliki pacar. 27 Desember 2004 adalah angka kelahiranku, begitupula di hari itu, orang tuaku resmi mendapat sebutan bapak dan ibu.
“Ehh.. pak budi.. pagi-pagi begin
3 tahun aku menjadi murid di SMK N 2 Adiyata, detik-detik semester akhir sudah ada di depan mata. Murid-murid kelas 3 sudah sibuk mempersiapkan diri untuk mencari perguruan tinggi, dan mencari info tentang lowongan pekerjaan. Tidak berbeda denganku, di sela-sela kesibukanku menjual donat, aku juga selalu berusaha mencari info tentang beasiswa untuk masuk kampus. Aku memang bemimpi masuk di UGM tapi, jika memang rezeki beasiswaku tidak di UGM, aku tidak mempermasalahkan itu, yang paling utama aku tetap bisa melanjutkan impianku."Clara, tolong bentuk panitia untuk pensi setelah Ujian Akhir Semester 5 ya" Ibu wakil kesiswaan meminta tolong kepadaku."Baik bu, nanti saya infokan dengan teman-teman" Jawabku dengan cepat sambil menganggukan kepala, pertanda aku menerima perintah beliau dengan jelas.Di sekolah, aku memanglah pribadi yang sangat aktif di organisasi osis. Aku menjabat sebagai wakil ketua osis untuk mendampingi ardan,ketua osisku. Di kelas a
Pembelajaran sehari ini sudah selesai, bel sudah berbunyi pertanda jam pelajaran telah selesai. "Okay, kita sambung pelajaran besok kamis ya" Ucap Guru bahasa Indonesia sambil membereskan buku-bukunya. " Baik bu" Jawab sekelas. Sebelum mengakhiri pelajaran kami sekelas berdoa terlebih dahulu. "Duduk siap grak!!" Ucapku memberikan aba-aba kepada semua anak kelas. Aku menengok kanan-kiri dan belakang, memastikan semua teman-teman ku sudah siap untuk berdoa. "Sebelum kita pulang, berdoa menurut agama masing-masing, berdoa mulai" lanjutku. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh. "Selesai, istirahat di tempat grak!!" Aku mengakhiri doa sebelum pulang. "Terimakasih untuk hari ini, hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut, kalau mau main ganti baju dulu atau sragamnya di tutupin jaketnya. Sampai jumpa hari kamis dengan semangat ikut kuis, jangan lupa belajar ya" Ucap guruku sebelum meninggalkan ruangan, dan memberi wejangan
Hari minggu, hari yang selalu di tunggu-tunggu oleh pelajar maupun pekerja kantoran. Hari dimana bisa menghabiskan waktu bersama keluarga, lebih lama dibandingkan hari-hari lainnya. Itu untuk mereka, berbeda dengan keluarga. Mau hari senin,selasa, rabu, maupun minggu, semuanya sama saja. Bangun pagi, mengerjakan tugas masing-masing dan pergi ke tempat tujuan masing-masing. Pagi ini seperti biasa, bangun pukul 4 pagi dan langsung pergi ke dapur, membantu ibuku memasak dan mencetak adonan donat. Hari ini aku mencoba menjual donatku di pasar dekat rumahku, juga menitipkannya di warung-warung."Aku nanti nyoba jual di pinggir jalan dekat pasar ya buk" Izinku dengan ibu yang sedang memasukkan kayu bakar agar api makin membesar. Di rumahku, kami memasak memang masih menggunakan tungku api, tapi bukan berarti kami tidak memiliki kompor LPG. Kompor di rumahku hanya di gunakan saat menggoreng donat, maupun saat sedang terburu-buru. Agar lebih hemat saja, kata ibuku."Tapi hati-
Menjalani hari demi hari dengan segala kejutan, membuatku semakin tidak menyerah untuk menggapai semua mimpiku dan memwujudkan semua kehaluanku. Hidup di tengah keluarga yang harmonis, membuatku selalu bersyukur atas semua yang di berikan Tuhan kepadaku, walaupun memang masih ada tantangan yang harus selalu siap ku hadapi kedepannya.“Baru jam 4 kok sudah pulang pak?” Tanyaku kepada laki-laki cinta pertamaku, bapak.“Bapak pusing kak, dari pada nanti pingsan lagi makanya bapak izin pulang dulu” Jelas bapak.Aku terdiam dan mulai panik, aku langsung pergi ke dapur untuk mengambil obat dan membuatkan teh hangat untuk bapak, dan membawakan beliau nasi serta lauknya.“Bapak, ini di makan dulu, di minum obatnya” Perintahku ke bapak agar beliau cepat sembuh.“Bapak nggakpapa sayang, cuman capek aja, ini di pijitin doang sembuh” Jawab bapak tersenyum.“Ini bapak makan dulu, habis makan kakak pij
