TEMEN TAPI DEMEN 13 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Menahan rindu memang hal yang berat. Mungkin benar hanya Dilan yang sanggup. Shasa belum tahu sanggup atau tidaknya. Namun langkahnya tidak mau berhenti hanya karena rindu. Dengan rindu maka kadar cinta yang ada semakin besar.
Akan tetapi, rasa takut pun juga tiba-tiba menghampiri kalau berpikir dari sisi buruknya. Ia tidak mau kepalanya dipenuhi firasat yang tidak-tidak. Karena rindu bisa beralih fungsi menjadi cemburu dalam sekejap.
Shasa masih menatap sang ibu yang menunggu jawabannya. Bibirnya hanya bergeming, tidak tahu harus mengatakan apa.
"Aku gak tahu, Bu ... semoga aja sanggup." Akhirnya Shasa menjawab semampunya.
Sang ibu pun mulai mengerti kalau anaknya belum terbiasa akan keadaan y
TEMEN TAPI DEMEN 13 BOleh: Kenong Auliya Zhafira** Pagi sekali, sebelum matahari terbit, Soni dan bapaknya sudah mulai menyusun kerangka tarub ke mobil bak. Sang ibu pun menyiapkan cemilan dan minuman untuk dua lelaki terhebat di hidupnya.Kebetulan urusan dapur sudah selesai. Bahkan sarapan seadanya pun sudah siap. Pagi ini menunya sederhana, yakni nasi goreng.Sang ibu membawa minuman dan cemilan di teras depan. "Pak, Son ... minum dulu," titah sang ibu yang sudah duduk di bangku panjang.Soni dan Bapak yang sudah selesai pun langsung mendekati sang ibu. Mata Soni berbinar melihat teh manis hangat ditemani oleh pisang goreng dan mendoan. Masih panas pula. Pasti akan terasa sangat enak."Wah, Ibu tahu aja kalau Bapak haus," goda Bapak
TEMEN TAPI DEMEN 14 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Perjodohan yang disembunyikan sedemikan dalam bisa saja seperti hadiah. Akan tetapi bisa menjadi seperti kotak Pandora yang bisa saja isinya tidak terduga.Dengan bayangan yang sudah berkelana jauh, Soni membantu Bapak menyusun semua kerangka besi hingga menjadi tenda. Tidak ada kata sama sekali. Hanya kata tolong dan terima kasih yang sering mereka ucapkan.Sesekali Soni melirik sang bapak yang tengah mengambil seng untuk atap tenda. Ia terus berpikir kalau Bapak memang mengenal ibunya Shasa.Peluh dan keringat yang menetes di dahi tak dihiraukan Soni. Cuaca memang lumayan panas, bahkan angin yang bertiup hanya memberikan kesejukan sementara.Setelah hampir setengah hari bergelut dengan kerangka besi, akhirn
TEMEN TAPI DEMEN 14 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSssttt!Bapak mengerem mendadak mendengar pertanyaan Soni. Mobil berhenti tepat di tepian jalan yang sedikit sepi. Kebetulan sebentar lagi akan sampai rumah.Soni heran kenapa Bapak menghentikan mobilnya. Padahal sebentar lagi sampai. "Pak, kok berhenti?"Bapak tidak menjawab, ia justru menatap anaknya lekat. Mungkin memang sudah waktunya untuk memberitahu Soni."Kamu pasti tadi denger pembicaraan Bapak ya?""Iya. Suara Bapak terdengar jelas.""Kamu denger Bapak baik-baik." Kali ini suara Bapak terdengar serius. Bahkan sorot matanya terlihat tajam.Soni menatap balik sang bapak. Telinga dan hati sudah dipasang dalam mode kuat dan tajam."Bapak sama Tante Weni memang saling m
TEMEN TAPI DEMEN 14 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSssttt!Bapak mengerem mendadak mendengar pertanyaan Soni. Mobil berhenti tepat di tepian jalan yang sedikit sepi. Kebetulan sebentar lagi akan sampai rumah.Soni heran kenapa Bapak menghentikan mobilnya. Padahal sebentar lagi sampai. "Pak, kok berhenti?"Bapak tidak menjawab, ia justru menatap anaknya lekat. Mungkin memang sudah waktunya untuk memberitahu Soni."Kamu pasti tadi denger pembicaraan Bapak ya?""Iya. Suara Bapak terdengar jelas.""Kamu denger Bapak baik-baik." Kali ini suara Bapak terdengar serius. Bahkan sorot matanya terlihat tajam.Soni menatap balik sang bapak. Telinga dan hati sudah dipasang dalam mode kuat dan tajam."Bapak sama Tante Weni memang saling m
