Rosa Melinda sedang tidak bisa ditenangkan dan masih saja mengamuk di selnya. Semua petugas sudah angkat tangan karena tak bisa mengontrolnya lagi.
"Kenapa lagi dia? Perasaan dia kemarin itu sudah jinak kenapa sekarang kembali liar lagi?" ucap seorang petugas yang sudah kewalahan menghadapi tingkah laku Rosa ya semakin menjadi-jadi.
Wanita itu sekarang malah sedang memukul-mukul sel tahanan dan menimbulkan suara kegaduhan yang cukup memekakkan telinga. Detektif Ferisha sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa dan memilih untuk membiarkannya saja.
"Apa ini berhubungan dengan pria muda yang baru saja menemui dia itu?" tebak Evan, salah seorang polisi yang baru saja ditempatkan di kantor polisi itu sekitar beberapa minggu yang lalu.
"Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?" tanya salah satu polisi lain yang baru saja meminta Rosa untuk diam tapi gagal.
"Ya karena sebelum dia menemui udah itu tadi, dia masih nampak normal dan tidak melakukan hal gila. T
Valentino tak bisa tidur semalaman setelah bertemu dengan Misky saat itu. Dia tak bisa melupakan kata-kata pria itu. Dia semakin tidak bisa buat dirinya sendiri tenang karena rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.Kematian Agusta Irawan karena kecerobohannya memang tidak bisa dilupakan setitikpun."Anda tidak tidur, Tuan Muda?" tanya Ruslan yang sudah hadir di kamar Tuan Mudanya.Ruslan menebak jika Valentino sama sekali tidak tidur semalaman karena pria itu masih memakai pakaiannya yang sama dengan semalam. Tuan Mudanya itu biasanya akan berganti piyama ketika dia tidur dan ketika Ruslan melihat Valentino masih mengenakan jasnya sambil duduk disalah satu sofa di kamarnya berarti dia tidak memejamkan matanya sama sekali."Mana bisa aku tidur setelah mendengar ucapan Misky?""Tuan Muda, ini sama sekali bukan kesalahan Anda. Kami yang bersalah karena telah membiarkan Pak Agusta saat itu keluar sendirian. Kami yang tidak becus menjaga Pak Agusta ses
"Aku tidak tahu, David. Kau bisa mempertanyakan itu kepada Stefan atau Bara nanti. Tapi yang pasti aku sudah menyiapkan seorang pengacara baru untuk kamu dan dia pasti juga saat ini sedang menuju ke sini." David mulai merasa kesal pada kedua sahabatnya itu. "Kenapa mereka tidak membicarakan hal ini terlebih dulu? Aryan adalah pengacara yang bagus dan dia pasti bisa membuatku bebas dari sini." "Aku tidak tahu. Mungkin mereka meragukan kemampuan Aryan. Aku dengar dia salah satu teman Valentino. Jadi kemungkinan besar dia tidak akan setia untuk membantu kamu mendengarkan kamu dari sini." "Omong kosong. Dia tidak mungkin berani untuk menghianati aku karena ibunya ada di tanganku. Ibu Aryan disekap oleh Bara dan Stefan." Valentino berusaha untuk menahan dirinya agar tidak langsung menonjok pria yang ada di hadapannya ini. Dia paling benci jika seorang laki-laki menggunakan sebuah tameng untuk melindungi dirinya. Hal yang dilakukan oleh Davi
Bara menghembuskan napasnya pelan. "Bukan ideku sebenarnya, David. Itu ide Stefan. Dia ingin membuktikan sesuatu yang sebenarnya menurutku sangat konyol sekali," ujar Bara. David berdecak pelan. Dia mendorong kursi di depannya dan kemudian duduk. "Apa yang ingin dia coba buktikan? Bukankah semua sudah jelas jika Aryan memang salah satu dosen hukum yang cukup cerdas dan aku yakin dia juga pasti menjadi pengacara yang hebat nantinya. Apalagi yang masih kurang jelas?" David menyisir rambutnya dengan kedua tangannya. Rambutnya itu sudah tak terawat dan sudah tumbuh mencuat kemana-mana. David baru kali ini berpenampilan layaknya seorang tahanan yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Selain rambut di kepalanya yang tumbuh dengan tidak rapi, wajahnya sudah ditumbuhi oleh kumis dan juga dagunya sudah ditumbuhi rambut juga. David tak pernah seberantakan ini seumur hidupnya. Bahkan saat dirinya masih remaja sebelum ibunya menikah dengan Budi Araya da
