Sesampainya di apartemen, Devana pun langsung nyelonong masuk tanpa menghiraukan suaminya.
Brukk!
Suara pintu tertutup sangat keras, membuat Raka menghela nafasnya, dan menyusul Devana ke kamar beruntung Devana tidak menguncinya. Namun mata Raka membulat saat melihat Devana tengah membereskan bajunya kedalam koper.
"Deva, kamu mau kemana?" Tanya Raka panik karena melihat istrinya memasukan bajunya ke dalam koper. Dan tak ada sahutan dari Devana dia malah sibuk mengeluarkan baju-bajunya dari lemari.
"Aku mau pulang kerumah Mommy, supaya Mas Raka bisa bersama perempuan yang Mas Raka cintai," Ucap Devana sambil memasukkan baju-bajuya kedalam koper.
"Kamu bicara apa sih sayang? Jangan seperti ini kita bicarain semuanya dengan kepala dingin jangan emosi seperti ini," Ucap Raka sambil mengambil alih baju Devana dan memasukannya kembali ke lemari.
"Hentikan Mas! Aku hanya ingin memikirkan kembali hubungan kita, aku tau mungkin aku sudah
Kini Ares tengah berdiri di balkon kamarnya, sesekali dia teringat kejadian tadi sore saat dia nongkrong bersama teman-temannya di Cafetaria, dia yakin kalau tadi itu adalah Ragini bersama Dosen yang terkenal dengan kekillerannya dan kedisiplinannya itu"Gue yakin itu tadi beneran Devana deh, tapi pak Raka kok bisa ya dia makan bareng Devana, bodoh banget gue harusnya tadi gue samperin aja mereka, jadi gak bikin gue penasaran kayak gini, sebenarnya ada hubungan apa ya pak Raka dengan Devana, kalau memang pak Raka ada sesuatu dengan Devana gue harus gerak cepat, gue gak boleh tinggal diam gue harus bertindak," Ucap Ares bermonolog sambil manatap langit yang terlihat indah dengan bintang yang bertaburan.Sementara itu di sebuah kamar yang terlihat mewah dan elegan, terdapat sepasang suami istri yamg baru saja menuntaskan rutinitas mereka diatas ranjang."Udah By, aku cape dari tadi kamu minta nambah terus." Devana merajuk di
Keesokan harunya seperti biasa Devana dan Raka melakukan aktivitasnya yaitu pergi kekampus, tentu saja mereka pergi bersama seperti biasa dan seperti biasa juga Devana akan turun di halte dekat kampusnya.Sesampainya dikampus Devana pun langsung menuju kelas, dia kini sadang berjalan di Koridor kampus untuk menuju ke kelasnya sendirian. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat ada yang memanggilnya."Dev, Deva tunggu...?" Panggil seseorang yang ternyata adalah Ares yang sudah Devana anggap sebagai sahabat baiknya. Meski akhir-akhir ini Ares sedikit menyebalkan karena selalu menggodanya dan Devana tidak suka itu."Ada apa, Res?" Tnya Devana. Yang kini menoleh kearah Ares yang sudah ada disampingnya dengan senyuman yang membuat Devana sedikit mual saat melihatnya."Ah tidak ada apa-apa, Va. Aku hanya ingin mengajak kamu ke kantin saja, udah beberapa hari kita jarang ngobrol, jadi aku ingin mengajakmu sarapa
Kini Devana tengah terduduk di kelas nya, sesekali dia memijit plipisnya, rasa sakit yang mendera kepalanya kian mendera benar-benar terasa sakit, Devana pun menelungkupkan kepalanya diatas mejanya agar mengurangi rasa sakitnya dikepalanya."Deva, kamu kenapa?" Tanya Mita. Yang baru saja datang dan melihat sahabatnya yang terlihat menyandarkan kepalanya keatas meja. Devana pun mendongak menoleh kearah Mita yang baru saja datang."Nggak apa-apa Mit, cuma agak sedikit pusing," Jawab Devana. Dengan senyuman yang dipaksakan agar sahabatnya itu tidak khawatir."Tapi wajah kamu terlihat pucat, Va. Aku antar kamu ke ruang UKS ya." Mita menawarkan bantuan mengajaknya ke UKS."Nggak Mit, aku gak apa-apa kok cuma pusing sedikit, nanti juga sembuh udah biasa kok sakit kayaknya gini," Jawab Devana. Yang kekeh tidak mau menuruti ajakan Mita yang ingin membawanya keruang UKS."Ya udah kalsu gak mau, apa kamu absen aja nanti biar aku yang
