Kini Devana, Raka, Devan dan Ana sudah berada di ruang keluarga. Teh hangat dan camilan pun sudah tersedia, begitu juga dengan papan catur yang sudah menantang menantu dan ayah mertua itu.
"Mommy mau pegang siapa yang jadi juara?" Bisik Devana. Bertanya kepada mommy nya, namun bisikan itu masih terdengar oleh Raka dan juga Devan.
"Mommy pegang Raka deh," Jawab Ana sambil menatap putra menantunya itu.
"Lah kok Mommy malah pegang Mas Raka sih, bukan Daddy?" Devana memprotes. Karena dia merasa kasian pada Daddynya. Dan karena tentu saja Devana pasti mendukung suaminya.
"Karena Mommy tau, Daddy mu pasti kalah oleh suamimu Ra, dari dulu kan daddy payah dalam bermain catur, sekarang sosoan nantangin suamimu, yang mommy yakin jago dalam main catur " Jawab Nakusha sambil terkekeh
"Mommy. Daddy denger loh Mommy ngomong apa, oke lah gak masalah kalau Mommy gak mau kasih semangat buat Daddy. Dad akan memberi semangat buat diri Daddy&nb
Devana dan Raka pun kini tengah berada diruang makan, meski sudah terlambat untuk sarapan, tapi mereka tampak tidak peduli karena perutnya merasa lapar, mereka pun menikmati makanan yabg disajikan oleh mommy nya"Daddy udah berangkat kerja, Mom?" Tanya Devana. Sambil memakan makanannya, begitu juga dengan Raka."Sudah tadi jam 08.00. Kalian sih bangunnya kesiangan padahal Daddy kalian ingin sarapan bareng kalian," Jawab Ana. Sambil menatap anak dan menantunya yang sangat lahap memakan makanannya."Kalian doyan atau kelaperan sih? Makan kok sampe segitunya?" tanya Ana dengan kekehannya karena merasa lucu dengan Devana dan Raka yang melahap makannya dengan begitu semangat."Hehe kami laper mom. Biasa habis olahraga malam, Iya kan sayang?" Raka menjawab tanpa merasa malu sedikit pun pada ibu mertuanya. Sedang Devana yang ditanya oleh Raka. Kini dia tersipu malu karena suaminya yabg berkata terlalu jujur
"Eh Iya maaf, Dika kenalin ini istri gue namanya Devana," Ucap Raka ada Dika. Namun, tidak pada Maira."Istri! Lo becanda kan Ka, memang kapan lo nikahnya, Ka? Kenapa gak undang-undang, gue kira lo bakalan nikah cuma sama Maira," Ucap Dika. Sambil menatap Devana yang kini hanya terdiam. Raka hanya menggelengkan kepalanya lalu melihat Maira yang terlihat sedih, karena kini pria yang masih dia cintai yang dia yakini masih mencintainya sudah milik wanita lain."Gue kira itu tadi sodara lo, yang cuma nemenin lo doang biar gak sendiri. Gue gak nyangka kalau lo udah m nikah sama gadis remaja bro. Lagian dia pantesnya jadi adik lo, bukan istri lo bro," Bisik Dika. Yang masih terdengar oleh Devana, dan itu membuat Devana mendelik kearah Dika dan Raka yang hanya diam sambil menatap Maira tanpa peduli dengan Devana yang mulai melepaskan pegangan tanganbya pada Raka."Raka, kamu bener-bener udah nikah?" Tanya Maira. Dengan mata yang berkaca-kaca, membuat Raka m
Sesampainya di apartemen, Devana pun langsung nyelonong masuk tanpa menghiraukan suaminya.Brukk!Suara pintu tertutup sangat keras, membuat Raka menghela nafasnya, dan menyusul Devana ke kamar beruntung Devana tidak menguncinya. Namun mata Raka membulat saat melihat Devana tengah membereskan bajunya kedalam koper."Deva, kamu mau kemana?" Tanya Raka panik karena melihat istrinya memasukan bajunya ke dalam koper. Dan tak ada sahutan dari Devana dia malah sibuk mengeluarkan baju-bajunya dari lemari."Aku mau pulang kerumah Mommy, supaya Mas Raka bisa bersama perempuan yang Mas Raka cintai," Ucap Devana sambil memasukkan baju-bajuya kedalam koper."Kamu bicara apa sih sayang? Jangan seperti ini kita bicarain semuanya dengan kepala dingin jangan emosi seperti ini," Ucap Raka sambil mengambil alih baju Devana dan memasukannya kembali ke lemari."Hentikan Mas! Aku hanya ingin memikirkan kembali hubungan kita, aku tau mungkin aku sudah