David berpapasan dengan sang ibu yang juga baru saja keluar dari ruang tunggu tahanan.Rosa Melinda begitu melihat sang putra berjalan menghampirinya, langsung saja membawa dirinya sendiri menuju sang putra dan kemudian menjambaknya dengan sangat emosi.Para petugas polisi yang mengawal mereka kaget dan kemudian berusaha untuk memisahkan David dari Rosa yang sedang mengamuk."Ini semua gara-gara kau, David. Dasar anak sialan, kau sudah membuat kita masuk kedalam penjara dan kau juga membuatku kehilangan satu-satunya orang yang mencintai aku dengan tulus. Kau, anak brengsek. Tak tahu diuntung," teriak Rosa sambil masih berusaha untuk meraih rambut anaknya dan kemudian menjambaknya lagi.Sayang, para polisi berhasil mengamankannya dan kemudian persidangan pun harus terpaksa ditunda beberapa menit sebelum mereka berhasil membuat Rosa tenang kembali.Tubuh David merosot ke lantai. Bukan tubuhnya yang melemah setelah mendapat amukan dari Rosa, melainkan
David masuk ke dalam ruang persidangan dan melihat ke arah para orang yang hadir di persidangannya. Matanya menyapu pada semua orang di sana dan berhenti pada seorang gadis yang sedang berbicara dengan Detektif Ferisha.Wanita itu ada mantan kekasih yang masih dia cintai, Almyra Putri. Wanita yang awal tidak pernah dia pikirkan kan malah dia duakan. Bahkan dia hanya menganggap wanita itu sebagai salah satu bonekanya yang bisa memenuhi hasratnya. Tapi seakan karma sedang menghampirinya hingga dia pada akhirnya malah jatuh cinta pada Almyra di saat gadis itu mulai menjauhinya.David menatap wanita itu dengan sendu karena dia juga sadar tak ada kemungkinan dia bisa bersanding dengan wanita itu. Harapannya sudah pupus begitu dia tahu mengenai adik perempuan Almyra yang dia tabrak beberapa tahun yang lalu.Almyra tidak pernah akan memaafkannya meskipun dia bersujud 1000 kali pun. Sekalipun dia dipenjara nanti, tidak mungkin wanita cantik itu akan mau menghapus rasa d
"Dia harus mengaku agar hukumannyamenjadi lebih ringan." Valentino mengatakannya dengan tenang tapi membuat Stefan langsung mendorongnya ke dinding."Apa maksudnya, hah? Kau meminta David untuk bunuh diri? Iya? Sekarang kamu mulai menunjukkan sifat aslimu ya? Kau sudah muak bersandiwara depan kami?" Stefan menekan dada Valentino dengan kedua tangannya tapi Valentino hanya mengabaikannya dan mendorongnya balik."Hentikan, Stefan!" teriak David yang sudah keluar dari ruang sidang itu.Stefan mendengus karena yakin sekali jika sepupunya itu tetap saja akan membela sahabat tercintanya."Sebenarnya apa masalah kamu sampai kamu begitu membenci dan mencurigai Calvin?"Stefan berdecak."Itu karena sahabat tersayang kamu itu telah memberikan saran bodoh yakni membuat kamu mengaku di persidangan nanti." Stefan menatap penuh kemenangan pada Valentino yang sudah merapikan dirinya.David menoleh pada Valentino yang kemudian ikut menatapnya.
Bara segera menyeret sahabat baiknya itu untuk pergi dari tempat sidang karena tak ingin Stefan berbuat gila dengan semakin memojokkan Calvin Miller.Mereka datang bersama-sama menggunakan mobil Bara, jadi kali ini kendali penuh ada di tangan Bara. Bara memaksa sahabatnya itu untuk masuk ke dalam mobilnya.Dengan ogah-ogahan, Stefan masuk ke dalam mobil tapi di bagian belakang."Kau pikir aku sopirmu?" Bara mendelik kesal pada Stefan yang cuek-cuek saja."Cerewet." Stefan dengan tenangnya mulai memejamkan matanya dan tidak menghiraukan umpatan yang mulai keluar dari mulut Bara.Baginya ha itu sudah biasa karena sejak mereka berteman, ucapan-ucapan kasar itu terlontar begitu saja dari mulut mereka masing-masing dan tak ada yang pernah sakit hati hanya karena ucapan.Bara sendiri sudah hafal sifat Stefan yang kelewat cuek itu jadi memilih untuk membuang mukanya dan mulai mengemudikan mobilnya.Bara menutup paradise night club dalam bebe
"Aku senang kalian sudah ada di sini." Valentino menatap penuh senyum pada Bu Sriani dan juga Aryan."Istirahatlah, Bu. Ibu pasti sangat lelah karena terlihat sekali di wajah Ibu." Aryan meminta ibunya untuk beristirahat."Kau juga, Aryan. Pergilah tidur." Valentino sekarang memerintahkan sahabatnya itu untuk ikut beristirahat seperti ibu kandungnya.Aryan menggeleng dan malah menyuruh ibunya untuk pergi terlebih dulu lalu kemudian dia duduk di samping Valentino."Terima kasih telah menyelamatkan ibuku. Dan terima kasih sudah mengganti pengacara baru untuk David karena aku rasanya tak bisa membayangkan jika diriku ini harus membela pria brengsek seperti David. Aku termasuk sangat beruntung sekali bisa lepas dari mereka."Valentino mengangguk dan untuk pertama kalinya dia merasa sangat lega sekali bisa membebaskan Bu Sriani dari cengkraman sahabat David itu."Iya, Aryan. Aku juga tidak mungkin bisa tidur tenang jika belum menyelamatkan ibu ka