TEMEN TAPI DEMEN 15Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketahuan sedang rindu karena kasmaran terkadang meninggalkan rasa malu. Malu karena godaan dari orang-orang terdekat.Soni memilih kabur untuk membersihkan diri lalu istirahat di kamar sembari melepas kangen dengan berbalas pesan.Ibu dan Bapak pun ikut masuk ke rumah dengan hati yang sangat puas telah membuat anak bujangnya merasa malu."Bapak mandi dulu ya?" ucap Bapak sambil mengelus lengan Ibu."Iya. Air panasnya sudah Ibu siapin," jawab Ibu sambil berjalan di belakang suami tercintanya.Ibu menuju ke kamar untuk mempersiapkan baju ganti, sedangkan Bapak menuju kamar mandi. Pas sekali Soni baru keluar, jadi bisa langsung gantian."Inget pesan Bapak ya?" ucap
TEMEN TAPI DEMEN 15 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraShasa menatap tempat tidurnya. Ia baru sadar kalau baju yang sudah dicoba sebanyak itu."Gini, Yah. Aku mau main ke rumah Soni. Katanya Ibunya ingin bertemu denganku. Makanya aku bingung mau pakai baju yang mana," jawab Shasa kemudian merapikan kembali baju yang berantakan."Astaga ... tapi kan gak begitu juga, Sha. Soal cantik itu dilihat dari hati bukan dari fisik." Ayah menghampiri Shasa yang masih menatapi tempat tidurnya."Denger, Sayang ... bersikaplah seperti biasa. Bukankah selama ini ibunya Soni selalu memperlakukanmu dengan baik meski pakaianmu biasa saja? Itu berarti dia tidak memandang kamu itu cantik atau jelek." Ayah memberikan pengertian dengan lembut. Bahkan ikut membantu merapikan baju yang berantakan."Ayah udah ketemu Ibu?" tanya Shasa setelah
TEMEN TAPI DEMEN 16 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Menikah terkadang bisa menjadi impian dan juga bisa menjadi momok yang menakutkan jika keadaan tidak mendukung. Soni merasa di tengah-tengah. Antara siap dan tidak siap. Akan tetapi yang namanya lelaki memang ditakdirkan selalu bertanggung jawab hingga akhir bagi wanitanya. Ia ingin menjadi pejantan tangguh yang selalu membuat Shasa bahagia.Melihat sepasang mata milik Shasa memberikan kekuatan tekad untuk keputusan apa yang ingin ia ambil."Masalah itu nanti saya bicarakan dulu sama Bapak, Om." Soni menjawab dengan penuh keyakinan. Karena untuk keputusan besar seperti ini harus dibicarakan dengan pihak keluarga.Orang tua Shasa pun terlihat menganggukkan kepalanya dengan jawaban Soni. Mereka yakin apa pun keputusan itu adalah yang terb
TEMEN TAPI DEMEN 16 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPikiran yang tak menentu membuat kedua tangan Soni bergetar karena gerogi. Nampan yang berisi dua gelas teh menjadi bergoyang hingga menumpahkan sedikit isinya.Soni mengintip dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Ia melihat dua wanita itu tengah asyik tertawa dan sesekali tersenyum.Suara mereka pun terdengar cukup jelas dalam rungunya. Ia mencoba bertahan di samping pintu untuk menguping obrolan mereka berdua."Sha, Tante punya sesuatu untukmu. Semoga suka ya?" ucap Tante lalu kedua tangannya membuka kotak yang terbuat dari kayu dengan ukiran antik di tiap sisinya."Sesuatu apa, Tante?" tanya Shasa penasaran. Matanya tertuju benda apa yang bersembunyi dalam kotak tersebut.Tante Niar membuka tutup kotak dengan pelan. Hal itu se