Kini Ares tengah berdiri di balkon kamarnya, sesekali dia teringat kejadian tadi sore saat dia nongkrong bersama teman-temannya di Cafetaria, dia yakin kalau tadi itu adalah Ragini bersama Dosen yang terkenal dengan kekillerannya dan kedisiplinannya itu"Gue yakin itu tadi beneran Devana deh, tapi pak Raka kok bisa ya dia makan bareng Devana, bodoh banget gue harusnya tadi gue samperin aja mereka, jadi gak bikin gue penasaran kayak gini, sebenarnya ada hubungan apa ya pak Raka dengan Devana, kalau memang pak Raka ada sesuatu dengan Devana gue harus gerak cepat, gue gak boleh tinggal diam gue harus bertindak," Ucap Ares bermonolog sambil manatap langit yang terlihat indah dengan bintang yang bertaburan.Sementara itu di sebuah kamar yang terlihat mewah dan elegan, terdapat sepasang suami istri yamg baru saja menuntaskan rutinitas mereka diatas ranjang."Udah By, aku cape dari tadi kamu minta nambah terus." Devana merajuk di
Keesokan harunya seperti biasa Devana dan Raka melakukan aktivitasnya yaitu pergi kekampus, tentu saja mereka pergi bersama seperti biasa dan seperti biasa juga Devana akan turun di halte dekat kampusnya.Sesampainya dikampus Devana pun langsung menuju kelas, dia kini sadang berjalan di Koridor kampus untuk menuju ke kelasnya sendirian. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat ada yang memanggilnya."Dev, Deva tunggu...?" Panggil seseorang yang ternyata adalah Ares yang sudah Devana anggap sebagai sahabat baiknya. Meski akhir-akhir ini Ares sedikit menyebalkan karena selalu menggodanya dan Devana tidak suka itu."Ada apa, Res?" Tnya Devana. Yang kini menoleh kearah Ares yang sudah ada disampingnya dengan senyuman yang membuat Devana sedikit mual saat melihatnya."Ah tidak ada apa-apa, Va. Aku hanya ingin mengajak kamu ke kantin saja, udah beberapa hari kita jarang ngobrol, jadi aku ingin mengajakmu sarapa
Kini Devana tengah terduduk di kelas nya, sesekali dia memijit plipisnya, rasa sakit yang mendera kepalanya kian mendera benar-benar terasa sakit, Devana pun menelungkupkan kepalanya diatas mejanya agar mengurangi rasa sakitnya dikepalanya."Deva, kamu kenapa?" Tanya Mita. Yang baru saja datang dan melihat sahabatnya yang terlihat menyandarkan kepalanya keatas meja. Devana pun mendongak menoleh kearah Mita yang baru saja datang."Nggak apa-apa Mit, cuma agak sedikit pusing," Jawab Devana. Dengan senyuman yang dipaksakan agar sahabatnya itu tidak khawatir."Tapi wajah kamu terlihat pucat, Va. Aku antar kamu ke ruang UKS ya." Mita menawarkan bantuan mengajaknya ke UKS."Nggak Mit, aku gak apa-apa kok cuma pusing sedikit, nanti juga sembuh udah biasa kok sakit kayaknya gini," Jawab Devana. Yang kekeh tidak mau menuruti ajakan Mita yang ingin membawanya keruang UKS."Ya udah kalsu gak mau, apa kamu absen aja nanti biar aku yang
Setelah itu tidak ada balasan lagi dari Devana. Kini Devana malah tengah sibuk dengan pikirannya yang telah menerawang, karena ucapan Dokter Sinta tadi yang menyuruhnya memeriksa ke Dokter kandungan."Arrrggghhh..., bagaimana kalau aku benar-benar hamil! Ya Tuhan aku benar-benar belum siap untuk jadi ibu, dan lagi bagaimana penilaian teman-temanku pasti mereka akan mengolokku karena aku hamil, dan pasti mereka mengira aku hamil di luar nikah, karena yang mereka tahu aku belum menikah. Aaaa..., aku gak mau, mudah-mudahan benar Kata Bu Sinta kalau dia salah diagnosa," Ucap Devana. Sambil berbaring mencoba untuk istirahat karena kini kepalanya kembali terasa sakit.Beberapa menit kemudian, akhirnya Raka pun datang dengan mengendap-endap seperti maling saat memasuki ruang kesehatan, dan setelah di ruangan itu. Raka pun langsung mengunci pintu ruangan itu, takut-takut ada yang tiba-tiba masuk."Ada apa sayang?" T
Raka dan Devana pun sudah tiba di apartemen mereka. Semenjak pulang dari rumah sakit Devana pun hanya terdiam, dan setelah masuk ke apartemen dia langsung masuk ke kamarnya.Raka yang melihat istrinya menjadi pendiam pun langsung menghampirinya dikamar mereka. Raka melihat Devana berbaring ditempat tidurnya dengan memiringkan tubuhnya. Raka mendekati Devana dan duduk disampingnya, dia melihat Devana meneteskan air matanya. Melihat Istrinya Istrinya menangis dalam diam. Raka pun langsung menghapus air matanya."Kenapa, hm? " Tanya Raka. Sambil membelai rambut Devana. Namun, bukannya berhenti, Devana semakin terisak, membuat Raka bingung dibuatnya karena tidak biasanya Devana cengeng seperti ini."Mas, Aku takut." Devana berkata dengan suara bergetar. Membuat Raka menatap wajah Devana dengan lekat."Takut kenapa sayang? Ada aku yang akan selalu menemanimu," Ucap Raka. dengan lembut mencoba