Setelah itu tidak ada balasan lagi dari Devana. Kini Devana malah tengah sibuk dengan pikirannya yang telah menerawang, karena ucapan Dokter Sinta tadi yang menyuruhnya memeriksa ke Dokter kandungan."Arrrggghhh..., bagaimana kalau aku benar-benar hamil! Ya Tuhan aku benar-benar belum siap untuk jadi ibu, dan lagi bagaimana penilaian teman-temanku pasti mereka akan mengolokku karena aku hamil, dan pasti mereka mengira aku hamil di luar nikah, karena yang mereka tahu aku belum menikah. Aaaa..., aku gak mau, mudah-mudahan benar Kata Bu Sinta kalau dia salah diagnosa," Ucap Devana. Sambil berbaring mencoba untuk istirahat karena kini kepalanya kembali terasa sakit.Beberapa menit kemudian, akhirnya Raka pun datang dengan mengendap-endap seperti maling saat memasuki ruang kesehatan, dan setelah di ruangan itu. Raka pun langsung mengunci pintu ruangan itu, takut-takut ada yang tiba-tiba masuk."Ada apa sayang?" T
Raka dan Devana pun sudah tiba di apartemen mereka. Semenjak pulang dari rumah sakit Devana pun hanya terdiam, dan setelah masuk ke apartemen dia langsung masuk ke kamarnya.Raka yang melihat istrinya menjadi pendiam pun langsung menghampirinya dikamar mereka. Raka melihat Devana berbaring ditempat tidurnya dengan memiringkan tubuhnya. Raka mendekati Devana dan duduk disampingnya, dia melihat Devana meneteskan air matanya. Melihat Istrinya Istrinya menangis dalam diam. Raka pun langsung menghapus air matanya."Kenapa, hm? " Tanya Raka. Sambil membelai rambut Devana. Namun, bukannya berhenti, Devana semakin terisak, membuat Raka bingung dibuatnya karena tidak biasanya Devana cengeng seperti ini."Mas, Aku takut." Devana berkata dengan suara bergetar. Membuat Raka menatap wajah Devana dengan lekat."Takut kenapa sayang? Ada aku yang akan selalu menemanimu," Ucap Raka. dengan lembut mencoba
Huek... Huek... Huek"Ya Tuhan kenapa pagi ini rasa mualku tidak bisa ditahan, padahal kemarin masih bisa ditahan." Wajah Devana terlihat pucat karena terlalu banyak mengeluarkan cairan. Sementara diluar sana Raka yang baru terbangun langsung turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi karena mendengar Devana muntah-muntah."Astaga sayang, kamu kenapa? Ayo bangun sebaiknya hari ini kamu istirahat dirumah saja," Ucap Raka. Terlihat khawatir. Lalu dia memapah tubuh Devana yang Raka lihat tengah terduduk dilantai kamar mandi."Nggak, Mas. kamu tau kan skripsiku tinggal sedikit lagi dan aku ingin minggu depan sudah berada ditangan pak Abimanyu agar segera diproses. Dan aku bisa segera sidang jadi aku bisa istirahat dirumah kalau sudah sidang skripsi," Sahut Raka. Yang kini tengah duduk diranjang."Tapi sayang lihat lah wajahmu sangat pucat, aku jadi khawatir melihatnya," Ucap Raka. Sambil menatap wajah pucat Devana, dan tidak bisa memaksa Devana u
"Gimana hasil tesnya, benar-benar positif kan?" Tanya Sinta. Membuat Devana tersentak mendengar pertanyaan Sinta. "Iya Bu, positif," Sahut Devana. Dengan anggukan lemahnya. "Terus bagaimana, apakah kekasihmu akan bertanggung jawab setelah dia tau kalau kamu hamil, Devana?" Lagi-lagi Sinta bertanya. Karena memang sangat ingin tahu tentang Devana yang sudah bu Sinta anggap seperti putrinya sendiri. "Dia sudah bertanggung jawab Bu, dia akan menikahiku," Jawab Devana dengan berbohong pada Bu Sinta, Nanti jika waktunya sudah tepat pasti Devana akan memberi tahu kepada Bu Sinta tentang pernikahannya dengan Raka, dosen pembimbingnya itu. "Syukur lah kalau dia mau bertanggung tanggung jawab, ibu senang karena calon cucu ibu akan mempunyai keluarga yang lengkap," Ucap Sinta dengan senyuman sumringahnya. Devana pun tersenyum meski perasaannya sekarang tidak tenang. "Iya Bu, dan ibu tau calon bayiku terny
Sementara itu diruang Kesehatan "Apa! Jadi kalian suami istri? Astaga sejak kapan dan sudah berapa lama kalian menikah?" Tanya Dokter Sinta. Yang terlibat karena shock dengan pengakuan Raka, karena tidak mau istrinya dalam keadaan tertekan masalah ini. "Dua bulan yg lalu Dok, aku juga tidak merencanakan ini, tapi orang tua kami yang merencanakan ini semua, dan kami pun akhirnya menikah tanpa undangan kalian semua yang ada dikampus ini," Jawab Raka. Sedangkan Devana kini tengah setelah meminum Vitamin yang selalu Raka bawa, karena