Setelah melewati hari minggu yang cukup semangat dan sedikit membuat galau karna bapak tiba-tiba sakit. Pagi ini aku siap menyambut hari senin dengan lebih semangat lagi. Aku yakin, Tuhan selalu memberikan kejutan di setiap harinya, kejutan yang beranekaragam yang selalu di luar dugaan hambanya. Pagi ini aku bertemu aryo di parkiran sepeda, kebetulan pagi ini aku berangkat sekolah naik sepeda, karna akan ada rapat lagi untuk membahas pensi sekolah.“Pagi aryo” Sapaku sambil menuntun sepedaku dan memarkinkannya di dekat sepeda aryo.“Eh.. Pagi ra” Jawab aryo sambil mencari suara yang menyapanya.“Gimana yo? Jadi kita ke UGM?” Tanyaku pelan-pelan agar tidak ada yang mendengar.“Jadi, besok sore bisa? Kalau sore gapapa kan? Nunggu motornya bapak dulu” Aryo menjelaskan.Kita bercakap-cakap cukup lama sampai akhirnya aryo masuk ke dalam kelasnya. Kebetulan kelasku dan kelas aryo tidak terlalu jauh, hanya s
Selasa, selalu ada rasa. Seperti janji aryo beberapa waktu lalu saat di pantai. Sore ini aku dan dia akan pergi ke kota, hanya sekedar ingin melihat kampus UGM dari dekat, juga untuk melihat kota saat malam hari. Aryo janji denganku akan menjemputku pukul setengah 4 sore, aku sesegera mungkin bersiap-siap agar jika aryo sampai, tidak tidak marah-marah lagi karna menungguku cukup lama. Sudah menjadi hobbi dia sejak dulu, marah-marah tidak jelas jika bersamaku, padahal jika dengan teman lain, dia hemat bicara.“Aduuhhh... udah jam 3 nih, mandi dululah aku” Ucapku sambil melihat jam yang jarum pendekanya hampir di angka 3, dan jarum panjangnya di angka 11.Aku bergegas mengambil handuk yang aku jemur di belakang rumah, mengunci pintu depan dan pintu belakang, agar tidak ada tetangga yang datang saat aku sedang mandi. Aku mengambil baju di kamar dan membawanya masuk ke kamar mandi. Menghidupkan pompa air, dan air mengalir dari sumur masuk ke dalam bak mandiku.
Setelah mengelilingi Yogya sejak sore, dan aku sudah di antarkan pulang oleh aryo. Aryo langsung menstater motornya, sesegera mungkin ia melaju, menjauh dari rumahku. Aku menunggu motor aryo hingga hilang terlebih dahulu dari kedua mataku. Setelah aryo sudah tidak kelihatan, aku masuk ke dalam rumah."Pak, buk. kakak pulang!" Teriakku sambil membuka pintu."Dari mana saja?" Suara tinggi ibuku yang terdengar sangat judes, sepertinya akan memarahiku."Dari UGM buk sama aryo" Jawabku sambil melepas sepatu.Muka ibuku memerah, beliau berdiri di hadapanku cukup lama dengan tangan menyilang di dada, sembari menungguiku melepas sepatu. Tidak ada sedikit kata-kata yang keluar dari mulut beliau, tapi rasanya ibu akan sangat marah.“Kanapa berdiri seperti itu buk?” Tegur bapak kepada ibu.“Ini lihat anakmu ini, sudah di bilangi berkali-kali masih saja ngeyel” Ibu mulai marah-marah sambil menunjuk ke arahku.Aku terkejud,
Ayam jago sudah mengeluarkan suaranya “Kuk kuruyukkkk”, suara yang terdengar sedikit lebih kencang dari hari kemarin. Mungkin hari ini si ayam jago milik tetangga sedang semangat berkokok. Aku bangun dari tidurku, merapikan spree dan melipat selimut, bergegas ke dapur untuk cuci muka dan membantu ibuku memasak. Hari ini aku tidak berjualan donat, setelah semalaman menangis karna perdebatan yang memalukan itu. Aku berjalan mengelilingi rumah.“Tumben ibuk belum bangun” Ucapku dalam hati, terheran-heran. Biasanya ibuk jam segini sudah bangun untuk memasak.Mataku tertuju ke pintu kamar orang tuaku, ingin mengetuknya tapi takut kalau mengganggu tidur mereka, jika langsung ku buka pintunya takut kalau orang tuaku sudah bangun sehingga terkesan tidak sopan. Aku mencari celah dan cara agar bisa melihat ibuku apakah masih tidur atau tidak. Akhirnya aku memutuskan untuk mengetok pintu kamar orang tuaku.“Tokk...tok..tokkk” Ketukku dar